Latest Updates

Halalnya Uang Belanja Umar bin Abdul Aziz

Kezuhudan Umar bin Abdul Aziz tidak kalah dengan kakeknya, Umar bin khatab yang selalu memperhatikan keadaan rakyatnya


Anchaznet.com--Indonesia yang konon negerinya gemah ripah loh jinawi, sampai saat ini  rakyatnya masih banyak yang miskin. Yang kaya semakin kaya dan yang miskin tetap dibawah garis kemiskinan. Tengok saja, kehidupan para pejabat yang diberi kepercayaan untuk mengurus negara, baru sebentar menjabat kekayaannya langsung membludak naik. Ujung-ujungnya mereka terjerat kasus korupsi. Lalu, siapa yang salah?

Taufik Ismail pernah mengatakan dalam seminarnya di Depok baru-baru ini. Sastrawan ini ini mengatakan,”Kita butuh dua abab untuk bisa mengentaskan kasus korupsi  di Indonesia,” ujarnya. Taufik Ismail melihat generasi se-usianya sulit diperbaiki. Dari kalangan bawah hingga masyarakat atas seakan-akan telah menjamur penyakit yang namanya korupsi ini.

Seharusnya para pejabat yang memegang amanah rakyat, meneladani kehidupan-kehidupan pemimpin besar umat. Mereka benar-benar takut jika menyelewenagkan amanah yang telah diberikan kepercayaan kepadannya. Jabatan adalah amanah yang harus dipertangungjawabkan di hadapan masyarakat dan Allah Subhanallahhu wata’ala.

Sebagaimana diterangkan dalam hadits Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam, “Seorang imam (khalifah) adalah pemelihara dan pengatur urusan (rakyat), dan dia akan diminta pertanggungjawabannya terhadap rakyatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Roti Umar bin Abdul Aziz

Dalam masalah harta, para pejabat pun bisa mengambil contoh khalifah Umar bin Abdul Aziz dari kisah sepotong rotinya. Seorang khilafah yang tidak mengkorup harta milik rakyatnya untuk kepentingan pribadi atau keluarganya. Tidak mau menilep uang dari rakyatnya. Ia hidup sederhana, ala kadarnya.

Alkisah, tatkala  Umar Bin Abdul Aziz masih menjabat  sebagai khalifah, suatu hari ia pernah  disediakan makanan oleh Istrinya. Sepotong roti yang masih hangat,  harum dan wangi. Terlihat begitu lezat hingga membangkitkan selera.

Sang Khalifah merasa heran dan bertanya pada Istrinya: “Wahai Istriku dari mana kau memperoleh roti yang harum dan tampak lezat ini”?

Istrinya menjawab, “Ya Amirul Mukminin itu buatanku sendiri, aku sengaja membuatkan ini hanya untuk menyenangkan hatimu yang setiap hari selalu sibuk dengan urusan negara dan umat.

“Berapa uang yang kamu perlukan untuk membuat roti seperti ini” tanya Khalifah.

“Hanya tiga setengah dirham saja , kenapa memangnya” jawab sang istri

“Aku perlu tahu asal usul makanan dan minuman yang akan masuk ke dalam perutku ini, agar aku bisa mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah SWT nanti, ” jawab Khalifah, dan bertanya lagi  “Terus uang yang 3,5 dirham itu kau dapatkan dari mana”?

“Uang itu saya dapatkan dari hasil penyisihan setengah dirham tiap hari dari uang belanja harian rumah tangga kita yang selalu kau berikan kepadaku, jadi dalam seminggu terkumpulah 3.5 dirham dan itu cukup untuk membuat roti  seperti ini yang halalan toyyiban,” jawab istrinya.

“Baiklah kalau begitu . Saya percaya bahwa asal usul roti ini halal dan bersih, “ kata Khalifah yang lalu menambahkan. “Berarti kebutuhan biaya harian rumah tangga kita harus dikurangi setengah dirham, agar tak mendapat kelebihan yang membuat kita mampu memakan roti yang lezat atas tanggungan umat. “

Kemudian Khalifah memanggil Bendahara Baitulmaal (Kas Negara) dan meminta agar uang belanja harian untuk rumah tangga Khalifah dikurangi setengah dirham. Dan Khalifah berkata kepada istrinya, “Saya akan berusaha mengganti harga roti ini agar hati dan perut saya tenang dari gangguan perasaan, karena telah memakan harta umat demi kepentingan pribadi. “

Itulah kisah Umar bin Abdul Aziz dengan sepotong rotinya. Kezuhudanya tidak kalah dengan kakeknya, Umar bin khatab yang selalu memperhatikan keadaan rakyatnya. Kakeknya semasa sabagai khalifah pernah mengatakan, “Seandainya ada seekor keledai mati di Syam lantaran ketiadaan makanan, niscaya Umar akan diminta pertanggungjawabanya di akherat.”

Sepatutnya kisah sepotong roti Umar bin Abdul Aziz di atas menjadi pelajaran penting untuk kita semua. Teladan bukan untuk para pejabat saja, melainkan kita semua bisa mengambil hikmah didalamnya. Ia begitu hati-hati terhadap harta yang ia makan setiap harinya. Menanyakan asal usulya, hingga jelas sumber cara memperolehnya. Karena harta ini, di akherat nanti akan ditanyakan 2 pertanyaan. Dari mana sumbernya? dan kemana harta itu akan dipergunakan?. Semoga  kita semua bisa menirunya.

Bagikan

Memaafkan, atau Membalas Secukupnya

alam ajaran Islam membalas itu tidak terlarang, akan tetapi memaafkan itu lebih baik

SUATU hari  ˜Aisyah yang tengah duduk santai bersama suaminya, Rasulullah saw, dikagetkan oleh kedatangan seorang Yahudi yang minta izin masuk ke rumahnya dengan ucapan Assamu'alaikum (kecelakaan bagimu) sebagai ganti ucapanAssamu'alaikum kepada Rasulullah.

Tak lama kemudian datang lagi Yahudi yang lain dengan perbuatan yang sama. Ia masuk dan mengucapkanAssamu'alaikum. Jelas sekali bahwa mereka datang dengan sengaja untuk mengganggu ketenangan Rasulullah. Menyaksikan pola tingkah mereka, Aisyah gemas dan berteriak: Kalianlah yang celaka!

Rasulullah tidak menyukai reaksi keras istrinya. Beliau menegur,  Hai ˜Aisyah, jangan kau ucapkan sesuatu yang keji. Seandainya Allah menampakkan gambaran yang keji secara nyata, niscaya dia akan berbentuk sesuatu yang paling buruk dan jahat. Berlemah lembut atas semua yang telah terjadi akan menghias dan memperindah perbuatan itu, dan atas segala sesuatu yang bakal terjadi akan menanamkan keindahannya. Kenapa engkau harus marah dan berang?"

"Ya Rasulullah, apakah engkau tidak mendengar apa yang mereka ucapkan secara keji sebagai pengganti dari ucapan salam?"

"Ya, aku telah mendengarnya. Aku pun telah menjawabnya wa'alaikum (juga atas kalian), dan itu sudah cukup."

Manusia agung, Muhammad saw ini lagi-lagi memberikan pelajaran yag sangat berharga kepada istrinya, yang tentu saja berlaku pula bagi segenap kaum muslimin. Betapa beliau telah menunjukkan suatu kepribadian yang amat matang dan sangat dewasa dalam menghadapi berbagai keadaan. Begitu kokoh pemahaman dirinya, sehingga tidak mudah terpancing amarahnya. Suatu pengendalian emosi yang luar biasa.

Sebagai istri, 'Aisyah tentu tidak rela manakala suami tercintanya menerima ucapan keji dan busuk, sebagaimana yang diucapkan oleh orang Yahudi. Darahnya segera mendidih, dan tanpa kendali keluarlah dari kedua bibirnya kata-kata keji pula sebagai balasan atas mereka.

Apa yang dikatakan oleh 'Aisyah sebenarnya dalam batas kewajaran. Ia tidak berlebihan dalam mengumpat dan mengata-katai mereka. Ia hanya membalas secara setimpal apa yang mereka ucapkan. Akan tetapi Rasulullah belum berkenan terhadap ucapan istrinya. Beliau ingin agar 'Aisyah mengganti ucapannya dengan satu kata yang lugas tapi tetap sopan. Rasulullah berkata, Wa'alaikum, itu sudah cukup.'

Urusan salam ini nampaknya sederhana, tapi dalam Islam mendapatkan porsi perhatian yang cukup besar. Salam merupakan pembuka kata dalam setiap perjumpaan, baik perjumpaan di udara maupun di darat (tatap muka). Salam bahkan menunjukkan kepribadian seseorang.

Orang yang secara tiba-tiba berkata-kata tanpa didahului oleh salam bisa dianggap kurang etis atau tidak sopan. Apalagi jika akan memasuki rumah orang. Bahkan nada suara, ekspresi wajah, dan gaya penampilan ketika mengucapkan salam menjadi perhatian yang sangat besar.

Lebih dari itu, orang bisa langsung mengetahui identitas agama seseorang dari salamnya. Jika ada penyiar televisi atau narasumber yang diwawancarai mengucapkan assalamualaikum, segera kita ketahui bahwa orang tersebut beragama Islam. Demikian juga bila menggunakan salam yang lain.

Masalahnya kemudian, bagaimana jika Assamu'alaikum sudah menjadi tradisi nasional, sehingga warga non-muslim juga mengucapkan hal yang sama? Banyak di antara kita yang kelagapan menerima ucapan Assamu'alaikum dari kawan atau kenalan yang nyata-nyata bukan muslim. Ada yang menjawab dengan wa'alaikum salam, tapi ada yang justru tidak menjawab sama sekali.

Urusan salam ternyata telah diajarkan oleh Islam sangat rinci sekali. Termasuk jika kita mendapatkan ucapan Assamu'alaikum dari orang non-muslim. Dalam hal ini kita cukup menjawab mereka dengan ucapan: wa'alaikum. Kenapa demikian?

Ada dua alasan. Yang pertama, menjaga hubungan baik dan kesopanan. Dengan ucapan waalaikum mereka merasa mendapatkan respon baik dari kita. Mereka tidak merasa diacuhkan. Sebaliknya mereka merasa dihormati dan diterima.

Alasan kedua, dengan hanya menjawab wa’alaikum, maka berarti kita tidak mendoakan kepada mereka. Sebab doa seorang muslim kepada non-muslim itu tidak diterima. Kecuali mendoakan agar mereka mengikuti jalan kebenaran, yaitu Islam. Dengan Islam mudah-mudahan mereka selamat di dunia dan di akhirat.

Nabi Ibrahim adalah seorang anak yang sangat mencintai dan menghormati ayahnya. Itulah sebabnya ia berdoa agar Allah menyelamatkan bapaknya. Akan tetapi perbuatan Ibrahim itu mendapat teguran dari Allah, karena bapaknya masih musyrik, menyembah berhala.

Demikian juga Nabi Muhammad saw, beliau sangat mencintai Abu Thalib, pamannya. Lewat perlindungan pamannya inilah jiwanya selamat dan misinya berhasil. Tapi karena sampai akhir hayatnya Abu Thalib belum juga menyatakan beriman kepada Allah, maka Muhammad saw terhalang mendoakannya.

Inilah adat kesopanan yang diajarkan Islam. Kepada orang yang tidak seagama, kita tetap harus berbuat baik. Apalagi jika orang tersebut telah berjasa kepada kita. Kepada orang tua yang non-muslim misalnya, kita harus berbuat baik. Termasuk jika mereka memerintahkan berbuat maksiat, kita harus tetap berbuat baik kepada mereka, walaupun perintahnya tidak kita jalankan.

Demikian juga kepada orang yang jelas-jelas menunjukkan permusuhannya, kita tidak boleh terpancing berbuat keji dan kotor. Sebisa mungkin kita mengendalikan diri. Jika kita berniat membalasnya, maka balasan itu hendaknya setimpal, tidak boleh berlebihan. Pilihlah kata-kata yang tegas, lugas, tapi tetap sopan.

Dalam ajaran Islam membalas itu tidak terlarang, akan tetapi memaafkan itu lebih baik. Jika benar-benar kita ingin membalas, balasan itu hendaknya tidak lebih dari yang ia terima. Berlebih-lebihan dalam pembalasan merupakan tindak kezhaliman. Allah berfirman:

"Bulan haram dengan bulan haram, dan pada sesuatu yang patut dihormati, berlaku hukum qishas. Oleh sebab itu barang siapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia seimbang dengan serangan terhadapmu. Bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah bersama orang-orang yang bertaqwa." (QS. al-Baqarah: 194)

Tidak seperti agama lain yang mengajarkan bahwa bila pipi kananmu dipukul berikan pipi kirimu. Bila jubahmu diminta berikan bajumu. Ajaran ini justru tidak manusiawi, sebab sangat memberatkan mereka yang dizhalimi. Islam mengajarkan agar seseorang bisa memberi balasan setimpal dengan apa yang telah diterimanya. Meskipun demikian, memaafkan itu jauh lebih baik.

Seperti dalam kasus ‘Aisyah di atas, jelas bahwa ‘Aisyah sangat bisa membalas ucapan keji orang Yahudi. Apalagi saat itu Rasulullah bukan saja sebagai pemimpin ruhani, tapi sekaligus merupakan kepala negara yang berkuasa. Apa susahnya membalas orang yang menghinanya, sedang menjebloskan mereka ke tahanan saja itu merupakan haknya. Tapi Rasulullah sebagai manusia agung memilih untuk memberi balasan yang secukupnya.

Keperkasaan seseorang tidak bisa diukur dari kekuatan fisiknya. Orang yang jantan, bukan mereka yang ahli bertinju, bukan mereka yang di setiap pertandingan tak terkalahkan. Menurut determinasi Islam orang yang kuat adalah mereka yang dikala marah bisa menahan dirinya. Rasulullah bersabda, "Bukan dikatakan pemberani karena seseorang cepat meluapkan amarahnya. Seorang pemberani adalah mereka yang dapat menguasai diri (nafsu)-nya sewaktu marah." (HR. Bukhari dan Muslim)

Menahan marah bukan pekerjaan mudah. Menuntut perjuangan yang amat berat lagi susah, apalagi bagi mereka yang sedang mempunyai kemampuan dan kekuasaan untuk meluapkan kemarahannya. Akan tetapi justru di sinilah seseorang itu dinilai, apakah layak disebut ksatria atau tidak. Seorang ksatria adalah yang mampu menahan marahnya, akan tetapi jika kezhaliman itu sudah melampaui batas, ia mampu membalasnya, setimpal dengan perlakuan orang tersebut. Orang yang seperti ini akan mendapat jaminan dari Allah berupa kecintaan yang mendalam.

Rasulullah bersabda:

"Ada tiga hal yang jika dimiliki seseorang, ia akan mendapatkan pemeliharaan dari Allah, akan dipenuhi dengan rahmat-Nya, dan Allah akan senantiasa memasukkannya dalam lingkungan hamba yang mendapatkan cinta-Nya, yaitu (1) seseorang yang selalu bersyukur manakala mendapat nikmat dari-Nya, (2) seseorang yang mampu meluapkan amarahnya tetapi mampu memberi maaf atas kesalahan orang, (3) seseorang yang apabila sedang marah, dia menghentikan marahnya."
(HR. Hakim).

Dalam menghadapi situasi yang cenderung memancing emosi, manusia dapat dibedakan dalam tiga tipe. Pertama, orang yang tidak merasa marah padahal penyebabnya ada. Kedua, orang yang merasa marah tetapi mampu menahan amarahnya dan mau memaafkan. Sedang ketiga, mereka yang merasa marah, mampu menahan marah, tapi tidak bisa memaafkannya. Dari ketiga kategori ini tentu saja golongan pertama yang lebih utama. Mereka disebut telah memiliki hilm, sifat sabar yang sangat besar. Sabar di atas sabar. Sifat ini telah dimiliki Rasulullah saw, dan telah dibuktikan dalam berbagai peristiwa.

Tentang sifat hilm ini Rasulullah bersabda, "Maukah aku ceritakan kepadamu tentang sesuatu yang menyebabkan Allah memuliakan bangunan dan meninggikan derajatmu? Para sahabat menjawab, tentu. Rasul bersabda, “Kamu bersikap sabar (hilm) kepada orang yang membencimu, memaafkan orang yang berbuat zhalim kepadamu, memberi kepada orang yang memusuhimu, dan menghubungi orang yang telah memutuskan silaturrahim denganmu." (HR. Thabrani). 

Bagikan

Ku TinggalKan Dia Demi DIA...........

Duhai jejaka … ”namamukah yang tertulis di lauh mahfuz sana sebagai jodoh saya?” belum tentu, ”engkaukah yang akan menemani saya di titian jalan menuju syurga? dirimukah yang akan melengkapkan separuh dari agama saya?” jawaban dari pertanyaan ini ada pada ALLAH, bukan dihati saya dan hatimu. Dan jika kamu tercipta bukan untuk saya, haruskah saya marah kepada ALLAH, tentu tidak jika luka kita kembalikan kepada pemilik cinta, dariNYA cinta berasal dan kembali padaNYA :)

“apakah ketampanan yang ALLAH berikan menghias wajahmu ini diciptakan ALLAH untuk saya?” tolong jawab!! Dan bisa dipastikan kamu takkan pernah dapat memberi jawaban “apakah kamu tercipta untuk saya” karena jawabannya bukan di tanganmu, tetapi di tangan ALLAH, di tangan TUHAN kita, iya ALLAH, TUHAN saya dan TUHAN kamu.

Tahukah kamu, hati saya gelisah memikirkan kamu, takut kehilangan kamu, terbayang betapa beratnya ketika kamu tiada, menjalani hari hari tanpa sms darimu, melewati waktu tanpa mendengar suaramu, tak ada lagi gelak tawa canda dan nasehat yang kerap hadir di perbincangan kita di malam nan syahdu, tak ada lagi yang akan menanyakan apakah saya sehat hari ini, sudah makankah saya,sudah shalat tepat pada waktunya bahkan menjadi alarm saya mengingatkan untuk tahajud…

Namun ketakutan ini mengalahkan ketakutan saya kepada ALLAH, saya takut DIA murka karena saya menikmati yang bukan hak saya, takut murka ALLAH karena jantung saya yang berdegup kencang telah saya isi dengan bayangan kamu yang bagai hantu mengikuti saya kemanapun saya pergi ada kamu dihati saya, padahal detak jantung ini titipan ALLAH yang harus saya pertanggungjawabkan.

Jadi maafkan saya jika ketakutan saya pada ALLAH melebihi kegelisahan saya memikirkan kamu yah, biarkan saya sendiri dulu, izinkan saya bersama DIA saja :(

cervena lotus-red

Bagikan

Catatan PATAH HATI>>>Rindu....

Ini hanya sebuah catatan, ehm… catatan patah hati !! jika mendengar kata itu pasti yang terlintas dibenak saya dan pasti kita semua adalah tentang cinta yang kandas, tentang cinta yang putus sampai disini saja, tentang perpisahan, tentang airmata yang berlinang, tentang perihnya hati seperti tersobek sobek, berdarah darah, teriris iris, dan semua yang menyebabkan dunia serasa mengalami kiamat kubro, kata nya “lebih baik sakit gigi daripada sakit hati” hahahha :) apa iya sih patah hati seperih itu lukanya :) *tanya aja sama diri lo sendiri De* untuk yang kesekian kalinya hati nurani saya menjerit kejepit :)

Hati sanubari saya kadang berputar putar menari nari mencari jawaban kenapa sih cinta yang putus itu diberi judul patah hati, apa tidak ada istilah lain yang lebih indah gitu, misalnya “reinkarnasi cinta” atau “metamorposis hati” atau “kepompong basi” hahaha… pokoknya jangan pake istilah hati yang patah lah, padahal kan sebenarnya gak separah itu bukan? tapi sudahlah, toh apapun istilahnya tetap saja putus kan? jadi gak penting lagi istilah yang penting adalah bagaimana ketika cinta itu kandas, ketika cinta itu tak lagi tersambung, ketika cinta itu tidak lagi mau menjadi milik saya, dan ketika si dia tak mau lagi menjadi tempat penitipan hati saya :)

Jika begini keadaannya maka patah hati sama dengan atau identik dengan airmata, apa iya? gak juga, patah hati itu identik dengan hikmah, coba lihat catatan saya dibawah ini:

Ah seharusnya saya bersyukur masih diberi rasa patah ini oleh ALLAH, masih bisa menangis, itu artinya saya masih punya hati kan? bukan hanya sekedar hati, tapi hati yang sensitive,yang lembut danyang mampu bahagia dan luka, dan airmata yang mengalir ini bisa membersihkan kelopak mata saya yang kusam menjadi bening kembali karena airmata yang berlinang membawa semua kotoran dimata sehingga bening kembali kelopak mata belo milik saya :) bayangkan kalo kita gak nangis sebulan, apa gak perih tuh mata, menagislah karena mencintai ALLAH pada saat kita sendiri… airmata ini lebih bernilai pahala daripada nangisin si dia, orang yang ditangisin gak tahu koq kita nangis :)

Maka nikmat yang mana lagikah yang sanggup saya pungkiri, bahkan didalam air yang berlinang melalui mata ini, ALLAH menitipkan kasih sayangnya.

Kemudian saya mulai berpikir mungkin ada lagi nikmat ALLAH di balik kata patah hati ini, coba bayangkan, pada saat jatuh cinta kemarin mendengar suara telephon si dia lebih indah ditelinga saya dari suara adzan, sms mesra dari sang pujaan hati lebih sering saya baca baca dan berulang ulang agar lebih mengerti artinya dan lebih bergetar mencintainya, lalu seberapa sering saya membaca ulang sms sms dari si dia daripada saya membaca surat cinta dari ALLAH yang tertuang lewat AlQuran? ah sungguh cara mencintai yang salah kaprah :)

Dan kini setelah tak ada lagi sms darinya, tak ada lagi suara indahnya, hikmah mulai terlihat bahwa dibalik hati yang teriris iris berdarah darah ini ALLAH hendak mengembalikan saya kepada cintanya ALLAH, apa ada cinta yang lebih indah dari cinta sang pemilik napas ini? gak ada kan, maka nikmat ALLAH yang mana lagikah yang sanggup saya pungkiri? :) dibalik patah hati ini ALLAH menyelamatkan saya dari cinta yang salah, sahabat saya bilang “cinta itu berhala jika salah menafsirkan, kita menyembah dan memuja cinta melebihi menyembah dan memuji ALLAH” nauzubillahimindzalik, cinta gak salah sih mungkin hanya tidak tepat ketika saya lebih mencintai sang pujaan hati daripada mencintai ALLAH. :)

Ketika saya kehilangan si dia, setiap kali saya ingat dia, saya mulai gelisah, keluar keringat dingin, bengong mikirin langit kenapa warnanya biru, padahal sudah dari sananya emang biru warnanya, merasa bahwa hanya saya didunia ini yang hatinya patah, maka saya ingat ucapan seseorang hanya dengan mengingat ALLAH hati menjadi tenang” ALHAMDULILLAH......


cervena lotus-red



Bagikan