Latest Updates

SEBAB SEBAB LAPANGNYA DADA DAN SEHATNYA HATI

SEBAB SEBAB LAPANGNYA DADA DAN SEHATNYA HATI
Pengobatan yang paling ampuh terhadap penyakit-penyakit hati dan sempitnya dada adalah dengan cara sebagai berikut:

1. Mengikuti petunjuk , memurnikan tauhid dan mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah saja, sebagaimana kesesatan dan syirik itu merupakan faktor terbesar bagi sempitnya dada.

2. Beriman dengan cahaya iman yang benar, yang dimasukkan oleh Allah ke dalam hati hamba-hambaNya dan juga amal shalih (yang dilakukan seseorang).

3. Mencari ilmu syar’i yang bermanfaat. Setiap kali ilmu seseorang bertambah luas , maka akan semakin lapang dan luas pula hatinya.

4. Bertaubat dan kembali taat kepada Allah yang Maha suci, mencintai-Nya dengan segenap hati, serta menghadapkan diri kepada-Nya, dan menikmati ibadahkepada-Nya.

5. Terus-menerus dzikir kepada-Nya dalam segala kondisi dan tempat. Sebab dzikir mempunyai pengaruh yang sangat menakjubkan dalam melapangkan dan meluaskan dada, menyenangkan hati, serta menghilangkan kebimbangan dan kedukaan.

6. Berbuat baik kepada sesama mahluk dengan melakukan berbagai perbuatan baik kepada mereka sedapat mungkin . Sebab seseorang yang murah hati lagi baik adalah manusia yang paling lapang dadanya, paling baik jiwanya dan paling bahagia hatinya.

7. Mengeluarkan berbagai kotoran hati dari berbagai sifat tercela yang menyebabkan hatinya menjadi sempit dan tersiksa , seperti; dengki, kebencian, iri dan permusuhan. Dalam sebuah hadits disebutkan , bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam pernah ditanya tentang sebaik baik manusia ,maka Beliau pun menjawab :“Setiap orang yang bersih hatinya dan selalu benar/jujur lisannya. Mereka (Para Sahabat) berkata : “Mengenai shaduuqul lisan (jujur / benar lisannya), kami sudah mengetahuinya, tetapi apakah yang dimaksud dengan makhmuumul qalbi ?”Beliau menjawab:“Yaitu seseorang yang bertaqwa dan bersih ,yang tidak terdapat dosa pada dirinya , tidak zhalim, tidak iri, dan juga tidak dengki.”HR Ibnu Majah

8. Keberanian seseorang yang berani mempunyai dada yang lebih lapang dan hati yang lebih luas.

9. Meninggalkan sesuatu yang berlebihan dalam memandang, berbicara, mendengar, bergaul, makan, dan tidur. Karena meninggalkan hal ini merupakan salah satu faktor yang dapat melapangkan dada,menyenangkan dan kesedihan.

10. Menyibukkan diri dengan amal atau ilmu Syar’I yang bermanfaat, karena hal tersebut dapat menghindarkan hati dari hal-hal yang menggoncangkannya.

11. Memperhatikan kegiatan hari ini dan tidak perlu khawatir terhadap masa yang akan datang atau pada kesedihan yang terjadi pada masa-masa lalu. Seorang hamba harus selalu berusaha dengan sungguh-sungguh dalam hal-hal yang bermanfaat baginya, baik dalam hal agama maupun dunianya. Juga memohon kesuksesan kepada Rabb-nya dalam mencapai maksud dan tujuan, serta memohon agar dia berkenan membantunya dalam mencapai tujuan tersebut. Karena hal tersebut dapat menghibur dari kedukaan dan kesedihan.

12. Melihat kepada orang yang ada di bawah dan jangan melihat kepada orang yang ada di atas dalam hal ‘afiat (kesehatan, keselamatan)dan hal hal yang berkenaan dengannya, juga dalam rizki dan hal-hal yang berkenaan denganya).

13. Melupakan hal-hal yang tidak menyenangkan yang telah terjadi pada masa lalu yang tidak mungkin dicegah, sehingga tidak larut memikirkannya.

14. Jika dia tertimpa musibah, maka hendaklah dia berusaha meringankan agar dampak buruknya bisa dihindari, serta berusaha keras untuk mencegahnya sesuai dengan kemampuannya.

15. Adanya kekuatan hati dan tidak tergoda serta tidak terpengaruh oleh angan-angan dan berbagai khayalan yang ditimbulkan oleh pemikiran-pemikiran buruk, menahan marah, serta tidak mengkhawatirkan hilangnya hal-hal yang menyenangkan dan datangnya berbagai hal yang tidak menyenangkan, tetapi menyerahkan segala sesuatunya hanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat serta memohon ampunan dan afi’at kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

( Diringkas dari kitab Do’a & wirid 400-403 oleh A Yazid bin Abdul Qadir Jawas)

Sumber : http://hang106.or.id
Teks yang tidak ingin ditampilkan

Menyingkap 1001 HIKMAH Shalat Subuh

“Sesungguhnya amal manusia yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya” Jika shalatnya baik, maka baik pula seluruh amalnya; dan kalau jelek, maka jeleklah seluruh amalnya. Bagaimana mungkin seorang mukmin mengharapkan kebaikan di akhirat, sedang pada hari kiamat bukunya kosong dari shalat Subuh tepat waktu? “Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat Isya’ dan shalat Subuh. Sekiranya mereka mengetahui apa yang terkandung di dalamnya, niscaya mereka akan mendatangi keduanya (berjamaah di masjid) sekalipun dengan merangkak” [HR Al-Bukhari dan Muslim]
Shalat Subuh memang shalat wajib yang paling sedikit jumlah rekaatnya; hanya dua rekaat saja. Namun, ia menjadi standar keimanan seseorang dan ujian terhadap kejujuran, karena waktunya sangat sempit (sampai matahari terbit)
Ada hukuman khusus bagi yang meninggalkan shalat Subuh. Rasulullah saw telah menyebutkan hukuman berat bagi yang tidur dan meninggalkan shalat wajib, rata-rata penyebab utama seorang muslim meninggalkan shalat Subuh adalah tidur.
“Setan melilit leher seorang di antara kalian dengan tiga lilitan ketika ia tidur. Dengan setiap lilitan setan membisikkan, ‘Nikmatilah malam yang panjang ini’. Apabila ia bangun lalu mengingat Allah, maka terlepaslah lilitan itu. Apabila ia berwudhu, lepaslah lilitan yang kedua. Kemudian apabila ia shalat, lepaslah lilitan yang ketiga, sehingga ia menjadi bersemangat. Tetapi kalau tidak, ia akan terbawa lamban dan malas”.
“Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang banyak berjalan dalam kegelapan (waktu Isya’ dan Subuh) menuju masjid dengan cahaya yang sangat terang pada hari kiamat” [HR. Abu Dawud, At-Tarmidzi dan Ibnu Majah]
Allah akan memberi cahaya yang sangat terang pada hari kiamat nantinya kepada mereka yang menjaga Shalat Subuh berjamaah (bagi kaum lelaki di masjid), cahaya itu ada dimana saja, dan tidak mengambilnya ketika melewati Sirath Al-Mustaqim, dan akan tetap bersama mereka sampai mereka masuk surga, Insya Allah.
“Shalat berjamaah (bagi kaum lelaki) lebih utama dari shalat salah seorang kamu yang sendirian, berbanding dua puluh tujuh kali lipat. Malaikat penjaga malam dan siang berkumpul pada waktu shalat Subuh”. “Kemudian naiklah para Malaikat yang menyertai kamu pada malam harinya, lalu Rabb mereka bertanya kepada mereka - padahal Dia lebih mengetahui keadaan mereka - ‘Bagaimana hamba-2Ku ketika kalian tinggalkan ?’ Mereka menjawab, ‘Kami tinggalkan mereka dalam keadaan shalat dan kami jumpai mereka dalam keadaan shalat juga’. ” [HR Al-Bukhari]
Sedangkan bagi wanita - walau shalat di masjid diperbolehkan - shalat di rumah adalah lebih baik dan lebih banyak pahalanya, yaitu yang mengerjakan shalat Subuh pada saat para pria sedang shalat di masjid. Ujian yang membedakan antara wanita munafik dan wanita mukminah adalah shalat pada permulaan waktu.
“Barang siapa yang menunaikan shalat Subuh maka ia berada dalam jaminan Allah. Shalat Subuh menjadikan seluruh umat berada dalam jaminan, penjagaan, dan perlindungan Allah sepanjang hari. Barang siapa membunuh orang yang menunaikan shalat Subuh, Allah akan menuntutnya, sehingga Ia akan membenamkan mukanya ke dalam neraka” [HR Muslim, At-Tarmidzi dan Ibnu Majah]
Banyak permasalahan, yang bila diurut, bersumber dari pelaksanaan shalat Subuh yang disepelekan. Banyak peristiwa petaka yang terjadi pada kaum pendurhaka terjadi di waktu Subuh, yang menandai berakhirnya dominasi jahiliyah dan munculnya cahaya tauhid. “Sesungguhnya saat jatuhnya adzab kepada mereka ialah di waktu Subuh; bukankah Subuh itu sudah dekat?” (QS Huud:81)
Rutinitas harian dimulainya tergantung pada pelaksanaan shalat Subuh. Seluruh urusan dunia seiring dengan waktu shalat, bukan waktu shalat yang harus mengikuti urusan dunia.
“Jika kamu menolong (agama) Allah, maka ia pasti akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (QS Muhammad : 7)
“Sungguh Allah akan menolong orang yang menolong agamanya, sesungguhnya Allah Maha Kuat dan Maha Perkasa” (QS Al-Hajj:40)
TIPS MENJAGA SHALAT SUBUH :
  1. Ikhlaskan niat karena Allah, dan berikanlah hak-hak-Nya
  2. Bertekad dan introspeksilah diri Anda setiap hari
  3. Bertaubat dari dosa-dosa dan berniatlah untuk tidak mengulangi kembali
  4. Perbanyaklah membaca doa agar Allah memberi kesempatan untuk shalat Subuh
  5. Carilah kawan yang baik (shalih)
  6. Latihlah untuk tidur dengan cara yang diajarkan Rasulullah saw (tidur awal; berwudhu sebelum tidur; miring ke kanan; berdoa)
  7. Mengurangi makan sebelum tidur serta jauhilah teh dan kopi pada malam hari
  8. Ingat keutamaan dan hikmah Subuh; tulis dan gantunglah di atas dinding
  9. Bantulah dengan 3 buah bel pengingat(jam weker; telpon; bel pintu)
  10. Ajaklah orang lain untuk shalat Subuh dan mulailah dari keluarga
Jika Anda telah bersiap meninggalkan shalat Subuh, hati-hatilah bila Anda berada dalam golongan orang-orang yang tidak disukai Allah untuk pergi shalat. Anda akan ditimpa kemalasan, turun keimanan, lemah dan terus berdiam diri.
Disarikan dari :
Buku “MISTERI SHALAT SUBUH”
Menyingkap 1001 Hikmah Shalat Subuh Bagi Para Pribadi dan Masyarakat
Pengarang : DR. Raghib As-Sirjani
Penerbit : Aqwam






1. Paling dekat dengan aku kedudukannya pada had kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya dan sebaik-baik kamu ialah yang paling baik terhadap keluarganya. (HR. Ar-Ridha)
2. Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan (pada hari kiamat) dari akhlak yang baik. (HR. Abu Dawud)
3. Ummu Salamah, isteri Nabi Saw bertanya, "Ya Rasulullah, seorang wanita dari kami ada yang kawin dua, tiga dan empat kali lalu dia wafat dan masuk surga bersama suami-suaminya juga. Siapakah kelak yang akan menjadi suaminya di surga?" Nabi Saw menjawab, "Dia disuruh memilih dan yang dia pilih adalah yang paling baik akhlaknya dengan berkata, "Ya Robbku, orang ini ketika dalam negeri dunia paling baik akhlaknya terhadapku. Kawinkanlah aku dengan dia. Wahai Ummu Salamah, akhlak yang baik membawa kebaikan untuk kehidupan dunia dan akhirat." (HR. Ath-Thabrani)
4. Kamu tidak bisa memperoleh simpati semua orang dengan hartamu tetapi dengan wajah yang menarik (simpati) dan dengan akhlak yang baik. (HR. Abu Ya'la dan Al-Baihaqi)
5. Kebajikan itu ialah akhlak yang baik dan dosa itu ialah sesuatu yang merisaukan dirimu dan kamu tidak senang bila diketahui orang lain. (HR. Muslim)
6. Ya Rasulullah, terangkan tentang Islam dan aku tidak perlu lagi bertanya-tanya kepada orang lain. Nabi Saw menjawab, "Katakan: 'Aku beriman kepada Allah lalu bersikaplah lurus (jujur)'." (HR. Muslim)
7. Jauhilah segala yang haram niscaya kamu menjadi orang yang paling beribadah. Relalah dengan pembagian (rezeki) Allah kepadamu niscaya kamu menjadi orang paling kaya. Berperilakulah yang baik kepada tetanggamu niscaya kamu termasuk orang mukmin. Cintailah orang lain pada hal-hal yang kamu cintai bagi dirimu sendiri niscaya kamu tergolong muslim, dan janganlah terlalu banyak tertawa. Sesungguhnya terlalu banyak tertawa itu mematikan hati. (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
8. Di antara akhlak seorang mukmin adalah berbicara dengan baik, bila mendengarkan pembicaraan tekun, bila berjumpa orang dia menyambut dengan wajah ceria dan bila berjanji ditepati. (HR. Ad-Dailami)
9. Tidak ada kemelaratan yang lebih parah dari kebodohan dan tidak ada harta (kekayaan) yang lebih bermanfaat dari kesempurnaan akal. Tidak ada kesendirian yang lebih terisolir dari ujub (rasa angkuh) dan tidak ada tolong-menolong yang lebih kokoh dari musyawarah. Tidak ada kesempurnaan akal melebihi perencanaan (yang baik dan matang) dan tidak ada kedudukan yang lebih tinggi dari akhlak yang luhur. Tidak ada wara' yang lebih baik dari menjaga diri (memelihara harga dan kehormatan diri), dan tidak ada ibadah yang lebih mengesankan dari tafakur (berpikir), serta tidak ada iman yang lebih sempurna dari sifat malu dan sabar. (HR. Ibnu Majah dan Ath-Thabrani)
10. Menghemat dalam nafkah separo pendapatan (belanja), dan mengasihi serta menyayangi orang lain adalah separo akal, sedangkan bertanya dengan baik adalah separo ilmu. (HR. Ath-Thabrani)
11. Kemuliaan orang adalah agamanya, harga dirinya (kehormatannya) adalah akalnya, sedangkan ketinggian kedudukannya adalah akhlaknya. (HR. Ahmad dan Al Hakim)
12. Kebijaksanaan adalah tongkat yang hilang bagi seorang mukmin. Dia harus mengambilnya dari siapa saja yang didengarnya, tidak peduli dari sumber mana datangnya. (HR. Ibnu Hibban)
13. Kalau kamu sudah tidak punya malu lagi, lakukanlah apa yang kamu kehendaki. (HR. Bukhari)
14. Tidak ada sesuatu yang ditelan seorang hamba yang lebih afdhol di sisi Allah daripada menelan (menahan) amarah yang ditelannya karena keridhoan Allah Ta'ala. (HR. Ahmad)
15. Seorang sahabat berkata kepada Nabi Saw, "Ya Rasulullah, berpesanlah kepadaku." Nabi Saw berpesan, "Jangan suka marah (emosi)." Sahabat itu bertanya berulang-ulang dan Nabi Saw tetap berulang kali berpesan, "Jangan suka marah." (HR. Bukhari)
16. Barangsiapa banyak diam maka dia akan selamat. (HR. Ahmad)
17. Hati-hatilah terhadap prasangka. Sesungguhnya prasangka adalah omongan paling dusta. (HR. Bukhari)
18. Bukan akhlak seorang mukmin berbicara dengan lidah yang tidak sesuai kandungan hatinya. Ketenangan (sabar dan berhati-hati) adalah dari Allah dan tergesa-gesa (terburu-buru) adalah dari setan. (HR. Asysyihaab)
19. Seorang yang baik keislamannya ialah yang meninggalkan apa-apa yang tidak berkepentingan dengannya. (HR. Tirmidzi)
20. Dekatkan dirimu kepada-Ku (Allah) dengan mendekatkan dirimu kepada kaum lemah dan berbuatlah ihsan kepada mereka. Sesungguhnya kamu memperoleh rezeki dan pertolongan karena dukungan dan bantuan kaum lemah di kalangan kamu. (HR. Muslim)
21. Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. (HR. Al Bazzaar)
22. Barangsiapa rendah hati kepada saudaranya semuslim maka Allah akan mengangkat derajatnya, dan barangsiapa mengangkat diri terhadapnya maka Allah akan merendahkannya. (HR. Ath-Thabrani)
23. Allah mewahyukan kepadaku agar kamu berprilaku rendah hati agar tidak ada orang yang menzalimi orang lain atau menyombongkan dirinya terhadap orang lain. (HR. Ahmad)
24. Sifat malu adalah dari iman dan keimanan itu di surga, sedangkan perkataan busuk adalah kebengisan tabi'at dan kebengisan tabi'at di neraka. (HR. Bukhari dan Tirmidzi)
25. Sesungguhnya cemburu (yakni cemburu yang wajar dan masuk akal adalah bagian) dari keimanan. (HR. Al-Baihaqi dan Ibnu Babawih)
26. Kebajikan ialah akhlak yang baik dan dosa ialah sesuatu yang mengganjal dalam dadamu dan kamu tidak suka bila diketahui orang lain. (HR. Muslim)
27. Mintalah fatwa (keterangan hukum) kepada hati dan jiwamu. Kebajikan ialah apa yang menyebabkan jiwa dan hati tentram kepadanya, sedangkan dosa ialah apa yang merisaukan jiwa dan menyebabkan ganjalan dalam dada walaupun orang-orang meminta atau memberi fatwa kepadamu. (HR. Muslim)
28. Orang yang membawa (mengangkut) sendiri barang dagangannya maka dia terbebas dari kesombongan. (HR. Al-Baihaqi)
  

Sumber: 1100 Hadits Terpilih (Sinar Ajaran Muhammad) - Dr. Muhammad Faiz Almath - Gema Insani Press

5 Perkara yang disinyalir Rasulullah SAW

5 Perkara yang disinyalir Rasulullah SAW

Bagaimana kamu apabila dilanda lima perkara? Kalau aku (Rasulullah Saw), aku berlindung kepada Allah agar tidak menimpa kamu atau kamu mengalaminya.

(1) Jika perbuatan mesum dalam suatu kaum sudah dilakukan terang-terangan maka akan timbul wabah dan penyakit-penyakit yang belum pernah menimpa orang-orang terdahulu.

(2) Jika suatu kaum menolak mengeluarkan zakat maka Allah akan menghentikan turunnya hujan. Kalau bukan karena binatang-binatang ternak tentu hujan tidak akan diturunkan sama sekali.

(3) Jika suatu kaum mengurangi takaran dan timbangan maka Allah akan menimpakan paceklik beberapa waktu, kesulitan pangan dan kezaliman penguasa.

(4) Jika penguasa-penguasa mereka melaksanakan hukum yang bukan dari Allah maka Allah akan menguasakan musuh-musuh mereka untuk memerintah dan merampas harta kekayaan mereka.

(5) Jika mereka menyia-nyiakan Kitabullah dan sunah Nabi maka Allah menjadikan permusuhan di antara mereka. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Sungguh Akan Kami Beri Coba'an kepadamu

Sungguh Akan Kami Beri Coba'an kepadamu
 Diambil dari Buku Kisah Penuh Hikmah 1 :

Pernahkah kita merasa diuji oleh Allah? Kita cenderung mengatakan kalau kita ditimpa kesusahan maka kita sedang mendapat cobaan dan ujian dari Allah.
Jarang sekali kalau kita dapat rezeki dan kebahagiaan kita teringat bahwa itupun meru¬pakan ujian dan cobaan dari Allah. Ada diantara kita yang tak sanggup menghadapi ujian itu dan boleh jadi ada pula diantara kita yang tegar menghadapinya.

Al-Qur’an mengajarkan kita untuk berdo’a:
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya… "(QS 2: 286)

    Do’a tersebut lahir dari sebuah kepercayaan bahwa setiap derap kehidupan kita merupakan cobaan dari Allah. Kita tak mampu menghindar dari ujian dan cobaan tersebut, yang bisa kita pinta adalah agar cobaan tersebut sanggup kita jalani. Cobaan yang datang ke dalam hidup kita bisa berupa rasa takut, rasa lapar, kurang harta dan lainnya.

Bukankah karena alasan takut lapar saudara kita bersedia mulai dari membunuh hanya karena persoalan uang seratus rupiah sampai dengan berani memalsu kuitansi atau mene¬rima komisi tak sah jutaan rupiah.
Bukankah karena rasa takut akan kehilangan jabatan membuat sebagian saudara kita pergi ke "orang pintar" agar bertahan pada posisinya atau supaya malah meningkat ke "kursi" yg lebih empuk. Bukankah karena takut kehabisan harta kita jadi enggan mengeluarkan zakat dan sadaqoh.
    Al-Qur’an melukiskan secara luar biasa cobaan-cobaan tersebut. Allah berfirman: "Dan Sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, ke¬kurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar." (QS 2: 155) Amat menarik bahwa Allah menyebut orang sabarlah yang akan mendapat berita gembira. Jadi bukan orang yang menang atau orang yang gagah… .tapi orang yang sabar! Biasanya kita akan cepat-cepat berdalih, "yah..sabar kan ada batasnya… " Atau lidah kita berseru, "sabar sih sabar… saya sih kuat tidak makan enak, tapi anak dan isteri saya?" Memang, manusia selalu dipenuhi dengan pembenaran-pembenaran yang ia cipta¬kan sendiri.
    Kemudian Allah menjelaskan siapa yang dimaksud oleh Allah dengan orang sabar pada ayat di atas: "(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan "Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un". (Qs 2: 156)
Ternyata, begitu mudahnya Allah melukiskan orang sabar itu. Bukankah kita sering mengucapkan kalimat "Inna lillahi… ." Orang sabar-kah kita? Nanti dulu! Andaikata kita mau merenung makna kalimat Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un maka kita akan tahu bahwa sulit sekali menjadi orang yang sabar.
Arti kalimat itu adalah : "Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali."
Kalimat ini ternyata bukan sekedar kalimat biasa. Kalimat ini mengandung pesan dan kesadaran tauhid yang tinggi. Setiap musibah, cobaan dan ujian itu tidaklah berarti apa-apa karena kita semua adalah milik Allah; kita berasal dari-Nya, dan baik suka-maupun duka, diuji atau tidak, kita pasti akan kembali kepada-Nya. Ujian apapun itu datangnya dari Allah, dan hasil ujian itu akan kembali kepada Allah. Inilah orang yang sabar menurut Al-Qur’an!

    Ikhlaskah kita bila mobil yang kita beli dengan susah payah hasil keringat sendiri tiba-tiba hilang. Relakah kita bila proyek yang sudah didepan mata, tiba-tiba tidak jadi diberikan kepada kita, dna diberikan kepada saingan kita. Berubah menjadi dengki-kah kita bila melihat tetangga kita sudah membeli teve baru, mobil baru atau malah pacar baru. Bisakah kita mengucap pelan-pelan dengan penuh kesadaran, bahwa semuanya dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Kita ini tercipta dari tanah dan akan kembali menjadi tanah… .

Bila kita mampu mengingat dan menghayati makna kalimat tersebut, ditengah ujian dan cobaan yang menerpa kehidupan kita, maka Allah menjanjikan dalam Al-Qur’an: "Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk."
Allah berfirman dalam Al-Qur’an :
Laa yukallifullahu nafsan illa wus aha
Allah tidak akan memberi cobaan pada manusia kecuali mereka mampu menanggungnya.
Untuk itu tak usah buru-buru meratapi kondisi kita yang miskin, sakit-sakitan, ditimpa bencana Seakan hanya kita yang mendapat cobaan yang berat dari Allah.

Innallaha maashobirin
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

Semoga kita semua termasuk dalam golongan orang-orang yang sabar. Amin.

Optimis

Dengan nama Allah aku bertawakal, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah SWT yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. (Bismillahi tawakaltu ‘alallah la hawla wala quwwata illa billahi al ‘Ali al ‘Adhiim)
Setiap kita hendak keluar rumah,tentu bacaan diatas tidaklah asing karena menjadi doa sehari-hari. Makna yang terkandung dalam doa tersebut sangatlah dalam,penuh dengan jiwa optimis untuk berusaha semaksimal mungkin dengan penyandaran sepenuhnya kepada Allah SWT.
Dengan keyakinan penuh kepada sang kuasa maka menjadikan kita sepenuhnya untuk berbuat semampu yang kita lakukan. Tawakal menjadikan setiap orang selalu mempunyai azzam (tekad yang kuat) di dalam mewujudkan apa yang hendak dilakukannya,dan memasrahkan hasil sepenuhnya kepada Sang Pemberi Keputusan.
Saya teringat cerita sahabat saya di dalam mewujudkan sikap tawakal.Sobat saya ini perhitungannya “keterlaluan”,dia terlalu mempunyai asumsi negative pada dirinya sendiri. Dia mempunyai keinginan yang begitu banyak tetapi didasari oleh keminderan pribadi. Dia ingin jadi pedagang tetapi tidak jadi karena katanya tidak punya modal, malah jadi karyawan counter HP. Kemudian ingin mencoba memasukkan lamaran ke perusahaan minder karena usia dan IPK nya yang kurang, lalu ingin buka usaha sendiri di rumah, tidak enak sama tetangga kok sarjana malah kerjanya di rumah. Serba susah! Maka kutanya kepada dia,bagaimanakah yang dimaksud tawakal. Ia memahaminya,namun lebih ke sifat pasrahnya,padahal tawakal itu urusan hati dan pengaruhnya adalah munculnya azzam yang kuat sejak awal untuk berbuat.
Maka saya katakan pada sobatku tersebut, bahwa saya tidak peduli dengan keinginan dia mau jadi pedagang, karyawan, pengusaha dan lain-lain tetapi hanya sebatas kata-kata tidak pernah ada perbuatan mengarah kesana. Yang penting kerja itu adalah kewajiban yang bernilai ibadah disisi Allah selama pekerjaan itu tidak melanggar aturan Allah. Jika memang kemampuan kita menjadi karyawan maka coba untuk melamar ke semua perusahaan, lalu sambil cari peluang untuk mengembangkan usaha. Sobatku masih bergeming dengan keminderannya. Akhirnya ia belajar dari temen-temen di sekitarnya yang mempunyai kemampuan hampir sama dengannya mulai mendapat kerja. Alhamdulillah, sobatku berani mengambil keputusan untuk mengirimkan lamaran,dan ternyata diterima.
Azzam yang kuat muncul dari jiwa tawakal yang kuat pula,tiada akan surut oleh waktu dan kondisi. Burung saja yang tiada berakal pergi terbang sejak pagi,sore kembali dengan perut yang kenyang dan bisa memberi makan anak-anaknya. Seandainya tawakal kita sebagaimana tawakal burung pastilah kita akan mempunyai jiwa optimis yang tinggi dalam setiap usaha dan kerja.
Contoh nyata dari tawakal ini adalah di kalangan para sahabat Rasulullah yang mempunyai kemampuan fisik, mental, dan intelektual yang luar biasa. Kita bisa bayangkan, mereka kuat beribadah di malam hari dengan bertahajud berjam-jam, dan kuat pula di siang hari bekerja atau berjihad melawan musuh-musuhnya. Umar bin al Khaththab yang bersaudara dengan kaum Anshar, selalu bergantian dalam berdakwah. Jika hari ini Umar menyertai Rasulullah saw dalam dakwah maupun menyertai Rasulullah, saudaranya itu berdagang ke pasar mencarai penghidupan. Sorenya Umar menyampaikan apa yang di perolehnya dari Rasulullah. Esok harinya, gentian Umar yang ke pasar mencari rizki, dan saudaranya yang menyertai Rasulullah dan sorenya apa saja yang diterima dari Rasulullah saw disampaikan kepada Umar.
Sangat tepatlah jika para sahabat itu terkenal dengan ruhbaana fill ail usuudan fin nahaar (bagaikan rahib di malam hari dan bagaikan singa padang pasir di siang hari). Optimis menghadapi kehidupan adalah suatu sikap yang muncul dari jiwa-jiwa yang bertawakal.Resiko dalah hidup adalah biasa. Kadang rugi kadang untung, kadang berhasil kadang gagal, kadang menang kadang kalah. Jadi mengapa kita risaukan jika karakter kehidupan seperti itu adanya. Yang patut kita risaukan dalam kondisi apakah kita sekarang ini?Apakah sudah dalam kondisi mengharap Ridlo Allah atau malah yang layak mendapat azab Allah?Perubahan Pasti Terjadi.Allah lah tempat sebaik-baik kembali.

Bertahan di Saat Krisis

Bertahan di Saat Krisis
Mencoba memulai usaha sendiri bukan lah hal yang mudah jika Anda memulainya sendirian, berbekal sedikit modal, pengetahuan, dan tekad. Namun, seperti banyak hal di dunia ini, permasalahan pun bisa menimpa kapan saja. Tak hanya karena permasalahan di dalam perusahaan, tapi juga krisis yang hadir dari luar, bahkan krisis global yang mendera semua pihak. Ingin tahu bagaimana cara untuk bertahan?
1.      Cari tahu kekuatan perusahaan Anda
Anda harus bersikap jujur dengan diri sendiri, lalu cari tahu kekuatan perusahaan Anda. Terkadang tak bisa dihindari bahwa mem-PHK karyawan diperlukan untuk menyelamatkan perusahaan. Hal ini akan sangat sulit, apalagi jika Anda memang benar-benar sudah merasa cocok dengan perusahaan tempat Anda bekerja. Namun, apa daya, jika itu adalah langkah rasional yang terbaik untuk perusahaan, lakukan lah secepatnya.

2.      Fleksibilitas
Jika Anda adalah pemilik usaha kecil, usahakan untuk tidak mencoba berhutang. Hindari mencoba kredit rumah atau kredit barang-barang yang mahal dalam waktu lama. Hal ini penting dilakukan untuk menghindari masa-masa yang tak menentu di depan.

3.      Ciptakan hubungan yang erat dengan vendor dan pelanggan
Jika Anda memiliki hubungan yang kuat dengan para vendor, mereka akan lebih mudah untuk bekerjasama dan melonggarkan harga. Jika hubungan Anda dibangun di atas kepercayaan dan hormat, tak mustahil para vendor akan mau bekerja dan memberikan yang terbaik kepada Anda, bahkan di masa sulit sekalipun.

4.      mengurangi harga produk
Di masa seperti krisis global, semua orang nampaknya cenderung mencari produk-produk murah. Jangan biarkan pelanggan setia Anda pergi ke kompetitor hanya karena produk mereka lebih murah, bahkan dengan kualitas yang tak bagus. Salah cara yang bisa Anda lakukan adalah dengan mendekati para vendor, tanyakan apakah mereka bisa menurunkan harga bahan baku, supaya Anda bisa menekan harga jual produk Anda.


5. Keuangan yang efisien
Setiap kali Anda akan menentukan keputusan yang menyangkut perusahaan, selalu tanyakan diri Anda, “Apakah hal ini harus dilakukan?” Apakah penting untuk menyewa kantor yang lebih besar, atau cukup dengan mengorganisir ulang barang-barang saja sudah cukup? Sangat menakjubkan betapa kreatifnya Anda ketika sedang kekurangan uang.

(rahmat saepulloh/ fn)

Meninggalkan Shalat Jumat

Meninggalkan Shalat Jumat
Hadis :
Dari Abdullah bin Umar dan Abu Hurairah r.a keduanya menceritakan bahawa mereka mendengar daripada Rasulullah s.a.w, ketika baginda sedang berkhutbah di atas mimbar, sabdanya:"Hendaklah orang-orang yang suka meninggalkan Jumaat menghentikan perbuatan mereka itu, atau adakah mereka mahu Allah membutakan hati mereka dan sesudah itu mereka betul-betul menjadi orang yang lalai?" (Muslim)

Huraian:
Meninggalkan solat Jumaat merupakan perbuatan yang ditegah kerana solat jumaat hukumnya adalah fardhu ain ke atas setiap individu muslim. Orang yang meringan-ringankan hukum Allah ini akan mengundang kemurkaan-Nya dan mereka bakal menerima balasan yang setimpal dengan dosa yang dilakukan. Bahkan orang yang enggan mentaati suruhan Allah pintu hatinya lama-kelamaan akan tertutup daripada mendapat hidayah menjadikan mereka semakin sesat dan tanpa segan terus melakukan dosa-dosa yang lain. Sesungguhnya orang yang dibenarkan meninggalkan solat Jumaat hanyalah mereka yang menghadapi kesukaran yang mencapai darjah keuzuran syar'i sepertimana yang berlaku kepada orang sakit dan orang musafir. Oleh itu sekiranya seseorang itu tiada sebarang alasan yang munasabah di sisi syarak untuk meninggalkan solat Jumaat, maka hendaklah mereka mengerjakannya kerana solat Jumaat selain dariapada suatu kewajiban dalam beribadat kepada Allah S.W.T ia juga merupakan suatu syiar Islam yang wajib dipelihara demi menjaga kesucian agama.

Shalat Dhuha

Shalat Dhuha
Nabi Muhammad SAW. Menganjurkan agar tiap pagi hari kita bersedekah sebanyak bilangan seluruh persendian tubuh sebagai bentuk rasa syukur kepada Alloh. Dua rakaat sholat Dhuha bisa mencukupi semua sedekah tersebut. “Pada (tiap) pagi hari setiap persendian dari seseorang di antara kalian ada sedekahnya; setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, amar ma’ruf adalah sedekah dan nahi munkar adalah sedekah pula. Tetapi dapat mencukupi semuanya yaitu dua rakaat yang dilakukan oleh seseorang dalam sholat Dhuha.” (HR Muslim, Abu Daud dan Ahmad)
 Shalat Dhuha
Shalat Dhuha
Anjuran lain sholat Dhuha tercantum dalam hadits yang diriwayatkan oleh Sahabat Abdurrahman bin Shakhr RA. atau yang lebih kita kenal dengan panggilan Abu Hurairah RA. “Aku telah dipesan oleh junjunganku (Nabi Muhammad SAW) tiga hal supaya tidak aku tinggalkan sampai mati, yaitu puasa pada tiap bulan selama tiga hari, sholat Dhuha dan tidur setelah sholat Witir.” (Muttafaq ‘alayh)
Kapan waktu pelaksanaan sholat Dhuha dimulai? Sholat Dhuha bisa dikerjakan setelah mentari terbit setinggi galah, kira-kira 25 (dua puluh lima) menit setelah terbit. Saat ini banyak dicetak pedoman sholat untuk waktu abadi atau kalender yang mencantumkan waktu sholat, terbit matahari dan Dhuha.
Dengan demikian sholat Dhuha bisa dilakukan sebelum kita berangkat ke kantor, sekolah atau kuliah. Namun, jika kita berangkat pagi-pagi benar sebelum waktu Dhuha karena jarak atau waktu tempuh yang lama, maka sholat Dhuha bisa dilakukan di kantor sebelum jam kerja. Bagi pelajar dan mahasiswa, sholat Dhuha dapat dilaksanakan pada jam istirahat.
Mungkin kita mengajukan alasan, “Kalau saya sholat Dhuha di sekolah, kampus atau kantor, saya khawatir timbul riya’. Saya takut dipuji teman-teman dan akhirnya ibadah saya bukan karena Alloh. Saya juga nggak mau dikatakan sok alim. Saya bukan ustadz, apalagi kyai. Saya pun belum menunaikan ibadah haji. Cukup sholat fardhu sajalah.”
Itulah salah satu cara syetan untuk mencegah kita beribadah. Syetan memang punya berjuta jurus untuk menaklukkan kita. Salah satunya dengan membisiki kita bahwa kalau kita beribadah yang tidak dilaksanakan orang lain, maka kita akan mudah terjangkit penyakit hati berupa riya’ dan ‘ujub. Kalau kita malah tidak sholat Dhuha karena takut riya’ dan ‘ujub, berarti syetan telah berhasil dan kita kalah dibuatnya. Solusinya adalah tetap sholat Dhuha, sambil menata hati dan memohon kepada Alloh agar menjaga kita dari godaan syetan.
Imam Al-Fudhail bin Iyadh menuturkan, “Meninggalkan amal karena manusia adalah riya’ dan berbuat amal karena manusia adalah syirik. Ikhlas adalah pembebasan Alloh dari keduanya.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah memberi nasihat, “Iyyâka na’budu menolak penyakit riya’, sedangkan iyyâka nasta’în menolak penyakit ‘ujub dan takabur.”
Sholat Dhuha tidak ada hubungan dengan sebutan Haji, Ustadz, Kyai, Ajengan, Buya, Tuan Guru, Syaikh, al-’Âlim, al-’Allâmah, al-Fâdhil, al-Faqîh, al-Hâfizh atau lainnya. Kita sholat semata-mata karena Alloh, bukan untuk mendapat julukan “orang alim”. Jika omongan teman membuat kita tidak sholat, justru itu menunjukkan bahwa kita sholat karena mereka, ibadah kita tergantung sikap mereka kepada kita. Apakah diri kita seperti itu? Tentu tidak, kan? Bukankah kita telah berikrar bahwa sholat, ibadah, hidup dan mati kita hanya untuk Alloh?
Bisa jadi ada alibi lain yang kita ungkapkan, “Wah, saya sibuk sekali, mana sempat sholat Dhuha… Saya seorang profesional dan aktif di berbagai organisasi. Selain itu saya sering ke luar kota. Bisa dimaklumilah kalau saya sangat jarang sholat Dhuha.”
Seandainya saja setelah sholat Dhuha, untuk setiap rakaat yang kita kerjakan, Alloh langsung menghadiahi kita uang tunai Rp 100 juta, apakah kita masih mengatakan tidak sempat?
Kalau kita mau bersabar menunggu cairnya tabungan pensiun, mengapa kita tidak mau sedikit bersabar lagi menunggu cairnya tabungan akhirat? Bukahkah jarak antara kita pensiun dari kerja (usia 55 tahun) dan pensiun dari kehidupan ini tidak lama, rata-rata sekitar 10-15 tahun saja?
Barangkali kita akan mengemukakan argumentasi lain, “Sebenarnya saya ingin sekali sholat Dhuha. Tapi, gimana ya? Ya…, begitulah, tahu sendirilah bagaimana kondisi saya. Sejujurnya, sedih juga tidak bisa melaksanakannya.” Menjawab alasan tersebut, mari kita perhatikan nasihat Syaikh Ibnu Athaillah as-Sakandary berikut ini : “Sangat sedih karena tidak dapat menjalankan ketaatan kepada Alloh, akan tetapi merasa malas melakukannya adalah tanda ia terperdaya oleh setan.”
Kesedihan seperti ini adalah kesedihan palsu. Kita merasa sedih tapi kita malas. Kita merasa rugi tapi kita tinggalkan. Kita merasa tertinggal tetapi kita tidak mengejarnya. Kita ingin bangkit berdiri tetapi kita berada dalam mimpi pulas dan terbuai pula.
Andaikata kesedihan kita sampai menangis mencucurkan air mata diiringi penyesalan, akan tetapi tidak dengan usaha untuk mencapai apa yang menjadi kewajiban kita sebagai hamba Alloh, maka tangis dan penyesalan itu akan tinggal penyesalan belaka. Kita seharusnya berusaha untuk mencari kesempatan atau mempergunakan kesempatan, bukan dibelenggu oleh rasa senang mengikuti panggilan hawa nafsu.
Begitu indah dan hebatnya waktu Dhuha, Alloh bahkan pernah bersumpah atasnya. “Demi adh-Dhuha (waktu matahari sepenggalahan naik).” (QS adh-Dhuhâ [93] : 1)
Adh-Dhuha dipilih berkaitan dengan wahyu-wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW. Ketika matahari naik sepenggalah, cahayanya memancar menerangi seluruh penjuru. Cahayanya tidak terlalu terik sehingga tidak menyebabkan gangguan. Bahkan, panasnya memberikan kesegaran, kenyamanan dan kesehatan. Dengannya, Alloh melambangkan kehadiran wahyu sebagai kehadiran cahaya matahari yang sinarnya demikian jelas, menyegarkan dan menyenangkan.
Sebagai penutup, masih adakah alasan yang akan kita kemukakan sebagai pembenar kita malas melaksanakan sholat Dhuha?
Semoga Alloh menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin…

Isteri Yang Taat Kepada Suami

Isteri Yang Taat Kepada Suami
Ada sebuah kisah, bahawa pada masa Nabi s.a.w. ada seorang laki-laki yang akan berangkat berperang, yang berpesan kepada isterinya : “Hai isteriku janganlah sekali-kali engkau meninggalkan rumah ini, sampai aku kembali pulang.” Secara kebetulan, ayahnya menderita sakit, maka wanita tadi mengutus seorang laki-laki menemui Rasulullah s.a.w.
Rasullullah s.a.w. bersabda kepada utusan itu : “Agar dia mentaati suaminya”. Demikian pula si wanita, mengutus utusan tidak hanya sekali sehigga akhirnya dia mentaati suaminya dan tidak berani keluar rumah.
Maka ayahnya pun meninggal dunia dan dia tetap tidak melihat mayat ayahnya dan dia tetap sabar. Sehingga suaminya kembali pulang. Maka Allah menurunkan wahyu kepada Nabi s.a.w. yang berbunyi, Maksudnya : “Sesungguhnya Allah s.w.t. telah mengampuni wanita tersebut, disebabkan ketaatannya kepada suaminya.”

Kisah si Penginjil yang mendapat Hidayah

Kisah si Penginjil yang mendapat Hidayah
Misionaris Bermimpi Bertemu Rasulullah saw

Nama saya Iselyus Uda, istri saya Maria Juana. Lima belas tahun saya
menjadi penginjil di Kalimantan Tengah sampai akhirnya saya bertemu
dengan seorang laki-laki dalam suatu mimpi.

Tidak pernah terbayang kalau kelak saya akan menginjakkan kaki di tanah
haram yang dirindukan umat Islam. Bahkan tak pernah terpikir saya akan
memeluk agama Islam yang tadinya saya benci. Sebab, sejak kecil saya dan
istri biasa hidup di lingkungan adat yang sama sekali bertentangan
dengan ajaran Islam.

Dulu, suku Dayak dikenal sebagai pengayau tengkorak manusia. Memburu
kepala musuh, baik sesama suku maupun suku lain, merupa-kan pilar utama
budaya dan kepercayaan kami lantaran kepala yang baru dipenggal sangat
penting bagi terciptanya kesejahteraan seisi kampung. Sementara
tengkorak lama makin luntur kekuatan magisnya. Untuk itu, dibutuhkan
perburuan terus menerus yang menyebabkan sering terjadinya peperangan,
baik antar suku ataupun dengan masyarakat luar.

Jasa Penginjil

Sebetulnya agama Islam sudah tersiar di tanah Jawa sejak abad 15,
terutama di Kutai dalam wilayah kerajaan Hindu Mulawarman yang kini
termasuk Provinsi Kalimantan Timur. Namun masyarakat Dayak tidak
tertarik untuk menganut agama Islam karena kami dilarang beternak babi
atau berburu celeng dan memakan dagingnya. Islam juga melarang umat-nya
memelihara anjing. Padahal, babi dan anjing sudah menyatu dengan
kehidupan kami dan tidak mungkin terpisahkan dari upacara adat dan
ritus-ritus nenek moyang.

Tak seorangpun penganjur Islam yang pernah memberitahu adanya
keringanan-keringan

an tentang najis anjing dan babi, serta tidak terlalu memaksa seseorang
yang baru bersyahadat agar segera dikhitan. Seakan keringanan itu
sengaja di- sembunyikan. Yang kami ketahui, kalau memeluk agama Islam
kami harus meninggalkan adat-istia-dat neneng moyang. Sedikit saja
menyimpang dan tetap melaksanakan tradisi nenek moyang, kabar-nya kami
akan dituduh musyrik dan masuk neraka. Bukankah itu menyakitkan dan
mengerikan?

Berbeda dengan sikap penginjil, baik dari kalangan Katolik maupun
Protestan. Mereka datang berduyun-duyun membawa hadiah, ilmu dan
pengetahuan baru yang dapat mengubah cara hidup kami tanpa mengharubiru
adat istiadat dan ritual nenek moyang. Mereka merambah ke
kawasan-kawasan terpencil, perang antar suku tidak pernah terjadi lagi
berkat jerih payah mereka. Kebiasaan mengayau kepala manusia sudah lama
kami ting-galkan, juga agama asli. Dan hal itu terjadi tanpa memusnahkan
upacara adat dan tradisi.

Misionaris Yang Sukses

Sungguh mereka banyak berbuat untuk suku Dayak, termasuk saya dan
keluarga, yang sebagai pengikut Yesus dan Bunda Maria, segala kebutuh-an
hidup kami selalu dipenuhi, oleh karena itu, untuk menanggung delapan
orang anak dan seorang istri , saya tidak pernah mengeluh walaupun saya
hanya sebagai penginjil Katolik.

Sudah tak terhitung banyaknya penduduk yang dapat saya ajak masuk
gereja. Apalagi sejak saya dianugerahi amanat memimpin umat Katolik di
desa Bangkal oleh gereja Sampit. Makin menggebu-gebu semangat saya untuk
mengibarkan panji-panji sang juru selamat dan menegakkan palang salib di
berbagai penjuru. Saya tanamkan iman Kristiani kepada masyarakat
kecamatan Danau Sembuluh tanpa pandang bulu. Malah cita-cita saya tidak
saja menasranikan rakyat Sampit, ibu kota Kabupaten Kotawaringin Timur,
melainkan juga seluruh pelosok Provinsi Kalimantan Tengah.

Tiga tahun saya menebarkan ayat-ayat Injil di mimbar gereja dan di
berbagai persekutuan doa di desa Bangkal dan desa-desa lainnya. Kemudian
saya dipercaya pula untuk mengumandangkan misi gereja di kecamatan
Cempaga sejak tahun 1978.

Berkat kegigihan saya, hingga hampir segenap waktu saya tersita oleh
kegiatan pelayanan rohani, bahkan saya berhasil mengajak umat dan se-mua
pihak untuk bersama-sama membangun gereja yang cukup besar lengkap
dengan asramanya.

Keyakinan Fatamorgana

Dua tahun saya bekerja, memeras tenaga dan pikiran demi kejayaan agama
Katolik melalui gereja yang saya dirikan. Sungguh bangga hati saya,
sungguh mantap kaki saya. Namun dibalik kepuasan batin itu ada sesuatu
yang terngiang-ngiang jauh di dasar sanubari saya. Entah mengapa dan
darimana datangnya tuntutan itu, tidak pernah terungkap sama sekali.
Yakni tanda tanya yang tak mampu saya jawab meskipun telah saya gali
lewat firman-firman suci. Apakah betul jalan saya berasal dari Tuhan?
Tidak kelirukah keyakinan saya itu?.

Kebimbangan tersebut betul-betul sangat menyiksa hidup saya dan mengusik
ketentraman batin. Seolah ada sebuah lubang pada diri saya yang tidak
mampu saya tutupi, malah saya rasa makin lama makin dalam dan lebar.
??Ya Tuhan, kalau Engkau Maha Kuasa dan Maha Penyayang, tunjukkanlah
kebenaran yang sempurna?? demikian ratap saya tiap malam tatkala suasana
sedang lengang dan kesunyian sedang mencekam sambil saya genggam rosario
--kalung salib-- erat-erat.

Saya menggapai-gapai bagaikan hampir tenggelam di tengah-tengah samudera
kehampaan. Saya berteriak nyaring di tengah gurun kesunyian. Saya merasa
ditinggalkan sendirian dalam sebuah lorong gelap dan pengap setelah
seberkas cahaya yang tadinya saya jadikan pedoman kian buram dan hampir
padam. Saya merindukan sinar terang yang tidak menipu saya dengan
bercak-bercak fatamorgana. Saya mendambakan jalan lurus menu-ju haribaan
Tuhan yang sejati dan hakiki.

Mimpi yang menakjubkan

Tiba-tiba, pada suatu malam menjelang akhir Oktober 1980, ketika
kesibukan untuk mengabarkan Injil mencapai puncaknya, saya didatangi
mimpi yang sangat aneh. Seorang lelaki berjenggot rapi mengunjungi saya
antara tidur dan jaga. Pundak saya ditepuk dan tangan kanan saya
ditariknya. Saya menoleh, betapa takjub saya melihat sosok manusia yang
begitu tampan dalam usia bayanya. Berpakaian serba putih dengan rambut
berombak tertutup selembar kain halus yang juga berwarna putih, ia
tampak sangat agung dan anggun. Saya merasa damai oleh pandangan dan
senyumnya.

Dituntunnya saya menjelajahi hamparan tanah yang tandus menuju sebuah
gurun pasir yang luas dan gersang. Anehnya, meskipun matahari terik
membakar, saya justru merasakan kesejukan yang indah dan menawan, seolah
gumpalan awan besar menaungi kami berdua.

Ketika tiba di suatu tempat yang asing dan sakral, ia mempersilakan saya
masuk, saya melihat ribuan manusia bergerak mengelilingi sebuah bangunan
berbentuk kubus sambil berlari-lari kecil, di antara mereka ada yang
sedang bersujud dengan khusyu??, banyak pula yang berebutan mencium batu
hitam kebiruan yang menempel di dinding kubus itu, begitu saya datang,
kerumunan manusia tadi menyibakkan diri memberikan kesempatan kepada
saya untuk memeluk dan mencium batu berkilat itu sepuas hati. Amboi,
alangkah harum-nya, alangkah tenteramnya jiwa saya.

Setelah itu ia mengarak saya bersama berbagai awan ke tempat lain yang
pemandangannya amat berbeda, tetapi suasananya sama, penuh keagungan,
saya bertanya, ??Bangunan apa yang teduh ini??? Ia menjawab,??Ini yang
dinamakan Masjid Nabawi.??

Sebagai penginjil saya pernah mengenal istilah itu, sebab mempelajari
agama-agama lain adalah modal untuk membeberkan kebenaran kami dan
membongkar kelemahan mereka. Oleh karena itu saya terkejut, mengapa saya
dibawa kemari?
??Gundukan tanah yang ditengah itu untuk apa???
kembali saya bertanya,
??Itu makam Nabi Muhammad.?? sahutnya.

Mendengar penjelasan itu sayapun makin kaget. Nabi Muhammad adalah
pembawa ajaran Islam, ada hubungan apa dengan saya sampai saya diajaknya
berziarah ke situ? meski beribu kebingungan menyemak di hati,
sekonyong-konyong, tanpa dimintanya saya bersimpuh di depan kuburan yang
sederhana itu, Air mata saya menetes. Saya terharu walaupun tidak tahu
kenapa.

Betapa mulianya pemimpin kaum Muslimin itu yang pengikutnya ratusan juta
orang, tetapi makam-nya begitu bersahaja, yang ajarannya ditaati
umatnya, namun kematiannya tidak boleh diratapi. Saya terpana sangat
lama sehingga tatkala saya sadar kembali, lelaki yang mengantar saya
tadi telah menghilang kedalam kuburan itu.

Panggilan hati

Saya ceritakan mimpi ini kepada istri dan anak-anak, mereka terkesima,
istri saya berkaca-kaca, saya tidak mengerti apa sebabnya. Barulah pada
malam harinya, ketika kami cuma berdua, ia berkata, ??saya yakin itu
bukan sekedar mimpi. Itu panggilan. Dan kita berdosa kepada Tuhan bila
tidak mau mendatangi panggilan-Nya. ??, ??Maksudmu?? ? saya tidak paham
akan maksud istri saya. ??Kita tanya kepada orang yang ahli agama Islam.
Siapakah lelaki baya yang mengajak abang itu, dan apa makna mimpi itu.
Kalau memang benar merupakan panggilan Tuhan, berarti kita harus masuk
Islam,??jawab istri saya tanpa ragu-ragu.

Sayalah yang justru dilanda kebimbangan, terombang-ambing dalam iman
Kristiani yang makin goyah. Apalagi tiap kali teringat akan salah satu
surah al-Qur??an yang pernah saya pelajari,

??Tuhanmu adalah Allah yang Maha Tunggal, Yang Tidak Beranak dan Tidak
Diperanakkan? ?

Saya ingin lari menghindari dengungan batin itu, namun keyakinan saya
tak cukup kuat untuk menahan deburan ayat-ayat suci al-Qur??an.
Untungnya pada tahun 1983 gereja Sampit memindahkan saya ke Medan di
desa Resettlement untuk mengobarkan semangat Injil pada masyarakat
setempat, saya terima dengan setengah hati sebab semangat Injil saya
sedang meluntur ke titik paling rawan. Anehnya, saya merasa bahagia
menerima keadaan itu, lebih-lebih ucapan istri saya yang tak pernah
lenyap dari pendengaran saya. ??Kalau mimpi itu merupakan panggilan
Tuhan, kita berdosa jika tidak mendatangi-Nya. Kita harus masuk Islam.??

Masuk Islam

Akhirnya, awal Maret 1990 saya sekeluarga mengunjungi KUA Mentawa Baru
Ketapang, sesudah lebih dulu mendapat penjelasan dari seseorang yang
saya percayai memiliki pengetahuan mendalam tentang agama Islam. Ia
mengatakan bahwa lelaki dalam mimpi saya adalah Nabi Muhammad saw.
Diterangkannya lebih lanjut bahwa tidak semua orang, termasuk kaum
Muslimin, bisa memperoleh kehormatan bertemu dengan Nabi saw dalam
mimpi. Dia meyakinkan saya bahwa mimpi itu bukan dusta, bukan kembang
tidur. Sebab, Iblis tak sanggup menyerupai Nabi saw walaupun ia bisa
menyamar sebagai Malaikat.

Itulah yang kian memantapkan tekad saya sekeluarga untuk memeluk ajaran
Islam, maka dengan bimbingan Mahali, BA, kami mengucapkan dua kalimah
syahadat disaksikan oleh para pendahulu kami, Arkenus Rembang dan
Budiman Rahim, dari Kantor Departemen Agama Sampit. Nama saya Iselyus
Uda diganti dengan Muhammad Taufik; istri saya menjadi Siti Khadijah.
Begitu pula kedelapan anak saya yang memperoleh nama baru yang
diambilkan dari al-Qur??an. Sepulang dari upacara persaksian itu dada
saya terasa sangat lapang dan dunia makin benderang. Tengah malam saya
mengangkat kedua tangan dan menggumam,?? Ya Tuhan, terpujilah nama-Mu,
telah datang Kerajaan-Mu, kami bersyukur kepada-Mu, ya Allah, untuk
anugerah kebenaran ini.??

Menebus mimpi

Sejak hari paling bahagia itu saya mulai berangan-angan, kapankah
pemandangan dalam mimpi saya dulu itu bisa terwujud. Saya merindukan
tanah suci tempat kelahiran Nabi ?? dan tempat makamnya, yaitu Makkah
dan Madinah. Tanpa kuasa Allah SWT, rasanya mustahil terlaksana
mengingat ekonomi saya tidak secerah semasa menjadi penginjil, akan
tetapi saya tidak mengeluh. Memang pada segi materi terjadi penurunan,
tetapi dari segi yang lain kehidupan kami bertambah makmur, sejahtera
dan penuh berkah.

Kekurangan kami sedikit, kami anggap biasa, itulah ujian iman. Materi
bukanlah segala-galanya yang penting anak-anak dapat melanjutkan sekolah
mereka dan kebutuhan sehari-hari kami tercukupi. Adapun hidup lebih
bukanlah tujuan utama. Buat kami sudah puas dengan kaya di hati dan
rezeki yang halal.

Saya tidak tahu apakah keikhlasan itu diterima Tuhan, ataukah lantaran
sudah tertulis dalam takdir-Nya bahwa saya sekeluarga harus menjadi
muslim dan muslimat yang kuat. Peristiwa yang terjadi dua pekan setelah
kami masuk Islam membuat saya makin bersyukur kepada Allah SWT, yaitu
ketika Kakandepag Kotawaringin Timur, Drs. H. Wahyudi A. Ghani, bertamu
ke rumah saya di Desa Resettlement. Ia tidak hanya bertandang, tetapi
mengantarkan tebusan mimpi.

Ia mengabarkan bahwa Menteri Agama, H. Munawir Syadzali, MA, menaruh
simpati kepada saya dan berkenan memberangkatkan kami suami istri untuk
menjalani ibadah umrah. Subhanallah, alangkah Akbarnya Engkau, alangkah
luas kasih sayang Engkau. Sungguh saya tidak mampu menggoreskan pena
atau menggerakkan lidah guna menggambarkan kegembiraan dan kebahagiaan
saya.

Tidak bisa lain yang menggugah hati Menteri Agama, pasti Allah Yang Maha
Kuasa. Tanpa kehendak-Nya mana mungkin seorang menteri memperhatikan
seorang warga desa terpencil di Kalimantan Tengah ini, padahal
kegiatannya selaku menteri tidak kepalang sibuknya. Saya dan istri
langsung sujud syukur di hadapan Allah SWT. Kamipun berangkat ketanah
suci tahun 1991.

Akhirnya, kami kesampaian mewujudkan pemandangan dalam mimpi dengan
melaksanakan thawaf mengelilingi Ka??bah, menunaikan sa??i antara bukit
Shafa dan Marwah, serta berziarah ke makam Nabi Muhammad saw.

Agaknya doa kami di tempat-tempat mustajab di Makkah dan Madinah mulai
dikabulkan-Nya. Sekembalinya dari tanah suci ada seorang hartawan yang
tidak ingin disebut namanya, mewakafkan sebidang tanah kepada saya.

Saya berniat menghabiskan sisa umur saya untuk menebus dosa-dosa pada
masa silam tatkala lima belas tahun lamanya saya bekerja keras
memurtadkan umat Islam dan merayu banyak orang agar mengikuti keyakinan
saya kala itu. Ihdinashshirathal mustaqim.
Tema keindahan Islam sangat luas, panjang lebar sulit untuk diringkas dengan bilangan waktu yang tersisa. Sebelumnya, yang perlu kita ketahui adalah firman Allah.

إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللّهِ الإِسْلاَمُ

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (Qs. Ali Imran: 19)

Juga firman-Nya.

وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلاَمِ دِيناً فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ

“Barang siapa yang mencari selain Islam sebagai agama, maka tidak akan diterima.” (Qs. Ali Imran: 85)

Jadi, agama yang dibawa oleh para nabi dan menjadi sebab Allah mengutus para rasul adalah dienul Islam. Allah mengutus para rasul untuk mengajak agar orang kembali kepada Allah. Para rasul datang untuk memperkenalkan Allah. Barang siapa menaati mereka, maka para rasul akan memberikan kabar gembira kepadanya. Adapun orang yang menentangnya, maka para rasul akan menjadi peringatan baginya. Para rasul diperintahkan untuk menegakkan agama di dunia ini.

Allah berfirman.

شَرَعَ لَكُم مِّنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحاً وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ

“Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu ‘Tegakkan agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.’ Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)Nya orang yang kembali (kepada)-Nya.” (Qs. Asy-Syura: 13)

Islam adalah agama yang dipilih Allah untuk makhluk-Nya. Agama yang dibawa Nabi merupakan agama yang paripurna. Allah tidak akan menerima agama selainnya. Jadi agama ini adalah agama penutup, yang dicintai dan diridhaiNya.

Allah berfirman.

يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ

“Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada)-Nya.” (Qs. Asy-Syura: 42)

Sebagian ahli ilmu mengatakan, Sebelumnya aku mengira bahwa orang yang bertaubat kepada Allah, maka Allah akan menerima taubatnya. Dan orang yang meridhoi Allah, niscaya Allah akan meridhoinya. Dan barang siapa yang mencintai Allah, niscaya Allah akan mencintainya. Setelah aku membaca Kitabullah, aku baru mengetahui bahwa kecintaan Allah mendahului kecintaan hamba pada-Nya dengan dasar ayat,

يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ

“Dia mencintai mereka dan mereka mencitai-Nya.” (Qs. Al Maaidah: 54)

Ridha Allah kepada hambaNya mendahului ridha hamba kepada-Nya dengan dasar ayat,

رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ

“Allah meridhoi mereka dan mereka meridhoi-Nya.” (Qs. At-Taubah: 100)

Dan aku mengetahui bahwa penerimaan taubat dari Allah, mendahului taubat seorang hamba kepada-Nya dengan dasar ayat,

ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ لِيَتُوبُواْ إِنَّ

“Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya.” (Qs. At-Taubah: 118)

Demikianlah, bila Allah mencintai seorang manusia, maka Dia akan melapangkan dadanya untuk Islam. Dalam Shahihain, dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah bersabda. “Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya. Tidak ada seorang Yahudi dan Nasrani yang mendengarku dan tidak beriman kepadaku, kecuali surga akan haram buat dirinya.” (Hadits Riwayat Muslim)

Karena itu, agama yang diterima Allah adalah Islam. Umat Islam harus menjadikannya sebagai kendaraan. Persatuan harus bertumpu pada tauhid dan syahadatain. Islam agama Allah. Kekuatannya terletak pada Islam itu sendiri. Allah menjamin penjagaan terhadapnya.

Allah berfirman,

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (Qs. Al-Hijr: 9)

Sedangkan agama selainnya, jaminan ada di tangan tokoh-tokoh agamanya.

Allah berfirman.

بِمَا اسْتُحْفِظُواْ مِن كِتَابِ اللّهِ

“Disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab.” (Qs. Al Maaidah: 44)

Kalau mereka tidak menjaganya, maka akan berubah. Ia bagaikan sesuatu yang mati. Harus digotong. Tidak dapat menyebar, kecuali dengan dorongan sekian banyak materi. Sedangkan Islam pasti tetap akan terjaga. Karena itu, masa depan ada di tangan Islam. Islam pasti menyebar ke seantero dunia. Allah telah menjelaskannya dalam Al Quran, demikian juga Nabi dalam Sunnahnya. Kesempatan kali ini cukup sempit, tidak memungkinkan untuk menyebutkan seluruh dalil. Tapi saya ingin mengutip sebuah ayat.

مَن كَانَ يَظُنُّ أَن لَّن يَنصُرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ فَلْيَمْدُدْ بِسَبَبٍ إِلَى السَّمَاء ثُمَّ لِيَقْطَعْ فَلْيَنظُرْ هَلْ يُذْهِبَنَّ كَيْدُهُ مَا يَغِيظُ

“Barang siapa yang menyangka bahwa Allah sekali-kali tidak menolongnya (Muhammad) di dunia dan akhirat, maka hendaklah ia merentangkan tali ke langit, kemudian hendaklah ia melaluinya kemudian hendaklah ia pikirkan apakah tipu dayanya itu dapat melenyapkan apa yang menyakitkan hatinya.” (Qs. Al-Hajj: 15)

Dalam Musnad Imam Ahmad dari sahabat Abdullah bin Amr, kami bertanya kepada Nabi, “Kota manakah yang akan pertama kali ditaklukkan? Konstantinopel (di Turki) atau Rumiyyah (Roma)?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Konstantinopel-lah yang akan ditaklukkan pertama kali, kemudian disusul Rumiyyah.” Yaitu Roma yang terletak di Italia. Islam pasti akan meluas di seluruh penjuru dunia. Pasalnya, Islam bagaikan pohon besar yang hidup lagi kuat, akarnya menyebar sepanjang sejarah semenjak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Islam adalah agama (yang sesuai dengan) fitrah. Kalau anda ditanya, bagaimana engkau mengetahui Robb-mu. Jangan engkau jawab, “dengan akalku,” tapi jawablah, “dengan fitrahku.” Oleh karena itu, ketika ada seorang atheis yang mendatangi Abu Hanifah dan meminta dalil bahwa Allah adalah Haq (benar), maka beliau menjawab dengan dalil fitrah. “Apakah engkau pernah naik kapal dan ombak mempermainkan kapalmu?” Ia menjawab, “Pernah.” (Abu Hanifah bertanya lagi), “Apakah engkau merasa akan tenggelam?” Jawabnya, “Ya.” “Apakah engkau meyakini ada kekuatan yang akan menyelamatkanmu?” “Ya,” jawabnya. “Itulah fitrah yang telah diciptakan dalam dirimu. Kekuatan ada dalam dirimu itulah kekuatan fitrah Allah. Manusia mengenal Allah dengan fitrahnya. Fitrah ini terkandung dalam dada setiap insan. Dasarnya hadits Muttafaq ‘Alaih. Nabi bersabda: “Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi.”

Akal itu sendiri bisa mengetahui bahwa Allah adalah Al-Haq. Namun ia secara mandiri tidak akan mampu mengetahui apa yang dicintai dan diridhoi Allah. Apakah mungkin akal semata saja dapat mengetahui bahwa Allah mencintai sholat lima waktu, haji, puasa di bulan tertentu? Karena itu, fitrah itu perlu dipupuk dengan gizi yang berasal dari wahyu yang diwahyukan kepada para nabi-Nya.

Sekali lagi, nikmat dan anugerah paling besar yang diterima seorang hamba dari Allah ialah bahwa Allah-lah yang memberikan jaminan untuk menetapkan syariat-Nya. Dialah yang menjelaskan apa yang dicintai dan diridhaiNya. Inilah nikmat terbesar dari Allah kepada hamba-Nya. Bila ada orang yang beranggapan ada kebaikan dengan keluar dari garis ini dan mengikuti hawa nafsunya, maka ia telah keliru. Sebab kebaikan yang hakiki dalam kehidupan ini maupun kehidupan nanti hanyalah dengan menaati seluruh yang datang dari Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.

Syariat Islam datang untuk menjaga lima perkara. Allah telah mensyariatkan banyak hal untuk menegaskan penjagaan ini. Islam datang untuk menjaga agama. Karena itu, Allah mengharamkan syirik, baik yang berupa thawaf di kuburan, istighatsah kepada orang yang dikubur serta segala hal yang bisa menjerumuskan ke dalam syirik, dan mengharamkan untuk mengarahkan ibadah, apapun bentuknya, (baik) secara zahir maupun batin kepada selain Allah. Oleh sebab itu, kita harus memahami makna ringkas syahadatain yang kita ucapkan.

Syahadat “Laa Ilaaha Illa Allah”, maknanya: tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, ibadah hanya milik Allah. Ini bagian dari pesona agama kita. Allah mengharamkan akal, hati dan fitrah untuk melakukan peribadatan dan istijabah (ketaatan mutlak) kepada selain-Nya. Sedangkan makna syahadat “Wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah”, (yakni) tidak ada orang yang berhak diikuti kecuali Muhammad Rasulullah. Kita tidak boleh mengikuti rasio, tradisi atau kelompok jika menyalahi Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah. Maka seorang muslim, di samping tidak beribadah kecuali kepada Allah, juga tidak mengikuti ajaran kecuali ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia tidak mengikuti ra’yu keluarga, ra’yu kelompok, ra’yu jama’ah, ra’yu tradisi dan lain-lain jika menyalahi Al Quran dan Sunnah.

Dakwah Salafiyah yang kita dakwahkan ini adalah dinullah yang suci dan murni, yang diturunkan oleh Allah pada kalbu Nabi. Jadi dalam berdakwah, kita tidak mengajak orang untuk mengikuti kelompok ataupun individu. Tetapi mengajak untuk kembali kepada Al Quran dan Sunnah. Namun, memang telah timbul dakhon (kekeruhan) dan tumbuh bid’ah. Sehingga kita harus menguasai ilmu syar’i. Kita beramal (dengan) meneladani ungkapan Imam Malik, dan ini, juga perkataan Imam Syafi’i, “Setiap orang bisa diambil perkataannya atau ditolak, kecuali pemilik kubur ini, yaitu Rasulullah.”

Telah saya singgung di atas, agama datang untuk menjaga lima perkara. Penjagaan agama dengan mengharamkan syirik dan segala sesuatu yang menimbulkan akses ke sana. Kemudian penjagaan terhadap badan dengan mengharamkan pembunuhan dan gangguan kepada orang lain. Juga datang untuk memelihara akal dengan mengharamkan khamar, minuman keras, candu dan rokok. Datang untuk menjaga kehormatan dengan mengharamkan zina, percampuran nasab dan ikhtilath (pergaulan bebas). Juga menjaga harta dengan mengharamkan perbuatan tabdzir (pemborosan) dan gaya hidup hedonisme. Penjagaan terhadap kelima perkara ini termasuk bagian dari indahnya agama kita. Syariat telah datang untuk memerintahkan penjagaan terhadap semua ini. Dan masih banyak perkara yang digariskan Islam, namun tidak mungkin kita paparkan sekarang.

Syariat telah merangkum seluruh amal shahih mulai dari syahadat hingga menyingkirkan gangguan dari jalan. Karena itu tolonglah jawab, kalau menyingkirkan gangguan dari jalan termasuk bagian dari keimanan, bagaimana mungkin agama memerintahkan untuk mengganggu orang lain, melakukan pembunuhan dan peledakan? Jadi, ini sebenarnya sebuah intervensi pemikiran asing atas agama kita. Semoga Allah memberkahi waktu kita, dan mengaruniakan kepada kita pemahaman terhadap Kitabullah dan Sunnah Nabi dengan lurus. Dan semoga Allah memberi tambahan karunia-Nya kepada kita. Akhirnya, kami ucapkan alhamdulillah Rabbil ‘Alamin.

RASULULLAH S.A.W DAN PENGEMIS YAHUDI BUTA

RASULULLAH S.A.W DAN PENGEMIS YAHUDI BUTA

Di sudut pasar Madinah Al-Munawarah seorang pengemis Yahudi buta hari demi hari apabila ada orang yang mendekatinya ia selalu berkata "Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya". Setiap pagi Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad. Rasulullah SAW melakukannya hingga menjelang Beliau SAW wafat. Setelah kewafatan Rasulullah tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu.


Suatu hari Abubakar r.a berkunjung ke rumah anaknya Aisyah r.ha. Beliau bertanya kepada anaknya, "anakku adakah sunnah kekasihku yang belum aku kerjakan", Aisyah r.ha menjawab pertanyaan ayahnya, "Wahai ayah engkau adalah seorang ahli sunnah hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunnah saja". "Apakah Itu?", tanya Abubakar r.a. Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana", kata Aisyah r.ha.


Ke esokan harinya Abubakar r.a. pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikannya kepada pengemis itu. Abubakar r.a mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan itu kepada nya. Ketika Abubakar r.a. mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil berteriak, "siapakah kamu ?". Abubakar r.a menjawab, "aku orang yang biasa". "Bukan !, engkau bukan orang yang biasa mendatangiku", jawab si pengemis buta itu. Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut dengan mulutnya setelah itu ia berikan pada ku dengan mulutnya sendiri", pengemis itu melanjutkan perkataannya.


Abubakar r.a. tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, aku memang bukan orang yang biasa datang pada mu, aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW. Setelah pengemis itu mendengar cerita Abubakar r.a. ia pun menangis dan kemudian berkata, benarkah demikian?, selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia.... Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat dihadapan Abubakar r.a.

Do'a mengusir jin Ifrit

Do'a mengusir jin Ifrit


Aku mohon perlindungan dengan Dzat Allah Yang Maha Mulia dan dengan firman-firmanNya yang amat sempurna, yang tidak dapat dilanggar oleh seseorang yang baik mauhupun yang durhaka, dari segala (bentuk) kejahatan apa saja yang turun dari langit serta kejahatan apa saja yang naik ke langit. Juga dari segala bentuk kejahatan apa saja yang melata di bumi dan dari kejahatan apa saja yang keluar dari bumi, serta dari fitnah-fitnah (yang berada) pada waktu malam dan siang hari, juga dari pendatang-pendatang (buruk) di waktu malam dan siang hari, kecuali sesuatu yang datang dengan membawa kebaikan, wahai Dzat Yang Maha Berbelas Kasih.




Allah Akan Mencukupi Semua Urusan Orang Yang Bertawakal Kepada-Nya



Hal ini berdasarkan dari firman Allah yang berbunyi : "Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya". (Ath-Thalaq : 3) yaitu yang mencukupinya. Ar-Robi' bin Khutsaim berkata : Dari segala sesuatu yang menyempitkan (menyusahkan) manusia. (Hadits Riwayat Bukhari bab Tawakal 11/311)
Ibnul Qayyim berkata : Allah adalah yang mencukupi orang yang bertawakal kepadanya dan yang menyandarkan kepada-Nya, yaitu Dia yang memberi ketenangan dari ketakutan orang yang takut, Dia adalah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong dan barangsiapa yang berlindung kepada-Nya dan meminta pertolongan dari-Nya dan bertawakal kepada-Nya, maka Allah akan melindunginya, menjaganya, dan barangsiapa yang takut kepada Allah, maka Allah akan membuatnya nyaman dan tenang dari sesuatu yang ditakuti dan dikhawatirkan, dan Allah akan memberi kepadanya segala macam kebutuhan yang bermanfa'at. (Taisirul Azizil Hamidh hal. 503)
Dan ini adalah ganjaran yang paling besar, yaitu Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menjadikan diri-Nya sendiri sebagai yang memenuhi segala kebutuhan orang yang bertawakal kepada-Nya, dan sungguh Allah telah banyak menyebutkan kebaikan dan keutamaan yang menjadi ganjaran untuk orang-orang yang bertawakal kepada Allah, antara lain.
Firman Allah. "Artinya : Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar". (Ath-Thalaq : 2) "Artinya : Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahan dan akan melipat gandakan pahala baginya". (Ath-Thalaq : 5) "Artinya : Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya". (Ath-Thalaq : 4) "Artinya : Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugrahi nikmat oleh Allah, yaitu; Nabi-nabi, para hiddiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang yang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya". (An-Nisa' : 69)
Sedangkan ayat yang menyebutkan sikap tawakal adalah firman Allah : "Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya". (Ath-Thalaq : 3) Ibnu Al-Qayyim berkata : Perhatikanlah ganjaran-ganjaran yang akan diterima oleh orang yang bertawakal yang mana ganjaran itu tak diberikan kepada orang lain selain yang bertawakal kepada-Nya, ini membuktikan bahwa tawakkal adalah jalan terbaik untuk menuju ke tempat di sisinya dan perbuatan yang amat dicintai Allah. (Madarijus Salikin 2/128)
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu berkata. "Bersabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam : Jika seseorang keluar dari rumah, maka ia akan disertakan oleh dua orang malaikat yang selalu menemaninya. Jika orang itu berkata Bismillah (dengan menyebut nama Tuhan), kedua malaikat itu berkata : Allah telah memberimu petunjuk, jika orang itu berkata : Tiada daya dan upaya dan kekuatan kecuali kepada Allah, kedua malaikat itu berkata : Engkau telah dilindungi dan dijaga, dan jika orang itu berkata : Aku bertawakal kepada Allah, kedua malaikat itu berkata : Engkau telah mendapatkan kecukupan". 1)
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam bab Zuhud yang disanadkan kepada Amru bin 'Ash yang mengangkat hadits ini kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam beliau bersabda : "Sesungguhnya di dalam hati anak Adam terdapat celah-celah, dan barangsiapa yang mengabaikan Allah pada setiap celah di dalam hatinya maka ia akan binasa, dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, maka Allah akan mencukupi celah-celah yang ada dalam hatinya itu". (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah bab Zuhud : 4166 (2/1395) di dalam Az-Zawaid dikatakan bahwa hadist ini lemah sanadnya, dan di dalam Al-Mizan dikatakan bahwa hadits ini tertolak)
Sebagaimana diriwayatkan pula bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Barangsiapa yang memutuskan gantungannya selain kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka Allah akan mencukupi baginya segala kebutuhannya, dan Allah akan mendatangkan rezeki baginya dari yang tak terduga". (Dikeluarkan oleh Thabrani dalam Ash-Shagir 1/115-116 dan diriwayatkan oleh Ibnu Abu Halim seperti yang disebutkan dalam Ibnu Katsir 8/174 dan Abu Shaikh dalam At-Targhib 2/538 lihat Majmu' Az-Zawa'id 10/303)
Yang memberi kecukupan hanyalah Allah saja, sebagaimana firman-Nya : "Hai Nabi, cukuplah Allah (menjadi Pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu". (Al-Anfal : 64), artinya; cukuplah Allah bagi kamu, dan cukuplah bagimu orang-orang yang beriman mengikutimu (Tafsir Ath-Thabari 10/37), maka kalian semua tak akan membutuhkan seseorang jika kalian bersama Allah, ini adalah pendapat dari Abu Shaleh Ibnu Abbas, dan juga berpendapat Ibnu Zaid, Muqatil (Zaad Al-Masir 3/556). Asy-Sya'bi (Tafsir Ath-Thabari 10/37) dan lain-lainnya, dan Ibnu Katsir tak menyebutkan selain pendapat ini (Tafsir Ibnu Katsir 4/30). Ada juga yang mengatakan bahwa artinya adalah : cukuplah bagimu Allah, dan cukuplah bagimu orang-orang yang beriman, yaitu pendapat yang diriwayatkan dari Al-Hasan dan diikuti oleh An-Nuhas. (Tafsir Al-Qurthubi 8/43)
Ibnu Al-Jauzy berkata : Bahwa yang benar adalah pendapat yang pertama (Zaad Al-Masir 3/256), hal itu berdasar pada petunjuk bukti kajian bahwa sesungguhnya yang bisa memberi kecukupan hanyalah Allah Subhanahu wa Ta'ala. (Adlwa'u Al-Bayan)
Ibnu Al-Qayyim berkata : Ini begitu juga dengan pendapat sebagian orang adalah suatu kesalahan yang nyata, tidak boleh mengartikan ayat ini seperti ini (pendapat kedua), dan bahwa sesungguhnya yang bisa memberi kecukupan hanyalah Allah semata, begitu juga dengan tawakal, taqwa dan penyembahan hanyalah kepada Allah, dan Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman dalam Al-Qur'an yang artinya : "Dan jika mereka bermaksud hendak menipu, maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindung). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mukmin". (Al-Anfal : 62)
Lalu dia (Ibnu Al-Qayyim) membedakan antara memberi kecukupan dengan memberi kekuatan. Yang bisa memberi kecukupan hanyalah Allah Subhanahu wa Ta'ala semata, sementara yang bisa memberi kekuatan adalah hanyalah Allah dengan membantunya dan juga bersama hamba-hamba Allah lainnya, Allah telah memuji kepada orang-orang yang bertauhid serta orang-orang yang bertawakal di antara hamba-hambanya, yang mana Allah mengkhususkan mereka untuk mendapat kecukupan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka Allah berfirman: "(Yaitu) orang-orang (yang menta'ati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: 'Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka', maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab : 'Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung". (Ali Imran : 173), dan mereka tidak pernah mengatakan : cukuplah Allah bagi kami dan Rasulnya.
Jika mereka berpendapat seperti ini dan Allah memuji mereka seperti itu, maka bagaimana mungkin Allah mengatakan kepada utusan-Nya dengan mengatakan : Allah dan pengikut-pengikutmu akan memberimu kecukupan, sementara para pengikut Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menjadikan Allah satu-satunya yang memberi kecukupan, dan mereka tidak pernah men-sekutu-kan Allah dengan Rasul-Nya dalam masalah memberi kecukupan, bagaimana mungkin mereka (para pengikut Muhammad) melakukan hal seperti ini ?! ini adalah kemustahilan yang paling Mustahil dan Kesesatan yang paling sesat.
Hal yang serupa dengan bahasan ini adalah firman Allah yang berbunyi : "Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata. 'Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan kepada kami sebahagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah', (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka)". (At-Taubah : 59)


Maka perhatikanlah, bagaimana Alllah menjadikan kewajiban untuk mematuhi diri-Nya dan Rasul-Nya, sebagaimana firman-Nya: "Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia". (Al-Hasyr : 7), dan menjadikan kecukupan itu hanya dengan diri-Nya semata, Allah tidak pernah mengatakan : dan mereka berkata : cukuplah Allah dan Rasul-Nya bagi kami, akan tetapi Allah menjadikan diri-Nya sendiri satu-satunya yang bersifat memberi kecukupan, seperti fiman Allah : "Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah". (At-Taubah : 59), dan Allah tidak pernah mengatakan : "dan kepada Rasul-Nya", akan tetapi Allah menjadikan berharap hanya kepada-Nya semata, sebagaimana firman Allah : "Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap". (Asy-Syarh : 7-8)
Maka berharap, bertawakal, berlindung dan memberi kecukupan hanyalah kepada Allah semata, sebagaimana bahwa ibadah, taqwa dan sujud hanyalah milik Allah semata, begitu juga dengan sumpah dan bernadzar tidak diperbolehkan kecuali hanya kepada Allah semata.
Dan yang serupa dengan ayat ini adalah firman Allah yang berbunyi : "Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya". (Az-Zumar : 36). Maka yang mencukupi berarti Dia pula yang melindungi, di sini Allah mengabarkan bahwa hanya Dia seoranglah yang memberi perlindungan kepada hamba-Nya, sekali lagi bagaimana mungkin Allah menjadikan hambanya para pengikut Nabi bersama Allah sebagaimana yang memberi kecukupan ?!, dalil-dalil yang membuktikan kesesatan penafsiran yang merusak ini lebih banyak lagi untuk disebutkan. (Zaad Al-Ma'ad 1/36-37)

Footnote :
1. Hadits Riwayat At-Tirmidzi bab do'a 3426 (5/490) dan ia juga mengatakan bahwa hadits ini adalah : hadits baik, benar dan asing, kami tak mengetahuinya kecuali dengan ungkapan seperti ini. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah bab do'a 3886 (2/178), ia berkata di dalam Kitab Az-Zawaid : Bahwa di dalam sanad hadits ini terdapat Harun bin Abdullah, ia adalah seorang yang lemah. Diriwayatkan oleh Abu Daud dari hadits Anas bab Adab 5073 (13/437), Ahmad dalam Musnadnya (1/66) yang lebih sempurna dari ungkapan ini. Hadits ini dibenarkan oleh Al-Albani sebagaimana dalam shahih Al-Jami Ash-Shagir 513, 227 (1/1950).

Disalin dari buku At-Tawakkul 'Alallah wa 'Alaqatuhu bil Asbab oleh Dr Abdullah bin Umar Ad-Dumaiji dengan edisi Indonesia Rahasia Tawakal & Sebab Akibat hal. 84 - 89 Bab Buah Tawakal, terbitan Pustaka Azzam Penerjemah Drs. Kamaluddin Sa'diatulharamaini dan Farizal Tirmidzi.