Latest Updates

Kesempatan Dalam Kehidupan

Kesempatan Dalam Kehidupan
Di sebuah ladang yang subur, terdapat 2 buah bibit tanaman yang terhampar. Bibit yang pertama berkata, “Aku ingin tumbuh besar. Aku ingin menjejakkan akarku sangat dalam di tanah ini, dan menjulangkan tunas-tunasku di atas kerasnya tanah ini. Aku ingin membentangkan semua tunasku, untuk menyampaikan salam musim semi. Aku ingin merasakan kehangatan matahari, serta kelembutan embun pagi di pucuk-pucuk daunku.”
Dan bibit yang pertama inipun tumbuh, makin menjulang.
Bibit yang kedua bergumam. “Aku takut. Jika kutanamkan akarku ke dalam tanah ini, aku tak tahu, apa yang akan kutemui di bawah sana. Bukankah disana sangat gelap? Dan jika kuteroboskan tunasku keatas, bukankah nanti keindahan tunas-tunasku akan hilang? Tunasku ini pasti akan terkoyak. Apa yang akan terjadi jika tunasku terbuka, dan siput-siput mencoba untuk memakannya? Dan pasti, jika aku tumbuh dan merekah, semua anak kecil akan berusaha untuk mencabutku dari tanah. Tidak, akan lebih baik jika aku menunggu sampai semuanya aman.”
Dan bibit itupun menunggu, dalam kesendirian.
Beberapa pekan kemudian, seekor ayam mengais tanah itu, menemukan bibit yang kedua tadi, dan memakannya segera.
***
Teman, memang, selalu saja ada pilihan dalam hidup. Selalu saja ada lakon-lakon yang harus kita jalani. Namun, seringkali kita berada dalam kepesimisan, kengerian, keraguan, dan kebimbangan-kebimbangan yang kita ciptakan sendiri. Kita kerap terbuai dengan alasan-alasan untuk tak mau melangkah, tak mau menatap hidup. Karena hidup adalah pilihan, maka, hadapilah itu dengan gagah. Dan karena hidup adalah pilihan, maka, pilihlah dengan bijak.
Sahabat, tiap pilihan selalu ada resiko yang mengiringinya. Namun jangan sampai ketakutan, keraguan dan kebimbangan, menghentikan langkah kita.
ps. “Bukalah setiap pintu kesempatan yang datang mengetuk, sebab, siapa tahu, pintu itu tak mengetuk dua kali.” (Hilman, Lupus I)

Bagikan

Pay it Forward

Pay it Forward
“PAY IT FORWARD” bisa menjadi pendorong yang memberikan kita semangat untuk selalu tidak jemu-jemu berbuat baik 









DOWNLOAD HERE
Download Indonesian subtitle




Bagikan

Jadilah Pekerja yang Baik, Jangan Mengemis

Jadilah Pekerja yang Baik, Jangan Mengemis
Islam menganjurkan kita agar mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya. Firman-Nya:
"Apabila telah sholat, maka bertebaranlah kamu dimuka bumi, dan carilah karunia Allah." (Qs. al-Jum'ah: 10)
Bekerja mencari nafkah bukan hanya pekerjaan menyarakat awam, akan tetapi para Nabi juga bekerja. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi melainkan dia menggembala kambing." Lalu ada sahabat berkata, "Apakah engkau juga?" beliau menjawab, "Iya, saya menggembala kambing dengan mendapatkan upah beberapa qiroth milik ahli Makkah." (HR. Bukhori 3/115)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Nabi Zakariya adalah tukang kayu." (HR. Muslim 7/103)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda:
"Nabi Dawud tidak makan melainkan dari hasil kerjanya sendiri." (HR. Bukhori 3/74)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda:
"Sungguh salah seorang di antara kamu mencari kayu bakar diikat lalu diangkat di atas punggungnya lalu dijual, itu lebih baik daripada orang yang meminta-minta kepada orang lain, diberi atau ditolak."

Orang yang mau bekerja, berarti dia menghormati dirinya dan agamanya. Jika mendapatkan rezeki melebihi kebutuhkannya, maka dia mampu mengeluarkan zakat, menunaikan haji dan membantu orang lain.
***
Sumber: Majalah al-Furqon edisi 1 th. ke-9 1430 dengan judul artikel rubrik Tafsir "Miskin Harta Kaya Hati" pada sub bab "Jadilah Pekerja yang Baik, Jangan Mengemis"
Bagikan

Sex Before Marriage ?

Sex Before Marriage ?
Dua sejoli itu duduk berdampingan di sebuah taman yang rindang yang penuh pepohonan. Mereka berdua sebenarnya tidak sendirian. Karena tak jauh dari tempat mereka bercengkerama, belasan pasangan laki perempuan yang lain juga duduk menyepi.
Apakah yang duduk-duduk ini pasangan suami istri? Bukan. Mereka adalah pasangan muda-mudi yang menumpahkan perasaan kasmarannya. Sayangnya, cara yang mereka tempuh adalah cara yang keliru. Pemandangan seperti itu bukan lagi hal yang asing ditemukan. Bahkan tak jarang aktivitas pacaran tersebut dilakukan di rumah Allah, yaitu di masjid. Kebanyakan muda-mudi yang belum punya status nikah tetap nekad bermaksiat di tempat mulia semacam itu.
Pacaran Sudah Jelas Jalan Menuju Zina
Wahai muda-mudi... Jalan manakah lagi yang lebih dekat pada zina selain pacaran? Bukankah banyak kasus zina berawal dari tindak tanduk perkenalan diri lewat pacaran? Hal ini tidak bisa disangkal lagi, apalagi untuk sekarang ini. Sudah banyak berita yang kita saksikan. Hanya karena kenalan lewat media FB, hingga suka sama suka, dua sejoli dan yang satunya masih duduk di bangku kelas 2 SMP (14 tahun) akhirnya jalan berdua dengan kenalannya hingga si gadis kecil dibawa lari jauh dari ortunya. Terjadilah apa yang terjadi. Si gadis kecil pun dirayu-rayu oleh si laki-laki hingga akhirnya mau melepaskan keperawanannya hanya karena rayuan gombal.
Lihatlah adik-adikku... Bukankah pacaran ini benar-benar jalan menuju zina? Awalnya dari kenalan. Lalu beranjak janjian kencan. Lalu dibawa ke tempat sepi. Setelah itu beranjak ke yang lebih parah. Maka terjadilah zina yang tidak disangka-sangka dari awal, hanya karena alasan true love, membuktikan cinta yang sebenarnya.
Semoga kita bisa merenungkan ayat yang mulia,
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”(QS. Al Isro’: 32). Ulama terkemuka yaitu Muhammad bin ‘Ali Asy Syaukani rahimahullah menjelaskan, “Allah melarang mendekati zina. Oleh karenanya, sekedar mencium lawan jenis saja otomatis terlarang. Karena segala jalan menuju sesuatu yang haram, maka jalan tersebut juga menjadi haram. Itulah yang dimaksud dengan ayat ini.”[1]
Coba perhatikan penjelasan di atas wahai adikku ... Kita dapat suatu pelajaran bahwa setiap hal yang dapat mengantarkan pada yang haram atau dosa besar, maka itu semua menjadi terlarang. Ingatlah bahwa ayat di atas bukan hanya memperingatkan perbuatan zina yang merupakan dosa besar. Namun ayat yang mulia di atas juga memperingatkan segala jalan yang dapat mengantarkan pada zina. Segala jalan menuju zina saja dilarang karena kita dilarang mendekati zina, maka melakukan zina lebih-lebih terlarang lagi.
Namun banyak muda-mudi yang kami sayangkan belum memahami ayat tersebut. Allah Ta’ala sebenarnya cukup menyampaikan ayat yang ringkas saja, namun cakupannya luas untuk melarang hal-hal lainnya. Dari sini, maka aktivitas berdua-duaan antara lawan jenis itu terlarang dan aktivitas menyentuh lawan jenis juga terlarang. Apalagi dua aktivitas yang kami sebutkan ini ada larangan khususnya.
Untuk aktivitas berdua-duaan antara lawan jenis, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلاَ لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ لاَ تَحِلُّ لَهُ ، فَإِنَّ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ ، إِلاَّ مَحْرَمٍ
Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita yang tidak halal baginya karena sesungguhnya syaithan adalah orang ketiga di antara mereka berdua kecuali apabila bersama mahromnya.”[2] Ini menunjukkan terlarangnya kholwat (berdua-duaan antara lawan jenis).
Untuk aktivitas menyentuh lawan jenis, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tunjukkan larangannya dalam sabdanya,
كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيبُهُ مِنَ الزِّنَى مُدْرِكٌ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ وَالأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الاِسْتِمَاعُ وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلاَمُ وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ
Setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi, tidak bisa tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian.[3] Artinya, menyentuh lawan jenis yang bukan mahrom termasuk keharaman karena dinamakan dengan zina yang juga haram.
Penjelasan di atas sebenarnya sudah cukup menyatakan bahwa pacaran itu terlarang. Jika ada yang masih mengatakan bahwa ada pacaran yang halal yaitu pacaran Islami, maka cukup kami jawab, “Bagaimana mau dikatakan halal sedangkan pelanggaran di atas masih ditemui? Jika kita nekad mengatakan ada pacaran Islami, maka kita juga seharusnya berani mengatakan ada zina Islami, khomr Islami, judi Islami dan sebagainya.” Hanya Allah yang beri taufik.
Lebih Parah Dari Itu
Kalau duduk merapat, berangkulan, berciuman dan sejenisnya yang dilakukan oleh laki perempuan non mahrom yang tak diikat tali pernikahan saja sudah tidak boleh dan dilarang oleh ajaran Islam, bagaimana jika lebih dari itu? Namun inilah yang disayangkan tersebar luas di kalangan muda-mudi. Mereka begitu mudahnya membuktikan cinta, namun dengan jalan yang keliru yaitu dengan “sex before marriage (SBM)”, atau istilah kerennya adalah dengan “making love”. Sekeren apapun namanya namun hakekatnya tetap sama yaitu menerjang larangan Allah dengan melakukan dosa besar zina. Inilah yang dikatakan oleh mereka-mereka sebagai pembuktian cinta. Inilah yang katanya true love, cinta sebenarnya. Bagaimana mungkin zina dinamakan true love sedangkan di sana menerjang larangan Allah yang termasuk dosa besar?
Bukankah Allah Ta’ala telah menyebutkan dalam kitabnya yang mulia,
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”(QS. Al Isro’: 32)? Lihatlah bahwa zina di sini disebut dengan perbuatan yang keji dan sejelek-jelek jalan.
Dalam ayat lainnya, Allah Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آَخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَامًا
Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya).” (QS. Al Furqon: 68). Artinya, orang yang melakukan salah satu dosa yang disebutkan dalam ayat ini akan mendapatkan siksa dari perbuatan dosa yang ia lakukan.
Ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,Wahai Rasulullah, dosa apa yang paling besar di sisi Allah?” Beliau bersabda, “Engkau menjadikan bagi Allah tandingan, padahal Dia-lah yang menciptakanmu.” Kemudian ia bertanya lagi, “Terus apa lagi?” Beliau bersabda, “Engkau membunuh anakmu yang dia makan bersamamu.” Kemudian ia bertanya lagi, “Terus apa lagi?” Beliau bersabda,
ثُمَّ أَنْ تُزَانِىَ بِحَلِيلَةِ جَارِكَ
Kemudian engkau berzina dengan istri tetanggamu.” Kemudian akhirnya Allah turunkan surat Al Furqon ayat 68 di atas.[4] Di sini menunjukkan besarnya dosa zina, apalagi berzina dengan istri tetangga.
Dalam hadits lainnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا زَنَى الرَّجُلُ خَرَجَ مِنْهُ الإِيمَانُ كَانَ عَلَيْهِ كَالظُّلَّةِ فَإِذَا انْقَطَعَ رَجَعَ إِلَيْهِ الإِيمَانُ
Jika seseorang itu berzina, maka iman itu keluar dari dirinya seakan-akan dirinya sedang diliputi oleh gumpalan awan (di atas kepalanya). Jika dia lepas dari zina, maka iman itu akan kembali padanya.[5]
Meski larangan-larangan zina dalam berbagai dalil di atas begitu tegas dan ancamannya begitu berat ternyata banyak remaja yang terjebak dalam perbuatan keji tersebut. Survey, data yang diperoleh dan dipublikasikan oleh banyak kalangan semakin membuat hati miris. Kadang timbul pertanyaan setelah membacanya? Sudah benar-benar rusakkah pemuda Islam kita?
Haruskah Membuktikan True Love Lewat Making Love?
Mereka yang melakukan aktivitas pacaran, memberikan alasan bahwa seks sebelum nikah (sex before marriage) adalah bukti cinta sejati. Logika mereka, yang namanya cinta itu butuh pengorbanan. Nah, kalau wanita yang diajak pacaran, maka ia harus mau berkorban. Apa bentuk pengorbanannya? Tak lain dan tak bukan adalah mengorbankan kesucian mereka. Naudzu billah.
Tentu ini adalah alasan yang dibuat-buat untuk memperturutkan hawa nafsu rendahan. Yang benar adalah bila seseorang cinta pada seseorang pasti ia akan berusaha memberikan kebaikan kepada orang yang dicintainya dan tak rela bila kekasihnya terjerumus dalam kesengsaraan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لاَ يُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ مِنَ الْخَيْرِ
Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, seorang hamba tidak beriman (dengan iman yang sempurna) hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya mendapat kebaikan.[6]
Bila kita benar-benar cinta kepada seorang wanita dan sebaliknya, maka kita akan bersungguh-sungguh menjaga kesuciannya karena itu adalah suatu kebaikan sebagaimana kita pula ingin memperolehnya. Tentu hal itu tidak ditempuh lewat jalan pacaran dan berhubungan seks di luar jalan yang benar. Pengorbanan yang benar dalam cinta bukan berkorban untuk maksiat, namun berkorban dengan mengerahkan seluruh kemampuan menjaga kesucian diri dan orang yang dicinta serta berusaha meraih hubungan yang dihalalkan oleh Allah. Yakinlah adikku, jika kita benar-benar tulus ingin menjaga kesucian diri dan meraih yang halal, Allah pasti akan menolong. Ingat selalu sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
ثَلاَثَةٌ حَقٌّ عَلَى اللَّهِ عَوْنُهُمُ الْمُجَاهِدُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَالْمُكَاتَبُ الَّذِى يُرِيدُ الأَدَاءَ وَالنَّاكِحُ الَّذِى يُرِيدُ الْعَفَافَ
Tiga orang yang berhak mendapatkan pertolongan Allah, yaitu orang yang berjihad di jalan Allah, budak mukatab yang ingin membebaskan dirinya, dan orang yang menikah yang ingin menjaga kehormatan dirinya.”[7] Oleh karenanya, jika seseorang betul-betul ingin menjaga kesucian dirinya, maka tempuhlah jalan yang benar yaitu melalui jenjang pernikahan, niscaya pertolongan Allah akan terus datang. Yakinlah!
Jadi cinta sejati dibuktikan lewat jalan yang benar yaitu lewat jalan menikah. Jika belum mampu, maka bersabarlah. Sibukkanlah diri dengan hal-hal yang baik. Jauhi pergaulan dengan lawan jenis kecuali jika darurat. Banyak memohon kepada Allah agar diberikan kemudahan untuk terlepas dari zina dan segala jalan menuju perbuatan yang keji tersebut.
Semoga Allah senantiasa memberi taufik kepada setiap muda-mudi yang membaca risalah ini.

Disusun di Panggang, Gunung Kidul, 26 Rabi’ul Awwal 1431 H (12/03/2010)
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Dipublikasikan oleh: www.pengusahamuslim.com
Artikel www.remajaislam.com [8]


[1] Fathul Qodir, Asy Syaukani, 4/300, Mawqi’ At Tafaasir.
[2] HR. Ahmad no. 15734. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan hadits ini shohih ligoirihi (shahih dilihat dari jalur lainnya).
[3] HR. Muslim no. 6925.
[4] HR. Bukhari no. 7532 dan Muslim no. 86.
[5] HR. Abu Daud no. 4690 dan Tirmidzi no. 2625. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.
[6] HR. Ahmad (3/206). Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari Muslim.
[7] HR. Tirmidzi no. 1655. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan. Syaikh Al Albani juga mengatakann hadits ini hasan.
[8] Kami olah tulisan ini dari Majalah Elfata, edisi 12, vol 07, tahun 2007.

Bagikan

Alam Kubur

Alam Kubur
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Saudaraku! Anda pernah dengar pemakaman mewah yang dikembangkan oleh perusahaan Lippo Karawaci? Komplek pemakaman mewah itu diberi nama San Diego Hills Memorial Park And Funeral Homes (SDH). Konon, untuk mengembangkan komplek pemakaman itu, Lippo harus merogoh kocek  dalam-dalam hingga mencapai 10 triliun. Mega Proyek ini "katanya" bertujuan merubah citra pemakaman, yang selama ini dikenal angker. Karenanya, komplek pemakaman ini dilengkapi dengan family center seperti danau seluas 8 hektare, kapel untuk upacara sebelum pemakaman, gedung pertemuan dengan kapasitas 250 kursi, restoran Italia, sarana olah raga seperti kolam renang, jogging track dan lain-lain. Pihak pengembang mengharapkan komplek pemakaman ini menjadi asri dan indah, sehingga dapat mejadi salah satu obyek wisata.
Benarkah dengan berbagai fasilitas mewah itu pemakaman dapat berubah menjadi asri dan indah, terlebih-lebih bagi para penghuninya?
Untuk dapat mengetahui jawabannya, anda haruslah mengetahui apa sebenarnya yang terjadi di alam kubur.
Saudaraku: Bila semasa hidup di dunia anda adalah orang yang beriman dan rajin beramal sholeh, maka setelah ruh anda berpisah dari raga, maka ruh anda akan di bawa ke langit menghadap kepada Allah.

حَتَّى يَنْتَهُوا بِهَا إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيَسْتَفْتِحُونَ لَهُ فَيُفْتَحُ لَهُمْ فَيُشَيِّعُهُ مِنْ كُلِّ سَمَاءٍ مُقَرَّبُوهَا إِلَى السَّمَاءِ الَّتِى تَلِيهَا حَتَّى يُنْتَهَى بِهِ إِلَى السَّمَاءِ السَّابِعَةِ فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ اكْتُبُوا كِتَابَ عَبْدِى فِى عِلِّيِّينَ وَأَعِيدُوهُ إِلَى الأَرْضِ فَإِنِّى مِنْهَا خَلَقْتُهُمْ وَفِيهَا أُعِيدُهُمْ وَمِنْهَا أُخْرِجُهُمْ تَارَةً أُخْرَى فَتُعَادُ رُوحُهُ فِى جَسَدِهِ فَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ فَيُجْلِسَانِهِ فَيَقُولاَنَ لَهُ مَنْ رَبُّكَ فَيَقُولُ رَبِّىَ اللَّهُ. فَيَقُولاَنِ لَهُ مَا دِينُكَ فَيَقُولُ دِينِىَ الإِسْلاَمُ. فَيَقُولاَنِ لَهُ مَا هَذَا الرَّجُلُ الَّذِى بُعِثَ فِيكُمْ فَيَقُولُ هُوَ رَسُولُ اللَّهِ . فَيَقُولاَنِ لَهُ وَمَا عِلْمُكَ فَيَقُولُ قَرَأْتُ كِتَابَ اللَّهِ فَآمَنْتُ بِهِ وَصَدَّقْتُ . فَيُنَادِى مُنَادٍ فِى السَّمَاءِ أَنْ صَدَقَ عَبْدِى فَأَفْرِشُوهُ مِنَ الْجَنَّةِ وَأَلْبِسُوهُ مِنَ الْجَنَّةِ وَافْتَحُوا لَهُ بَاباً إِلَى الْجَنَّةِ - قَالَ - فَيَأْتِيهِ مِنْ رَوْحِهَا وَطِيبِهَا وَيُفْسَحُ لَهُ فِى قَبْرِهِ مَدَّ بَصَرِهِ - قَالَ - وَيَأْتِيهِ رَجُلٌ حَسَنُ الْوَجْهِ حَسَنُ الثِّيَابِ طَيِّبُ الرِّيحِ فَيَقُولُ أَبْشِرْ بِالَّذِى يَسُرُّكَ هَذَا يَوْمُكَ الَّذِى كُنْتَ تُوعَدُ فَيَقُولُ لَهُ مَنْ أَنْتَ فَوَجْهُكَ الْوَجْهُ يَجِىءُ بِالْخَيْرِ فَيَقُولُ أَنَا عَمَلُكَ الصَّالِحُ. فَيَقُولُ رَبِّ أَقِمِ السَّاعَةَ حَتَّى أَرْجِعَ إِلَى أَهْلِى وَمَالِى.
Setibanya di langit dunia, maka para malaikat pembawa ruh orang mukmin akan memintakan izin untuknya agar dibukakan pintu langit. Setelah pintu langit dibukakan, maka serta merta para pemuka Malaikat yang menghuni langit dunia akan mengiringi ruh orang mukmin itu menuju ke langit selanjutnya. Demikianlah seterusnya hingga ruhnya tiba di langit ke tujuh. Setibanya ruh orang mukmin itu di langit ke tujuh, Allah Azza wa Jalla akan berfirman kepada para Malaikat: "Tuliskanlah catatan amal hamba-Ku di tempat yang tinggi nan mulia. Selanjutnya segera kembalikanlah ruhnya ke bumi, karena darinyalah Aku ciptakan mereka, dan kepadanya Aku kembalikan mereka dan darinya pula Aku bangkitkan mereka. Maka ruh orang mukmin itupun dikembalikan ke jasadnya."
Setelah ruh kembali ke jasad, datanglah dua malaikat, yang akan mendudukkan orang mukmin itu. Dan setelah ia duduk, keduanya bertanya:
"Siapakah Tuhanmu?" Maka orang mukminpun menjawab: "Tuhanku adalah Allah."
Keduanya kembali bertanya: "Apakah agamamu?" Orang mukmin itupun menjawab: "Agamaku adalah Islam."
Keduanya kembali bertanya: "Siapakah sebenarnya orang yang telah dibangkitkan di tengah-tengah umatmu?" Orang mukmin itupun kembali menjawab: "Dia adalah utusan Allah."
Keduanya kembali bertanya: "Darimana engkau mengetahui jawabanmu itu?" Orang mukmin itupun menjawab: "Aku telah mempelajari Kitabullah, selanjutnya aku beriman dan mempercayainya."
Setelah orang mukmin itu menjawab seluruh pertanyaan kedua malaikat itu, terdengar seruan dari langit: "Hamba-Ku telah menjawab dengar benar, maka hamparkanlah untuknya kasur dari surga, berilah ia pakaian dari surga, dan bukakanlah untuknya pintu menuju ke surga." Sehingga orang mukmin itupun dapat merasakan hawa sejuk dan harumnya surga. Kuburannya diluaskan sejauh pandangan matanya. Selanjutnya akan datang seorang lelaki rupawan, berpakaian bagus, dan harum baunya yang berkata kepadanya: "Bergembiralah dengan sesuatu yang pasti menjadikanmu senang, ini adalah hari yang sebelumnya telah dijanjikan kepadamu."
Menyaksikan lelaki rupawan itu, orang mukmin itupun segera bertanya kepadanya: "Siapakah engkau, wajahmu menunjukkan engkau membawa kebaikan?"
Lelaki rupawan itupun menjawab: "Aku adalah amal sholehmu."
Mengetahui bahwa amal sholehnya telah diterima Allah: Orang mukmin itupun segera berdoa: "Wahai Tuhanku, segera bangkitkanlah hari kiamat, agar aku segera dapat berkumpul kembali dengan keluarga dan harta kekayaanku."
***
Saudaraku, tentu anda bercita-cita untuk menjadi orang tersebut. Anda dapat menjawab pertanyaan kedua malaikat di alam kubur, sehingga mendapatkan kenikmatan kubur.
Akan tetapi andapun pasti menyadari siapakah sebenarnya jati diri anda? Benarkah anda adalah orang yang seperti disebutkan pada kisah di atas?
Coba sekali lagi anda membaca tanya jawab antara kedua malaikat dengan ruh di atas. Coba renungkan dengan baik tanya-jawab kedua malaikat dengan orang mukmin di atas: "Darimana engkau mengetahui jawabanmu itu?" Orang mukmin itupun menjawab: "Aku telah mempelajari Kitabullah, selanjutnya aku beriman dan mempercayainya."
Benarkah anda telah mengenal Allah, agama islam dan nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam karena anda telah mempelajari Kitabullah? Ataukah anda mengenal ketiganya hanya karena terlahir di masyarakat Islam, sedangkan anda tidak bisa membaca Al Qur'an apalagi mengkaji makna dan kandungannya?
Ada baiknya bila saudaraku kembali berpikir! Darimanakah saya mengenal Allah, agama Islam dan nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam? Benarkah saya telah mengenal ketiganya karena telah mempelajari Al Qur'an dan kemudian mengimani dan mengamalkan kandungannya?
Jangan-jangan selama ini saudara mengenal ketiganya hanya karena membeo apa kata orang lain! Anda mendengar orang berkata sesuatu tentang ketiganya, lalu andapun menirunya. Bila ini yang terjadi pada diri anda, maka simaklah apa yang akan anda alami di alam kubur:

حَتَّى يُنْتَهَى بِهِ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيُسْتَفْتَحُ لَهُ فَلاَ يُفْتَحُ لَهُ. ثُمَّ قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم .لاَ تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاء وَلاَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ. فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: اكْتُبُوا كِتَابَهُ فِى سِجِّينٍ فِى الأَرْضِ السُّفْلَى فَتُطْرَحُ رُوحُهُ طَرْحاً. ثُمَّ قَرَأَ :وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِى بِهِ الرِّيحُ فِى مَكَانٍ سَحِيقٍ. فَتُعَادُ رُوحُهُ فِى جَسَدِهِ وَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ فَيُجْلِسَانِهِ فَيَقُولاَنِ لَهُ مَنْ رَبُّكَ فَيَقُولُ هَاهْ هَاهْ لاَ أَدْرِى. فَيَقُولاَنِ لَهُ مَا دِينُكَ فَيَقُولُ هَاهْ هَاهْ لاَ أَدْرِى. فَيَقُولاَنِ لَهُ مَا هَذَا الرَّجُلُ الَّذِى بُعِثَ فِيكُمْ فَيَقُولُ هَاهْ هَاهْ لاَ أَدْرِى.
وفي رواية: لاَ أَدْرِى، كُنْتُ أَقُولُ مَا يَقُولُ النَّاسُ . فَيُقَالُ لاَ دَرَيْتَ وَلاَ تَلَيْتَ . وَيُضْرَبُ بِمَطَارِقَ مِنْ حَدِيدٍ ضَرْبَةً ، فَيَصِيحُ صَيْحَةً يَسْمَعُهَا مَنْ يَلِيهِ ، غَيْرَ الثَّقَلَيْن، فَيُنَادِى مُنَادٍ مِنَ السَّمَاءِ أَنْ كَذَبَ فَافْرِشُوا لَهُ مِنَ النَّارِ وَافْتَحُوا لَهُ بَاباً إِلَى النَّارِ فَيَأْتِيهِ مِنْ حَرِّهَا وَسَمُومِهَا وَيُضَيَّقُ عَلَيْهِ قَبْرُهُ حَتَّى تَخْتَلِفَ فِيهِ أَضْلاَعُهُ. وَيَأْتِيهِ رَجُلٌ قَبِيحُ الْوَجْهِ قَبِيحُ الثِّيَابِ مُنْتِنُ الرِّيحِ فَيَقُولُ أَبْشِرْ بِالَّذِى يَسُوءُكَ هَذَا يَوْمُكَ الَّذِى كُنْتَ تُوعَدُ. فَيَقُولُ مَنْ أَنْتَ فَوَجْهُكَ الْوَجْهُ يَجِىءُ بِالشَّرِّ فَيَقُولُ أَنَا عَمَلُكَ الْخَبِيثُ فَيَقُولُ رَبِّ لاَ تُقِمِ السَّاعَةَ.
Sesampainya di langit dunia, para malaikat pembawa ruh orang jahat itu meminta izin agar pintu langit dibukakan untuknya, akan tetapi pintu langit tidak dibukakan untuknya. Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam membaca firman Allah:

لاَ تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاء وَلاَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ
"Tidak akan dibukakan bagi mereka (orang-orang kafir) pintu-pintu langit, dan mereka tidak akan masuk surga, hingga ada unta masuk ke dalam lubang jarum." (Qs. Al-A’raf: 40)
Saat itu Allah Azza wa Jalla berfirman: "Tuliskanlah catatan amal di Sijjin di bumi paling bawah." Kemudian ruh itu dicampakkan ke bumi dengan keras." Selanjutnya nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kembali membaca firman Allah Ta'ala:

وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِى بِهِ الرِّيحُ فِى مَكَانٍ سَحِيقٍ
"Barangsiapa mempersekutukan Allah (dengan sesuatu), maka seolah-olah ia terjatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh." (Qs. Al Hajj: 31)
Kemudian ruh orang jahat itu dikembalikan ke jasadnya. Setelah ruhnya kembali ke jasadnya, datanglah dua malaikat yang mendudukannya. Setelah ia duduk kedua malaikat itu bertanya kepadanya:
"Siapakah Tuhanmu?" Orang jahat itu kebingungan menjawabnya dan berkata: "Hah, hah, aku tidak tahu."
Kedua malaikat itu kembali bertanya: "Apakah agamamu?" Orang jahat itu kembali kebingungan menjawabnya dan berkata: "Hah, hah, aku tidak tahu."
Kedua malaikat itupun kembali bertanya: "Siapakah sebenarnya orang yang telah dibangkitkan ditengah-tengah umatmu?" Kembali orang jahat itu kebingungan menjawabnya, dan lagi-lagi ia berkata: "Hah, hah, aku tidak tahu."
Dan pada sebagian riwayat orang jahat itu berkata: "Aku tidak tahu, dahulu aku hanya membeo dengan apa yang dikatakan orang lain."

وفي رواية: لاَ أَدْرِى، كُنْتُ أَقُولُ مَا يَقُولُ النَّاسُ . فَيُقَالُ لاَ دَرَيْتَ وَلاَ تَلَيْتَ . وَيُضْرَبُ بِمَطَارِقَ مِنْ حَدِيدٍ ضَرْبَةً ، فَيَصِيحُ صَيْحَةً يَسْمَعُهَا مَنْ يَلِيهِ ، غَيْرَ الثَّقَلَيْنِ
Mendengar jawaban orang jahat itu, kedua malaikat tersebut menghardiknya dengan berkata: "Engkau tidak tahu, dan tidak pula pernah membaca (belajar)?" Selanjutnya ia dipukul dengan palu dari besi dengan sangat keras, sehingga iapun menjerit kesakitan. Begitu keras jeritannya, sampai-sampai dapat didengar oleh seluruh makhluk disekitarnya, kecuali jin dan manusia.
Selanjutnya, terdengarlah seruan dari langit: "Sungguh Hamba-Ku telah berdusta! Hamparkan untuknya kasur dari api neraka, bukakan untuknya pintu ke neraka." Maka iapun merasakan hawa panas dan bau busuk neraka. Bukan hanya itu, kuburannyapun disempitkan hingga tulang rusuknya tercerai-berai.
Setelah kuburannya menyempit, datanglah seorang lelaki yang buruk raut wajahnya, buruk pakaiannya, dan busuk bau badannya, seraya berkata: "Selamat menikmati sesuatu yang menyedihkanmu, inilah hari yang telah dijanjikan kepadamu." Orang jahat itu bertanya: "Gerangan, siapakah engkau? Wajahmu menandakan engkau membawa kesialan!" Lelaki itupun menjawab: "Aku adalah amal kejahatanmu." Karena menyesali perbuatannya, orang jahat itupun menyeru: "Wahai Tuhanku, janganlah Engkau bangkitkan hari kiamat."
***
Kisah di atas saya sarikan dari gabungan riwayat imam Bukhari dan Ahmad.
Saudaraku! Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengisahkan bahwa penduduk Syam bila hewan ternak mereka ditimpa sakit perut, segera mereka membawanya ke pekuburan orang-orang yahudi, atau nasrani, atau Majusi, atau orang-orang munafik para pengikut aliran Ismailiyah atau kebatinan. Yang demikian itu dikarenakan para penghuni kuburan itu disiksa, sehingga mereka menjerit-jerit kesakitan:

إِنَّهُمْ يُعَذَّبُونَ عَذَابًا تَسْمَعُهُ الْبَهَائِمُ كُلُّهَا. متفق عليه
"Sesungguhnya penghuni kuburan (yang kafir atau jahat-pen) disiksa, dan siksanya itu dapat didengar oleh seluruh binatang ternak." (Muttafaqun 'alah)
Karena mendengar siksa penghuni kuburan itulah, hewan penduduk Syam menjadi ketakutan, dan akhirnya badannyapun menjadi panas, dan penyakit perutnyapun sirna. (Majmu' Fatawa Ibnu Taimiyyah 4/287)
Demikianlah kehidupan penduduk kubur wahai saudaraku! Karena begitu mengerikannya, sampai-sampai pada suatu hari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada para sahabatnya:

فَلَوْلاَ أَنْ لاَ تَدَافَنُوا لَدَعَوْتُ اللَّهَ أَنْ يُسْمِعَكُمْ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ الَّذِى أَسْمَعُ مِنْهُ. رواه مسلم
"Andailah kalau bukan karena khawatir kalian akan enggan menguburkan saudara kalian yang meninggal dunia, niscaya aku akan memohon kepada Allah agar ia memperdengarkan kepada kalian sebagian dari suara siksa alam kubur sebagaimana yang aku dengar." (Riwayat Muslim)
Saudaraku, coba kembali anda cermati jawaban orang jahat di atas terhadap pertanyan malaikat: "Aku tidak tahu, dahulu aku hanya membeo dengan apa yang dikatakan orang lain."
Saudaraku! Karena dasar apakah anda beriman kepada Allah, beragama Islam dan mengamalkan ajaran Nabi Muhammad? Apakah saudara melakukan itu semua berdasarkan ilmu yang saudara peroleh dari mempelajari Al Qur'an, ataukah hanya sekedar ikut-ikutan dengan ucapan orang tua dan masyarakat sekitar? Hanya anda yang mengetahui jawabannya.
Semoga Allah Ta'ala menjadikan kita semua dan juga karib kerabat kita termasuk dari orang-orang yang menjawab pertanyaan malaikat di alam kubur sebagaimana yang diucapkan oleh orang pertama dan bukan yang diucapkan oleh orang kedua.

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ ، وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ. آمين
"Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari azab kubur, dan azab neraka. Sebagaimana aku juga berlindung kepadamu dari godaan kehidupan dunia dan kematian serta dari godaan Al Masih Ad Dajjal." Amiin...
***
Penulis: Ustadz Muhammad Arifin Badri, M.A.
Bagikan

10 Kualitas Pribadi yang Disukai

10 Kualitas Pribadi yang Disukai
Ketulusan
Ketulusan menempati peringkat pertama sebagai sifat yang paling disukai oleh semua orang. Ketulusan membuat orang lain merasa aman dan dihargai karena yakin tidak akan dibodohi atau dibohongi. Orang yang tulus selalu mengatakan kebenaran, tidak suka mengada-ada, pura- pura, mencari-cari alasan atau memutarbalikkan fakta. Prinsipnya “Ya diatas Ya dan Tidak diatas Tidak”. Tentu akan lebih ideal bila ketulusan yang selembut merpati itu diimbangi dengan kecerdikan seekor ular. Dengan begitu, ketulusan tidak menjadi keluguan yang bisa merugikan diri sendiri.
Kerendahan Hati
Berbeda dengan rendah diri yang merupakan kelemahan, kerendah hatian justru mengungkapkan kekuatan. Hanya orang yang kuat jiwanya yang bisa bersikap rendah hati. Ia seperti padi yang semakin berisi semakin menunduk. Orang
yang rendah hati bisa mengakui dan menghargai keunggulan orang lain. Ia bisa
membuat orang yang diatasnya merasa oke dan membuat orang yang di bawahnya
tidak merasa minder.
Kesetiaan
Kesetiaan sudah menjadi barang langka & sangat tinggi harganya. Orang yang setia selalu bisa dipercaya dan diandalkan. Dia selalu menepati janji, punya komitmen yang kuat, rela berkorban dan tidak suka berkhianat.
Positive Thinking
Orang yang bersikap positif (positive thinking) selalu berusaha melihat segala sesuatu dari kacamata positif, bahkan dalam situasi yang buruk sekalipun. Dia lebih suka membicarakan kebaikan daripada keburukan orang lain, lebih suka bicara mengenai harapan daripada keputusasaan, lebih suka mencari solusi daripada frustasi, lebih suka memuji daripada mengecam, dan sebagainya.
Keceriaan
Karena tidak semua orang dikaruniai temperamen ceria, maka keceriaan tidak harus diartikan ekspresi wajah dan tubuh tapi sikap hati. Orang yang ceria adalah orang yang bisa menikmati hidup, tidak suka mengeluh dan selalu berusaha meraih kegembiraan. Dia bisa mentertawakan situasi, orang lain, juga dirinya sendiri. Dia punya potensi untuk menghibur dan mendorong semangat orang lain.
Bertanggung jawab
Orang yang bertanggung jawab akan melaksanakan kewajibannya dengan sungguh-sungguh. Kalau melakukan kesalahan, dia berani mengakuinya. Ketika mengalami kegagalan, dia tidak akan mencari kambing hitam untuk disalahkan. Bahkan kalau dia merasa kecewa dan sakit hati, dia tidak akan menyalahkan siapapun. Dia menyadari bahwa dirinya sendirilah yang bertanggung jawab atas apapun yang dialami dan dirasakannya.
Percaya Diri
Rasa percaya diri memungkinkan seseorang menerima dirinya sebagaimana adanya, menghargai dirinya dan menghargai orang lain. Orang yang percaya diri mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru. Dia tahu apa yang harus dilakukannya dan melakukannya dengan baik.
Kebesaran Jiwa
Kebesaran jiwa dapat dilihat dari kemampuan seseorang memaafkan orang lain.
Orang yang berjiwa besar tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh rasa benci
dan permusuhan. Ketika menghadapi masa- masa sukar dia tetap tegar, tidak membiarkan dirinya hanyut dalam kesedihan dan keputusasaan.
Easy Going
Orang yang easy going menganggap hidup ini ringan. Dia tidak suka membesar-besarkan masalah kecil. Bahkan berusaha mengecilkan masalah-masalah besar. Dia tidak suka mengungkit masa lalu dan tidak mau khawatir dengan masa depan. Dia tidak mau pusing dan stress dengan masalah-masalah yang berada di luar kontrolnya.
Empati
Empati adalah sifat yang sangat mengagumkan. Orang yang berempati bukan saja pendengar yang baik tapi juga bisa menempatkan diri pada posisi orang lain. Ketika terjadi konflik dia selalu mencari jalan keluar terbaik bagi kedua belah pihak, tidak suka memaksakan pendapat dan kehendaknya sendiri. Dia selalu berusaha memahami dan mengerti orang lain.
Artikel dikutip dari Kartu Pintar produksi Visi Victory Bandung

Bagikan

BANGUN DARI TIDUR ADALAH KARENA KEHENDAK ALLAH


Sebagaimana diungkapkan dalam Al Quran, setiap makhluk yang bernyawa pasti merasakan mati. Kematian akan datang di waktu yang tidak terduga. Waktu kematian setiap manusia – tahun, bulan, hari, jam, dan detik – telah diputuskan dalam Pandangan Allah yang Maha Besar. Tidak ada cara untuk mempercepat atau menunda datangnya kematian. Allah akan mengambil kembali jiwa kita dengan cara yang dikehendakiNya, menggunakan sebab yang natural seperti sakit untuk beberapa orang, kecelakaan lalu lintas untuk yang lain, atau usia lanjut dan lain sebagainya. Dan jika Dia telah berkehendak, kematian pun dapat datang di saat kita tertidur.
Manusia telah akrab dengan tidur. Mereka cukup yakin bahwa mereka akan bangun dan beranjak dari tempat tidur di keesokan harinya. Sebelum tidur mereka merencanakan hal-hal untuk hari berikutnya dan berpikir tentang apa yang akan mereka pakai, bagaimana mereka akan pergi, siapa yang akan mereka temui, dan apa yang akan mereka lakukan. Dalam pikiran mereka, hari akan diisi dengan belanja, rapat, pergi bekerja atau pergi ke dokter. Mereka merencanakan hari dalam keyakinan bahwa mereka akan bangun di hari itu. Tetapi seseorang dapat mati dalam tidur dalam peristiwa penting yang diharapkan. Seseorang lagi dapat selamat dari penyakit dan operasi dan hidup setelah kecelakaan lalu lintas namun tetap kematian akan mendatanginya saat seseorang sedang tertidur, saat yang lain mengharapkan paling sedikir. Dalam Al Quran, Allah yang Maha Besar mengungkapkan:
Dan Dialah yang menidurkan kamu pada malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari. Kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umurmu yang telah ditetapkan. Kemudian kepada-Nya tempat kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Surat Al-An’am ayat 60)
Dalam ayat ini Allah mengungkapkan bahwa tidur merupakan salah satu jenis “Kematian”. Allah mematikan kita dalam tidur dan membangunkan kita lagi ketika Dia menghendakinya. Tetapi ketika kita tidur, tidak ada jaminan bahwa kita akan bangun kembali. Beberapa orang ditakdirkan untuk mati dalam tidurnya. Allah mengambil jiwa orang-orang yang dikehendaki-Nya ketika mereka tertidur, dan mengizinkan yang lain untuk bangun kembali di waktu yang ditentukan:
Allah memegang nyawa (seseorang) pada saat kematiannya dan nyawa (seseorang) yang belum mati ketika dia tidur, maka Dia tahan nyawa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia lepaskan nyawa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran) Allah bagi kaum yang berpikir. (Surat Az-Zumar ayat 42)
Kita bangun dari tidur karena kehendak Allah. Ada orang yang memasang jam alarm untuk bangun di waktu yang ditetapkan. Ada yang menganggap bahwa dia akan terbangun setelah mendengar alarm berbunyi. Tetapi kenyataannya hanya Allah, Tuhan semesta alam, Yang membuat alarm berbunyi. Yang mengizinkan kita untuk mendengarnya, Yang mengembalikan jiwa kita dan kepada-Nya semua rasa syukur berpulang.
Feb 28, 2010

Bagikan

KESABARAN NABI MUSA

YESUS (AS) AKAN KEMBALI

YESUS (AS) AKAN KEMBALI

HANYA CINTA YANG DAPAT MENGALAHKAN TERORISME

HANYA CINTA YANG DAPAT MENGALAHKAN TERORISME

Sebenarnya Kita Semua Perlu Doa

Sebenarnya Kita Semua Perlu Doa


Ya. Setiap kita harus berdo'a. Karena kita diciptakan dalam keadaan yang penuh keterbatasan. Di balik segala kelebihan kemanusiaan kita, kita juga menyimpan bertumpuk kelemahan kemanusiaan pula. Di balik harum nama dan gelar kita, sejujurnya banyak borok yang mungkin tak seorangpun tahu, kecuali kita sendiri....

Di lembah Makkah yang datar. Sepanjang hari matahari membakar. Pasir-pasir berbisik kepanansan. Fatamorgana meliuk-liuk perlahan. Disanalah, ditanah yang gersang itu, Nabi Ibrahim ‘alaihisalam baru saja meninggalkan istriny, Hajar, bersama bayi kecilnya Ismail. Ia harus pergi atas perintah Allah, meninggalkan keluarganya tercinta. Sebuah ujian yang tidak ringan.

Tetapi Ibrahim tidak lantas berkecil rasa. Justru saat itu ia memasrahkan keluarganya kepada Allah, Dzat Yang memeintahkan dirinya untuk beranjak. Ibrahim pun berdoa. “Ya Yuhan kaim, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanaman-tanaman, di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadkanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (Ibrahim:37)

Ibrahim adalah kekasih Allah, tetapi doa dan permohonan Ibrahim untuk kebaikan anak istrinya bercerita tentang fakta lain. Bahwa siapapun sangat perlu kepada doa. Ibrahim bahkan harus berpanjang-panjang doa. Merangkum segala harap, tidak saja untuk istri dan anaknya, tetapi jga untuk kebaikan penduduk mekkah, untuk kebaikan anak cucunya, untuk kesinambunagn penghambaan kepada Allah Yang Esa. Ibrahim pun berkata, “Ya Tuhan kami, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.(QS. Ibrahim:40)

Para Rasul mulia bahkan terkenal dengan keseriusan mereka dalam meminta dan berdoa kepada Allah. Lihatlah Nabi Zakariya. Dalam usianya yang sudah senja, ia tak pernah putus berdoa agar diberi penyambung generasi dirinya. “Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau ya Tuhanku. Dan sesungguhnya au khawatir terhadap mawaliku sepeninggalanku, sedang istriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera. Yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya’kub dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai.” (QS. Maryam: 4-5)

Dengan tulus , khusyu dan penuh ketundukkan, Zakariya memohon dan berdoa kepada Allah. Akhirnya, Allah memberinya seorang anak yang belum pernah diciptakan sebelumnya. Anak itu bernama Yahya, yang kemudian menjadi nabi pilihan Allah.

Lihat pula sebelum itu, Nabi Ya’qub ditengah dukanya yang mendalam karena kehilangan anak tecintanya,Yusuf, ia tetap tulus berdoa seraya menegaskan, “Dan Allah sajalah yang dimohonan pertolongan-Nya.(QS. Yusuf:18). Lihat pula bagaimana Nabi Yusuf, ketika dikemudian hari jadi pembesar di kerajaan Mesir, ia tetap tulus berdoa, bahkan sebuah doa yang sangat penting artinya bagi akhir dari seluruh kebesarannya: Mohon diwafatkan sebagai muslim. "Ya Tuhanku, Sesungguhnya Engkau telah menganugerahkanku sebagian kerajaan dan telah mengajarkan daku sebagian ta'bir mimpi. (Ya Tuhan), pencipta langit dan bumi. Engkaulah Pelindungku di dunia dan akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang shalih." (QS. Yusuf: 101).

Demikian pula Rasulullah saw, menjelang perang Badar yang menegangkan. Ketika diketa¬huinya jumlah kaum musyrikin mencapai seribu orang. Rasulullah berdo'a begitu khidmat, meng¬hadap kiblat, menengadahkan tangan. "Ya Allah, tunaikanlahjanji-Mu untukku. Ya Allah, jika engkau kalahkan jumlah kami dari kaum muslimin ini, Engkau tidak akan disembah di bumi ini." Rasulul¬lah terus berdo'a. Sampai-sampai selendangnya jatuh. Abu Bakar menyusulnya, mengambil selendang itu, lalu meletakkan kembali dipundak¬nya yang mulia, lalu menyemangati orang yang paling ia cintai itu, seraya berkata, "Wahai Rasululah, cukuplah permohonan engkau. Pasti, Allah akan memenuhi janjinya untuk engkau." Rasulullah adalah hamba terbaik-Nya. Tetapi Rasulullah tetap berdo'a. Bahkan lebih dari do'a siapapun.

Ya. Setiap kita harus berdo'a. Karena kita diciptakan dalam keadaan yang penuh keterbatasan. Di balik segala kelebihan kemanusiaan kita, kita juga menyimpan bertumpuk kelemahan kemanusiaan pula. Di balik harum nama dan gelar kita, sejujurnya banyak borok yang mungkin tak seorangpun tahu, kecuali kita sendiri. Kita memang tidak sempurna, dan tidak akan sempurna. Karenanya, selamanya, kita perlu meminta kepada Allah, dalam do'a-do'a yang tulus, dalam kepasrahan yang penuh. Allah swt telah menegaskan, "Hai manusia kamulah yang memerlukan Allah, dan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji." (QS. Faathir: 15).

Renungkan saat-saat kita menghadapi kesulitan. Kala tiba-tiba badan yang tegap menjadi lunglai. Ketika garis wajah yang indah menjadi tercerai berai. Ingatlah saat-saat guncangan menghempaskan kita. Merenggut orang-orang yang kita cintai, atau melenyapkan pernik-pernik kebutuhan hidup yang mungkin bertahun-tahun kita gali. Adakah kita bisa menolak? "Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu." (QS. Al-An'am: 17).

Setiap saat kita bergantung kepada Allah. Kita tidak pernah tahu apa kesudahan dari seluruh langkah-langkah hidup kita, dalam jangka pendek maupun panjang. Akankah kita sukes? Ataukah malah gaga!? Akankan kita menemui kesenangan? Ataukah tersandung segunung kepahitan? Akankan usaha kita lancar? Ataukah justru menga¬lami kebangkrutan? Yang kita lakukan hanya menata ikhtiar, sebaik mungkin. Kita memang harus yakin dengan tujuan, tetapi kita juga harus sadar, bahwa segala kesudahan itu tidak hanya bergantung kepada keyakinan.

Kita tidak bias memastikan tentang apa yang akan kita temui, bahkan untuk beberapa saat kemudian. Maka, kebergantungan kita kepada Allah, adalah bahasa lain dari keharusan kita untuk selalu berdo'a. Dengan berdo'a kepada Allah, kita telah mengadu kepada Dzat yang paling tulus menerima pengaduan. Allah, sangat Maha Kaya, Maha Pengasih, dan Maha Mendengar do'a hamba-Nya. Seorang mukmin tentu tak akan menyia-nyiakan kasih sayang Allah. "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muham¬mad) tentang Aku, maka (jawablah), bahwasannya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka memenuhi (segala perintah)Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (QS. AI-Bagarah:186).

Tidak ada kesimpulan yang lebih penting dari semua uraian di atas, melebih sebuah keyakinan, bahwa kita harus selalu berdo'a. Karenanya, di tengah hirup pikuk hidup yang keras, sejujurnya ada jenak-jenak sesaat, kala ketulusan hati kita bicara, tentang kebergantungan kita kepada Allah Yang Maha Perkasa. Saat kita dengan sadar mengakui kelemahan kita. Saat itulah, segerakan pengharapan. Segeralah berdo'a, kepada Allah Yang Maha Kuasa.

Dikutip dari Tarbawai edisi 32 thn 3


Bagikan

Antara Usaha dan Pertolongan Allah

Karenanya, datangnya pertolongan Allah itu bersyarat. Ia hanya akan datang kepada mereka yang sudah berusaha menolong agama-Nya. Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu,” (QS. Muhammad:7)...
----------

Rumah Rasulullah saw sudah dikepung. Sebelas gembong penjahat dari beragam kabilah mendekam di persembunyiannya. Masing-masing siaga dengan senjata terhunus. Mata mereka liar nyaris tak berkedip mengawasi setiap celah yang memungkinkan Rasulullah saw keluar.

Dalam situasi yang sangat genting itulah, Rasulullah saw menyuruh Ali bin Abi Thalib untuk tidur di tempatnya sambil mengenakan selimut yang biasa dipakai beliau. Kemudian, beliau keluar rumahnya tanpa diketahui para pengepungnya. Rasulullah saw langsung menuju rumah Abu Bakar as-Shiddiq. Lewat pintu belakang, keduanya menempuh perjalanan ke arah selatan sejauh lima mil. Keduanya tiba di gua Tsur di atas puncak sebuah bukit yang cukup tinggi. Selama tiga hari keduanya bersembunyi di gua tersebut.

Setelah mengetahui keadaan cukup aman, ditemani seorang penunjuk jalan bernama Abdullah bin Uraiqith, Rasulullah dan Abu Bakar melanjutkan perjalanan ke arah selatan. Setelah melewati daerah pantai dan daerah sepi yang nyaris tak pernah dilewati orang, mereka berbalik ke arah utara menuju Madinah. Pada Senin, 8 Rabiul Awal tahun keempat belas dari kenabian, bertepatan dengan tanggal 23 September 622 M, Rasulullah saw tiba Quba’. Disana beliau mendirikan mesjid dan tinggal selama 4 hari. Setelah itu bersama beberapa orang sahabat yang menjemputnya, beliau bergerak menuju Madinah.

Kisah perjalanan hijrah Rasulullah saw tersebut tak asing lagi bagi kita. Sebuah kisah perjalanan yang sarat dengan pelajaran. Ia tak hanya menjelaskan peristiwa pindahnya Rasulullah saw dari tanah kelahirannya, Makkah, menuju negeri hijrah, Madinah. Tapi, menyimpan beragam strategi, taktik, dan siasat jitu menghadapi musuh.

Keberhasilan Rasulullah saw menyelamatkan diri dari kepungan dan kejaran orang-orang yang ingin membunuhnya itu, tak cukup dijelaskan semata karena pertolongan Allah. Meski itu yang paling utama, tapi sisi usaha Rasulullah saw sebagai seorang manusia pun sangat nyata. Bahkan, kalau diteliti, pertolongan Allah itu muncul dan menjadi kunci keberhasilan setelah segenap usaha dilakukan.

Untuk mengelabui mereka yangmengepung rumahnya, Rasulullah saw menyuruh Ali bin Abi Thalib tidur mengenakan selimutnya. Beliau juga sudah memperkirakan, musuhnya akan mengejar ke arah Madinah. Untuk itu ia bersembunyi di gua Tsur yang letaknya berlawanan dengan arah Madinah. Rasulullah juga menyuruh Amir bin Furairah, mantan budak Abu Bakar untuk menggembalakan kambing di sekitar dan sepanjang jalan ke gua. Selain untuk diambil susunya, juga untuk menghilangkan jejak.

Untuk mengetahui keadaan lawan, Rasulullah saw menyuruh Abdullah bin Abu Bakar menginap bersama mereka di gua dan sebelum matahari terbit ia sudah berada lagi di Mekkah. Dengan demikian, Rasulullah saw tahu semua rencana orang-orang kafir yang terus mencari dan ingin membunuhnya. Sebaliknya, orang-orang kafir tak pernah curiga karena Abdullah bin Abu Bakar selalu bersama mereka di siang hari.

Selama tiga hari bersembunyi di dalam gua, Rasulullah saw dan Abu Bakar tidak kelaparan karena Asma’ senantiasa menyuplai makanan buat mereka. Dengan cerdik putri Abu Bakar itu menyelipkan makanan di pinggangnya. Karenanya, dalam sejarah ia dikenal dengan Dzatun Nithaqain (pemilik dua ikat pinggang).

Namun semua itu hanyalah usaha maksimal manusia. Yang berhak menentukan keberhasilan hanyalah Allah. Buktinya, walaupun Ali bin Abi Thalib sudah diperintahkan tidur di tempat Rasulullah saw, tetap saja ada di antara para pengepung yang sempat mengetahui bahwa beliau sudah keluar. Kekuasaan Allah lah yang mampu menutup mata dan hati para pengepung sehingga Rasulullah saw berhasil menyelamatkan diri.

Meski sudah berusaha semaksimal mungkin mengatur siasat, tetap saja para pengejar berhasil menemukan tempat dimana Rasulullah saw dan Abu Bakar bersembunyi. Hanya kekuasaan Allah lah yang mampu menggerakan hati orang-orang kafir itu untuk tidak melongok ke dalam gua. Kekuasaan Allah juga yang menggerakkan hati burung merpati untuk bertelur di pintu gua. Kekuasaan Allah juga yang menggerakkan laba-laba untuk merangkai sarangmya menutupi pintu gua. Dengan demikian orang-orang kafir yang saat itu sudah berdiri di muka gua, tak curiga kalau di dalamnya ada Rasulullah saw dan Abu Bakar sedang bersembunyi.

Meski sudah berusaha semaksimal mungkin memilih jalan paling aman ke Madinah, tapi tetap saja Suraqah bin Naufal mampu menemukan mereka. Lagi-lagi hanya karena pertolongan Allah yang menyebabkan kaki kuda Suraqah terperosok sehingga menyebabkannya tak sanggup menangkap atau membunuh Rasulullah saw.

Tak hanya pada peristiwa hijrah hal ini terjadi. Menghadapi pasukan Ahzab yang jumlahnya berlipat ganda, Rasulullah saw dan kaum Muslimin sudah berusaha semaksimal mungkin. Untuk membentengi diri dari serbuan musuh, kaum muslimin sudah menggali parit yang mengitari hampir setengah keliling Madinah. Rasulullah saw pun menyuruh Hudzaifah Ibnul Yaman untuk mengintai keadaan lawan. Beliau juga membolehkan Nuaim bin Mas’ud untuk memecah-belah pasukan musuh. Namun, bukan itu yang membuat lawan kalah. Bukan itu yang menyebabkan lawan tercerai-berai. Itu hanyalah usaha manusia. Yang memenangkan pertempuran adalah Allah. Dengan hanya mengirimkan angin, Allah membuat pasukan Ahzab kocar-kacir. Mereka lari tunggang langgang meninggalkan medan pertempuran dengan rasa takut yang mencekam.

Begitulah perjuangan. Ia tak hanya butuh kerja keras yang maksimal, tapi juga butuh pertolongan dari Allah. Sebaliknya, pertolongan dari Allah tak bisa turun begitu saja tanpa usaha yang maksimal.

Karenanya, datangnya pertolongan Allah itu bersyarat. Ia hanya akan datang kepada mereka yang sudah berusaha menolong agama-Nya. Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu,” (QS. Muhammad:7)

Jadi jangan berharap pertolongan Allah akan muncul kalau kita tak pernah berusaha menolong agama-Nya. Pertolongan Allah tidak bisa gratis.

Sabili No. 15 Th. XI. 


Bagikan

Cobaan itu kecil di banding nikmat

Ibnul Qayyim rahimahullah (semoga Allah merahmatinya) mengatakan dalam kitab Zadul Ma’adnya bahwa “Ada satu tempat yang berisi campuran antara kekejian dan kebaikan yaitu dunia. Bila hari kiamat telah terjadi, maka Allah akan memisahkan antara yang keji dengan yang baik. Sesuatu yang keji akan seluruhnya berada di neraka dan sesuatu yang baik seluruhnya akan berada di surga”.
Dan sekarang kita hidup di dunia dimana kekejian, cobaan, musibah, kesenangan, kesedihan, kebahagiaan dan kebaikan bercampur dan saling mengalahkan antara satu dengan yang lain. Bagi yang imannya lemah maka kekejian serta berbagai keburukan lain akan menimpanya dan bagi yang imannya kuat maka kebaikanlah yang akan di rasakannya.
Kita sering mendengar kata cobaan atau dalam bahasa umumnya yaitu fitnah atau musibah. Sebagai contohnya anda jatuh dari motor berarti anda mendapat cobaan, anda mendapat nilai yang buruk berarti anda mendapat cobaan, anda sakit berarti anda mendapat cobaan, anda terjatuh di kamar mandi itu merupakan cobaan, anda tidak punya uang berarti anda mendapat cobaan, anda tertusuk duri itupun merupakan cobaan bagi anda. Yang pasti segala sesuatu yang anda jumpai yang tidak anda senangi baik itu lahir maupun batin dan mendatangkan kerugian maka itulah yang namanya cobaan.
Kemudian contoh lain, ada seseorang mengatakan kepada anda “Janganlah engkau memasuki tempat itu (diskotik contohnya) karena di dalamnya banyak cobaan” maka maksud cobaan disini adalah anda akan mendapat cobaan baik itu dalam agama anda, akhlak anda, tubuh anda, harta anda, kehormatan anda. Karena di dalamnya anda akan berhadapan dengan minuman-minuman yang merusak, orang - orang jahat yang bisa merusak anda dan sesuatu – sesuatu yang lain yang bisa merusak anda. Sebagian orang mengatakan bahwa “Sesuatu yang bisa merusak diri itu di benci sedangkan sesuatu yang bisa memperbaiki diri itu di sukai”.
Kemudian kita sering juga mendengar kata nikmat. Nikmat adalah segala sesuatu yang anda jumpai yang anda senang dengannya, bisa mendatangkan keuntungan dan kesenangan bagi jiwa. Contohnya, anda pergi kekampus dan dalam perjalanan anda tidak mengalami kecelakaan itu merupakan nikmat bagi anda, anda bisa bangun tidur kembali itu merupakan nikmat bagi anda, anda bisa merasakan makan dengan makanan yang enak itu merupakan nikmat bagi anda, anda mendapat nilai baik di kampus itu merupakan nikmat bagi anda, anda mendapatkan gaji dari pekerjaan anda itu merupakan nikmat bagi anda, anda bisa berpakaian baik itu merupakan nikmat bagi anda, anda mendapat sahabat yang baik itu merupakan nikmat bagi anda, anda bisa mengucapkan kata-kata yang baik itu merupakan nikmat bagi anda, anda bisa menulis sesuatu yang baik maka itu merupakan nikmat bagi anda dan nikmat-nikmat yang lain yang jika di tulis maka akan menghabiskan ribuan lembar kertas berjilid atau bahkan jutaan hingga kita tidak mampu untuk menghitungnya kembali. Karena Allah berfirman “dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menghitungnya” (Surat An Nahl ayat 18).
Maka ketahuilah dengan adanya nikmat seorang hamba Allah di anjurkan untuk bersyukur. Syukur itu adalah tingkatan paling tinggi dan paling luhur sekalipun anda sedang dalam menghadapi derita atau pahitnya cobaan. Karena jika anda membandingkan nikmat –nikmat Allah yang di karuniakan kepada anda yang sangat banyak jumlahnya dengan cobaan yang pernah anda alami maka anda akan dapati bahwa cobaan itu kecil di banding nikmat. Contohnya, pernahkan anda merasakan cobaan secara terus menerus tanpa henti selama sehari dari ketika anda bangun tidur hingga tidur kembali?? Tentu saja jawabannya tidak dan jika anda menjawab iya maka introspeksilah diri anda karena bisa jadi anda termasuk golongan orang – orang yang kurang mensyukuri nikmat Allah.
Untuk lebih memantapkan hati ketika anda di hadapkan nikmat, maka peganglah selalu kalimat ini “Jika aku bersyukur kepada Allah maka Allah akan menambah nikmatku dan aku sangat menyukainya namun jika aku mengingkari nikmat Allah maka Allah akan memberikan dosa dan adzab kepadaku sedangkan aku sangat membenci keduanya (dosa dan adzab). Jadi aku harus selalu bersyukur”.

Semoga tulisan ini bisa memberikan faedah yang banyak dan semoga kita menjadi golongan orang-orang yang bersyukur.

Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin…

Bagikan

Bukan Kecantikan Tapi Akhlak

Bunga yang kembang dan cantik itu jarang yang wangi… Begitulah orang yang cantik jarang berbudi..”
Apabila si gadis dipuji dengan kata-kata, “Awak ni cantiklah”, maka akan menguntumlah sebutir senyuman dibibirnya dan berbungalah hatinya.
Tersipu-sipulah dia. Ah… siapa yang tidak seronok bila dikatakan cantik dan lawa? Begitulah resam manusia, seronok bila dipuji kecewa bila dikeji.
Tetapi lain halnya bagi si mukmin yang merasa dirinya miskin dengan Tuhannya. Terasa kerdil tatkala berhadapan dengan pujian dan sanjungan manusia. Wanita yang cantik selalu ditimpa ‘perasan’ kerana sedar dirinya punya kelebihan. Kata orang, wanita cantik banyak mahunya. Diri rasa bangga, seisi dunia mahu digenggamnya. Kalau ia seorang gadis dirinya sanggup menjadi tukaran dengan wang yang beribu. Ada pula yang rela menjadi andartu. Hidup liar bak merpati, senang didekat dan ditangkap lari.
Jika ia seorang isteri yang sedar dan bangga dengan kecantikkannya maka suamilah yang menjadi mangsa. Si suami selalu melutut dan kalah dengan kehendak dan karenahnya. Lebih malang jika si suami pula suka akan kecantikan isterinya. Ia menyayangi isteri atas dasar kecantikannya. Jadilah suami laksana lembu yang dicucuk hidungnya.
Ke mana diarah di situlah perginya, alangkah dayusnya dia. Si isteri yang cantik rupawan akan merajuk dan meragam seandai kemahuannya tidak tercapai, mengugut, merajuk hendak balik kampung atau minta cerai. Alangkah indahnya jika si isteri tadi, kecantikannya digunakan untuk meniup semangat jihad ke lubuk hati mujahidin.
Ketahuilah, keutamaan dan nilai diri seorang wanita sama ada cantik atau tidak adalah pada akhlaknya. Kalau ia seorang isteri, ketaatannya pada suami adalah akhlak yang indah.
Wanita yang cantik tetapi tidak berbudi pekerti tinggi, lebih-lebih lagi isteri yang cantik yang derhaka pada suami adalah ibarat bunga raya. Cantik warnanya harumnya tiada. Sebaliknya wanita yang tidak cantik tetapi berakhlak mulia, taat suaminya, sentiasa mencari keredhaanNya, ibarat bunga cempaka. Tiada rupa tetapi harumnya memikat jiwa. Antara bunga raya dan bunga cempaka pastilah cempaka diminati orang. Kasihan si bunga raya, tidak dijual atau dipakai orang. Ibarat gadis murahan yang mempertontonkan kecantikan. Konon nanti ada yang berkenan tetapi tidak sedar d iri jadi mainan.
Wanita yang tidak cantik pula jika tidak berakhlak akan meyakitkan hati dan mata. Ibarat bunga yang tidak cantik tidak pula harum dan wangi. Maka tiadalah apa-apa tarikan dan keindahan padanya. Usah bangga dan usah pula risau akan paras rupa untuk merebut kasih sayang manusia. Tetapi marilah berlumba-lumba untuk menjadi wanita yang bertaqwa dan berakhlak mulia. Nescaya disayangi Allah serta makhluk-makhlukNya.
Seharusnya diri yang dikurniakan Allah dengan nikmat kecantikan sentiasa resah jiwanya. Bukan kerana takut luput kurniaan itu dari dirinya. Bukan jua kerana ada yang iri hati dan mahu menganiayai atau menandingi kejelitaannya. Resah adalah kerana menghitung-hitung pahala-pahala yang tinggal akibat pujian dan sanjungan manusia yang bakal menjerumuskan dirinya ke jurang neraka. Mengira-ngira bagaimana untuk meruntuhkan gunung mazmumah akibat dari kecantikan diri yang dijulang bagaikan mahkota. Apa lagi jika kecantikan itu hidangan setiap insan, cantik indah tetapi hina terdedah. Menjadi mainan nafsu dan syaitan.
Bersyukur dengan segala nikmat Tuhan. Baik buruk,cantik hodoh itu adalah pemberiNya. Yang berwajah cantik atau hodoh sama-sama perlukan persediaan. Akan tiba saatnya jua di mana yang berwajah cantik indah dikerumuni oleh cacing dan ditimbusi tanah di liang lahad yang gelap lagi sunyi. Tatkala itu bersandinglah manusia dengan kematian. Apakah baru di kala itu mahu diucapkan nikmat iman dan Islam itulah sebesar-besar pemberian Tuhan? Baru sanggup berjuang, berkorban apa saja demi mendapatkannya?
Sebelum segala-galanya terlewat sama-samalah kita daki anak-anak tangga menuju ke puncak taubat. Asal manusia dari setitis mani yang hina. Sehina itulah pula diri wanita. Kenangilah nasib diri di hari penghisaban. Segala pinjaman Tuhan itu, untuk apa digunakan.
Lunakkan hati, tenangkan perasaan. Lihatlah ke seluruh penjuru alam.Di mana saja mata menjurus di sana ada tanda keagungan Tuhan. Dongakkan kepala ke langit biru, tundukkan wajah ke bumi yang hijau. Saksikanlah kilauan mentari, percikan cahaya bulan dan bintang.Langit yang dijadikanNya tidak bertiang, gunung-ganang tidak berpancang. Usah terlena dibuai keindahan, sesungguhnya pada segalanya itu terkandung pengajaran:
“Dan apa sahaja nikmat yang ada padamu dari Allahlah datangnya, dan bila kamu ditimpa kemudaratan maka hanya padaNyalah kamu meminta pertolongan.” An-Nahl:53
Wallahu a’lam…
Semoga kita sentiasa dibimbingNya dalam bermujahadah menjadi yang terbaik…

Bagikan

Mengapa Sifat Pemaaf Itu Begitu Mulia ???

Mengapa Sifat Pemaaf Itu Begitu Mulia ???
KETIKA manusia diciptakan, Allah mencipta juga pelbagai bentuk emosi dan keinginan dalam diri manusia yang berbentuk positif dan negatif yang saling mempengaruhi antara satu sama lain. Antara sifat positif yang terdapat dalam diri manusia ialah pemaaf, yakni lawan kepada sifat pemarah dan pendendam.
Pemaaf adalah sifat luhur yang perlu ada pada diri setiap muslim. Ada beberapa ayat al-Quran dan hadis yang menekankan keutamaan bersifat itu yang juga disebut sebagai sifat orang yang hampir di sisi Allah.
Allah berfirman bermaksud: “Dan orang yang menahan amarahnya dan memaafkan orang lain, Allah menyintai orang yang berbuat kebajikan.” (Surah Ali Imran, ayat 132).
Namun, diakui bukan mudah untuk menjadi seorang pemaaf. Sikap negatif yang menjadi lawannya iaitu pemarah sentiasa berusaha menidakkan wujudnya sifat pemaaf dalam seseorang. Pertembungan dua unsur ini mewujudkan satu mekanisme yang saling ingin menguasai diri seseorang.
Iman dan takwa menjadi pengemudi melahirkan sifat pemaaf, manakala syaitan pula mengambil tempat mendidik sifat pemarah. Hakikatnya, syaitan sentiasa menggunakan kelemahan manusia untuk digoda dari pelbagai penjuru agar timbul sifat haiwaniah dalam diri manusia.
Memang tepat sifat pemaaf itu bukanlah satu perbuatan mudah dilakukan. Firman Allah yang bermaksud: “Tetapi, sesiapa yang sabar dan suka memaafkan, sesungguhnya termasuk pekerjaan yang berat ditanggung.” (Surah asy-Syura, ayat 43).
Sifat pemaaf memang sukar dilakukan memandangkan manusia sentiasa dikuasai fikiran logik untuk bertindak atas sesuatu perkara sehingga membunuh nilai moral sebenar.
Contohnya, bayangkan apakah tindakan spontan kita jika ditipu, dihina, dikhianati, dikecewakan dan perkara lain yang tidak disenangi. Sudah tentu perasaan marah akan menguasai diri dan diikuti pula dengan tindakan berbentuk lisan dan fizikal.
Kadangkala, perasaan marah juga disebabkan persaingan untuk mendapatkan sesuatu. Dalam keadaan itu, pesaing dianggap sebagai musuh yang perlu diatasi dengan apa cara sekalipun. Punca ini boleh merebak kepada fitnah, ugutan dan tindakan fizikal secara kekerasan.
Emosi manusia mudah terpengaruh ke arah melakukan tindakan yang pada pandangan logik adalah tindakan yang sepatutnya. Apatah lagi jika hasutan syaitan berjaya menguasai diri.
Di sinilah pentingnya kita memupuk sifat pemaaf dalam diri. Sesuatu yang logik tidak semestinya betul. Sebaliknya, ajaran agama adalah petunjuk kepada kebenaran yang mesti diamalkan untuk mendapat kebaikan di dunia dan akhirat.
Tindakan marah melampau dan diikuti pula dengan tindakan fizikal bukanlah jalan menyelesai masalah atau untuk menunjukkan siapa yang benar. Ketika itu jika diteruskan niat melakukan tindak balas atas kemarahan itu, mungkin ada tindakan yang mendatangkan keburukan sehingga melakukan pembunuhan.
Sesiapa berupaya menahan kemarahan, bererti dalam dirinya memiliki kemuliaan, keberanian, keikhlasan dan kekuatan yang sebenar. Sebaliknya, orang yang tidak mampu menahan marah adalah golongan yang lemah.
Nabi Muhammad bersabda: “Bukanlah orang yang kuat itu (dinilai) dengan (kekuatan) dalam pergelutan, sesungguhnya orang yang kuat ialah orang yang dapat menguasai dirinya ketika marah.” (Hadis riwayat Bukhari).
Pentingnya sifat menahan marah mendorong Nabi Muhammad apabila diminta oleh seorang lelaki agar berpesan atau mengajarnya mengenai sesuatu perkara, menjawab ringkas iaitu ‘jangan marah’.
Lelaki itu seperti tidak berpuas hati dengan jawapan itu. Dia mungkin merasakan apalah besar sangat kebaikan menahan marah. Lalu dia bertanya kali kedua mengharapkan agar Rasulullah memberitahu amalan lain yang lebih besar pahalanya. Tetapi Rasulullah tetap mengulangi perkataan ‘jangan marah’.
Untuk mendidik sifat baik dalam diri perlulah menghampiri diri dengan memperbanyakkan melakukan ibadat wajib dan sunat. Dengan kekuatan takwa dan iman secara langsung akan menjauhkan perkara yang ditegah, termasuk sifat pemarah.
Sifat pemaaf lahir dari jiwa dan hati yang tenang hasil daripada tarbiyah yang berterusan. Sebab itu, selalu memupuk sifat pemaaf. Bermulalah dengan perkara yang kecil dan mudah hilang sifat marah.
Jika ada sesuatu yang menimbulkan perasaan marah, berfikirlah sejenak untuk terlebih dahulu menilai atau muhasabah diri sendiri terlebih dahulu. Renungkan dalam hati sendiri adakah perkara itu juga berpunca dari kita sendiri? Adakah sebelum ini kita mengambil langkah yang wajar untuk mengelak perkara itu daripada berlaku?
Jika kita mampu berfikir sedemikian, cahaya kebenaran mudah memasuki ruang hati dan memberi petunjuk apakah tindakan yang wajar dilakukan seterusnya. Pada ketika itu syaitan tidak berpeluang untuk menyemarakkan perasaan marah, yang lahir adalah keinsafan dan sifat memaafkan.
Sifat pemaaf memberi manfaat yang besar kepada diri sendiri terutama dari segi rohani. Orang yang bersifat pemaaf selalu dalam keadaan tenang, hati bersih, berfikiran terbuka, mudah diajak berunding dan sentiasa menilai diri sendiri untuk melakukan kebaikan.
Bagi orang yang bersifat pemaaf, padanya tiada seorang pun dalam hatinya tersimpan perasaan marah. Sebab itu, hati orang bersifat pemaaf tidak mudah terbakar dengan provokasi yang menekan dirinya.
Banyak masalah berkaitan hubungan sesama manusia berpunca sifat marah dan membalas dendam. Biarpun perselisihan kecil, perkara itu tidak dapat diselesaikan disebabkan perasaan dendam masih bertapak di hati.
Sikap berdendam hanya merugikan kedua-dua pihak. Paling tertekan ialah pihak yang lebih banyak berdendam. Hatinya tidak tenteram dan sentiasa ada perasaan buruk sangka. Kadangkala, yang berdendam hanya sebelah pihak. Sedangkan, sebelah pihak lagi menganggap persengketaan sebelum ini selesai.
Jika sifat memaafkan diamalkan, insya Allah, kita juga tidak akan menanggung kemarahan daripada orang lain. Sesungguhnya Allah terlebih awal memberi keampunan dengan rahmat-Nya.


Bagikan

Ini Dia Yang Membuat Seseorang Mudah Marah

Ini Dia Yang Membuat Seseorang Mudah Marah
Lekas marah adalah keadaan ekstrim kepekaan terhadap rangsangan apapun. Sangat sering orang yang memiliki kepekaan rangsangan merasa stres, tidak sabar atau mungkin dengan mudah menjadi marah. Lekas marah adalah semacam sinyal, bahwa yang tidak menyenangkan atau situasi yang berpotensi mengancam tidak dapat dihindari atau diselesaikan dengan cara yang pantas.

Mudah marah moderat merupakan pengalaman umum anak-anak yang kelelahan atau orang dewasa yang terlalu bekerja keras. Kurang tidur juga dapat menyebabkan suasana hati jengkel. Setiap jenis kecanduan alkohol atau obat-obatan dan penarikan dapat memicu seseorang lekas marah.

Penyebab lain bisa karena gangguan somatik (hipertiroidisme, gangguan nyeri, tinnitus, gangguan kronis lainnya atau kondisi medis yang parah).

Sedangkan penyebab psikologis mudah tersinggung dapat mencakup bentuk penyesuaian ringan masalah atau stres serta masalah kejiwaan yang lebih berat atau gangguan lain. Beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain; pubertas, kelelahan, kurang tidur, flu, sakit kepala, pramenstruasi, diabetes, depresi, narkoba, atau alkohol.

Gejala
Lekas marah dan tersinggung Perawatan
Obat anti depresi mungkin membantu. Namun lingkungan psikologis yang mendukung, meminimalisir seseorang untuk tidak mudah marah. Hasil survei menunjukkan anak muda, orang yang memiliki anak, dan mereka yang berpendidikan rendah adalah yang paling mudah marah. Scott Schieman dari Universitas Toronto, Kanada, menyurvei 1.800 warga AS berusia 18 tahun ke atas mengenai bagaimana dan kapan biasanya mereka marah.

Ekspresi kemarahan ditunjukkan dengan beraneka cara, mulai jengkel, membentak, hingga murka.
Hasil survei itu menemukan orang-orang berusia di bawah 30 tahun lebih sering marah, dengan bentuk dan intensitas yang bermacam-macam, ketimbang mereka yang lebih tua.

Schieman berpendapat kemarahan itu muncul disebabkan mereka lebih berpeluang dipengaruhi tiga penekan utama yang bisa memicu kemarahan, yakni tekanan waktu, kesulitan ekonomi, serta konflik antarindividu di tempat kerja.

Memiliki anak juga berhubungan dengan perasaan dan perilaku marah seperti membentak. Survei juga menemukan mereka yang berpendidikan rendah juga lebih berpotensi marah.

Pendidikan memang dikaitkan dengan kemampuan yang lebih baik dalam mengendalikan diri. Mungkin karena itu, lanjut Schieman, mereka yang berpendidikan lebih baik lebih mampu mengendalikan kemarahan mereka.

Sebuah studi terbaru menemukan bahwa seseorang bisa mudah marah atau tidak tergantung pada gennya. Isolasi gen yang disebut DARPP-32 membantu menjelaskan mengapa ada orang yang mudah marah akibat provokasi, sementara yang lain masih bisa tetap tenang.

Lebih dari 800 orang diminta mengisi kuesioner yang dirancang untuk mempelajari bagaimana mereka menangani kemarahan.

Ada tiga versi gen yang mempengaruhi kemarahan, yaitu “TT”, “TC”, dan “CC”. Biasanya, orang yang memiliki gen versi “TT” atau “TC” kemarahannya lebih signifikan dibanding orang yang memiliki gen versi “CC”.

Penelitian dari Universitas Bonn menemukan bahwa orang yang warna abu-abu di amigladanya tidak banyak, yakni bagian otak yang membantu menjaga emosi agar tetap seimbang, kemarahannya lebih besar.

“Dengan kata lain, mereka tidak mampu mengendalikan perasaan mereka,” kata Martin Reuter, peneliti yang termasuk dalam kategori “TC”.

“Saya bukan pemarah tapi saya bisa marah jika itu sangat penting,” kata Martin.

Versi TT dan TC lebih umum dalam populasi Barat. Penelitian menunjukkan bahwa demonstrasi kemarahan dapat membantu orang untuk lebih maju dalam hidupnya.

Awal tahun ini dilaporkan bahwa menunjukkan kemarahan daripada menekan emosi merupakan kunci sukses untuk kehidupan pribadi.

Laporan dalam jurnal Behavioural Brain Research menunjukkan bahwa genetika hanya mencapai sekitar setengah dari disposisi kita terhadap kemarahan, sementara DARPP-32 adalah salah satu dari beberapa gen yang terlibat. (fn/vs/mtv/dtk)


Bagikan

Cegah Serangan Kantuk Setelah Makan

Cegah Serangan Kantuk Setelah Makan
Setelah makan siang, rasa kantuk seringkali datang dan menghambat aktivitas bekerja. Pemicu rasa kantuk tersebut, bisa terjadi karena banyak hal, salah satunya adalah porsi makan dalam jumlah besar.

Saat Anda mengonsumsi makanan dalam jumlah besar, darah dialihkan ke usus untuk mencerna makanan. Hal ini berarti, oksigen yang mencapai otak lebih sedikit, sehingga menimbulkan kelelahan dan rasa kantuk.

Hal lain yang menyebabkan munculnya kantuk setelah makan adalah kondisi yang disebut "alkaline tide". Kondisi tersebut terjadi bila asam lambung dilepaskan untuk mencerna makanan. Hal itu menyebabkan perubahan sementara kadar pH, dalam darah. Bikarbonat lalu dilepaskan untuk mengimbangi perubahan yang menyebabkan pH darah menjadi lebih basa dan menyebabkan kantuk.

Untuk mencegah munculnya rasa kantuk setelah makan, kuncinya adalah jangan makan berlebihan. Saat sarapan konsumsilah makanan yang mengandung protein tinggi. Lalu, menjelang siang, konsumsilah kudapan sehat dan kurangi porsi makan siang yang biasanya dalam jumlah besar. Hal ini bisa menjaga gula darah dan insulin tetap stabil, dan mencegah fluktuasi level neurotransmiter yang dapat menyebabkan kantuk. Cara lain untuk mencegah kantuk adalah, ubah komposisi menu makanan. Pilih karbohidrat sederhana seperti kentang, beras putih, atau pasta, dalam porsi secukupnya. Kurangi konsumsi makanan manis seperti permen, karena dengan cepat bisa meningkatkan level insulin yang kemudian meningkatkan kadar serotonin dalam otak. Serotonin adalah neurotransmitter yang menimbulkan rasa kantuk. Untuk menu makan siang, pilihlah makanan yang mengandung protein tinggi, rendah karbohidrat, dan sayuran.

Kurangi juga konsumsi kafein. Meskipun kafein bisa membuat Anda tetap terjaga secara temporer, tetapi ketika efeknya habis, maka rasa kantuk yang luar biasa pun muncul.
Untuk menggantikan kafein, cobalah minum segelas teh hijau saat makan siang. Lalu, cara lain mencegah kantuk adalah dengan berjalan selama 10 hingga 15 menit setelah makan. Hal itu akan membuat aliran darah lebih lancar dan menurunkan gula darah serta insulin, Anda pun tetap terjaga setelah makan.

Jika rasa kantuk setelah makan terus terjadi, periksakan diri ke dokter. Lakukan tes darah untuk mengetahui risiko diabetes atau hypothyroidism, yang gejalanya rasa lelah dan kantuk setelah makan.
Ada dua hal yang menyebabkan kita merasa ingin tidur siang
1. L-Tryptophan
L-Tryptophan adalah asam amino yang menjadi bahan dasar terbentuknya niacin, vitamin B. Niacin sendiri akan dipakai untuk membuat serotonin, zat penghantar sinyal di otak yang dapat menimbulkan perasaan nyaman dan menyebabkan kita jatuh tertidur. Makanan yang kaya karbohidrat seperti nasi, akan merangsang pankreas untuk memproduksi insulin, yang akan menyimpan makanan dalam tubuh. Beberapa asam amino lain yang tadinya terkandung di dalam darah bersama-sama dengan L-Tryptophan, akan masuk ke dalam sel otot. Akibatnya, akan terjadi peningkatan pada konsentrasi relatif L-Tryptophan dalam darah dan serotonin yang terbentuk membuat kita mengantuk.
2. Proses pencernaan makanan
Tubuh akan mengirimkan darah ke sistem pencernaan karena proses pencernaan membutuhkan energi yang cukup besar, apalagi kalau makanan yang perlu dicerna mengandung banyak lemak. Energi yang diperlukan juga akan semakin bertambah besar seiring dengan semakin banyaknya makanan yang kita konsumsi. Pada saat ini, sistem saraf juga menyumbangkan sebagian stok darahnya dan sebagai akibatnya, sistem saraf akan mengalami kekurangan oksigen untuk sementara. Menurunnya efektivitas kerja saraf pada saat sistem pencernaan bekerja inilah yang juga membuat kita ingin tidur siang. (fn/vs/chm)


Hukum Merayakan Hari Ulang Tahun

Hukum Merayakan Hari Ulang Tahun
Tanya :

Samahatusy Syaikh Ibnu Baz rahimahullah ditanya tentang) Apakah hukum merayakan Hari Ulang Tahun ?

Jawab :

Merayakan Hari Ulang Tahun tidak ada landasannya dalam syara'/agama kita yang suci bahkan ia (perbuatan itu) adalah bid'ah berdasarkan kepada sabda Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam : "Barangsiapa yang mendatangkan suatu perbuatan baru (mengada-ada) dalam urusan kita ini (agama) sesuatu yang bukan darinya maka hal itu adalah ditolak". (Hadits Muttafatwa 'ala shihhatihi = hadits yang sepakati atas keshahihannya). Dan dalam lafazh Imam Muslim yang dita'liq kan (diriwayatkan secara mu'allaq) oleh Imam Bukhari rahimahullah dalam shahihnya dengan lafazh yang Jazm (tegas, pasti) : "Barangsiapa yang melakukan suatu perbuatan yang bukan dari urusan kami (agama) maka hal itu adalah ditolak". Telah diketahui bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam tidak pernah merayakan Hari Lahir (Hari Ulang Tahun) beliau selama hidupnya, tidak juga memerintahkan hal itu serta tidak pernah mengajarkannya kepada para shahabat beliau.. demikian juga halnya dengan para al-Khulafaur Rasyidun. Dan seluruh shahabat beliau tidak pernah melakukan hal itu padahal mereka adalah orang-orang yang paling mengetahui sunnah Nabi, orang-orang yang paling dicintai oleh beliau dan orang-orang yang paling komitmen dalam menjalankan ajaran beliau. Maka andaikata perayaan Hari Lahir (Maulid Nabi) adalah disyari'atkan niscaya mereka pasti berlomba-lomba merayakannya. Begitu juga (hal ini) tidak pernah dilakukan dan diperintahkan/dianjurkan oleh seorang pun dari para ulama yang hidup pada abad-abad utama. Maka berdasarkan hal tersebut, diketahui bahwa perbuatan tersebut bukan termasuk ajaran syara'/agama yang karenanya Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi Wasallam diutus dan kami bersaksi dihadapan Allah Ta'ala dan seluruh kaum Muslimin bahwasanya andaikata beliau melakukan atau memerintahkannya atau dilakukan oleh para shahabatnya radhiallahu 'anhum niscaya kami akan berlomba-lomba untuk melakukannya dan menyeru kepadanya sebab kami – alhamdulillah – adalah termasuk orang-orang yang paling komitmen dalam mengikuti sunnah beliau dan mengagungkan perintah dan larangannya. Kami memohon kepada Allah agar kami dan seluruh kaum Muslimin dapat berketetapan hati (tsabat) dalam menjalankan kebenaran dan terhindar dari setiap hal yang bertentangan dengan syara' Allah yang suci, sesungguhnya Dia adalah Maha Pemurah lagi Mulia. [al-Fatâwa al-Jâmi'ah lil Mar-ah al-Muslimah, Jld. III, hal. 1099]. 
Bagikan

Hukum Ucapan : Happy Christmas (Selamat Natal)

Hukum Ucapan : Happy Christmas (Selamat Natal)
Tanya :

Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin –rahimahullah- ditanyai bagaimana hukum mengucapkan “Happy Christmas” (Selamat Natal) kepada orang-orang Kafir? Bagaimana pula memberikan jawaban kepada mereka bila mereka mengucapkannya kepada kita? Apakah boleh pergi ke tempat-tempat pesta yang mengadakan acara seperti ini? Apakah seseorang berdosa, bila melakukan sesuatu dari yang disebutkan tadi tanpa sengaja (maksud yang sebenarnya) namun dia melakukannya hanya untuk berbasa-basi, malu, nggak enak perasaan atau sebab-sebab lainnya? Apakah boleh menyerupai mereka di dalam hal itu?

Jawab :

Mengucapkan “Happy Christmas” (Selamat Natal) atau perayaan keagamaan mereka lainnya kepada orang-orang Kafir adalah HARAM hukumnya menurut kesepakatan para ulama (IJMA’). Hal ini sebagaimana dinukil dari Ibn al-Qayyim rahimahullah di dalam kitabnya “Ahkâm Ahl adz-Dzimmah”, beliau berkata,

“Adapun mengucapkan selamat berkenaan dengan syi’ar-syi’ar kekufuran yang khusus bagi mereka adalah HARAM menurut kesepakatan para ulama, seperti mengucapkan selamat terhadap Hari-Hari besar mereka dan puasa mereka, sembari mengucapkan, ‘Semoga Hari raya anda diberkahi’ atau anda yang diberikan ucapan selamat berkenaan dengan perayaan hari besarnya itu dan semisalnya. Perbuatan ini, kalaupun orang yang mengucapkannya dapat lolos dari kekufuran, maka dia tidak akan lolos dari melakukan hal-hal yang diharamkan. Ucapan semacam ini setara dengan ucapannya terhadap perbuatan sujud terhadap SALIB bahkan lebih besar dari itu dosanya di sisi Allah. Dan amat dimurka lagi bila memberikan selamat atas minum-minum khamar, membunuh jiwa, melakukan perzinaan dan sebagainya. Banyak sekali orang yang tidak sedikitpun tersisa kadar keimanannya, yang terjatuh ke dalam hal itu sementara dia tidak sadar betapa buruk perbuatannya tersebut. Jadi, barangsiapa yang mengucapkan selamat kepada seorang hamba karena melakukan suatu maksiat, bid’ah atau kekufuran, maka berarti dia telah menghadapi Kemurkaan Allah dan Kemarahan-Nya.”

Mengenai kenapa Ibn al-Qayyim sampai menyatakan bahwa mengucapkan selamat kepada orang-orang Kafir berkenaan dengan perayaan hari-hari besar keagamaan mereka HARAM dan posisinya demikian, karena hal itu mengandung persetujuan terhadap syi’ar-syi’ar kekufuran yang mereka lakukan dan meridlai hal itu dilakukan mereka sekalipun dirinya sendiri tidak rela terhadap kekufuran itu, akan tetapi adalah HARAM bagi seorang Muslim meridlai syi’ar-syi’ar kekufuran atau mengucapkan selamat kepada orang lain berkenaan dengannya karena Allah Ta’ala tidak meridlai hal itu, sebagaimana dalam firman-Nya (artinya),

“Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu.” (Q.s.,az-Zumar:7)

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu.” (Q.s.,al-Ma`idah:3)

Jadi, mengucapkan selamat kepada mereka berkenaan dengan hal itu adalah HARAM, baik mereka itu rekan-rekan satu pekerjaan dengan seseorang (Muslim) ataupun tidak.

Bila mereka mengucapkan selamat berkenaan dengan hari-hari besar mereka kepada kita, maka kita tidak boleh menjawabnya karena hari-hari besar itu bukanlah hari-hari besar kita. Juga karena ia adalah hari besar yang tidak diridlai Allah Ta’ala; baik disebabkan perbuatan mengada-ada ataupun disyari’atkan di dalam agama mereka akan tetapi hal itu semua telah dihapus oleh Dienul Islam yang dengannya Nabi Muhammad Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam diutus Allah kepada seluruh makhluk. Allah Ta’ala berfirman (artinya),
وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ اْلأِسْلاَمِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي اْلأَخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia diakhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Q.s.,Ali ‘Imran:85)

Karena itu, hukum bagi seorang Muslim yang memenuhi undangan mereka berkenaan dengan hal itu adalah HARAM karena lebih besar dosanya ketimbang mengucapkan selamat kepada mereka berkenaan dengannya. Memenuhi undangan tersebut mengandung makna ikut berpartisipasi bersama mereka di dalamnya.

Demikian pula, HARAM hukumnya bagi kaum Muslimin menyerupai orang-orang Kafir, seperti mengadakan pesta-pesta berkenaan dengan hari besar mereka tersebut, saling berbagi hadiah, membagi-bagikan manisan, hidangan makanan, meliburkan pekerjaan dan semisalnya.
Hal ini berdasarkan sabda Nabi Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR.Abu Daud)

Syaikhul Islam, Ibn Taimiyah berkata di dalam kitabnya Iqtidlâ` ash-Shirâth al-Mustaqîm, Mukhâlafah Ashhâb al-Jahîm,
“Menyerupai mereka di dalam sebagian hari-hari besar mereka mengandung konsekuensi timbulnya rasa senang di hati mereka atas kebatilan yang mereka lakukan, dan barangkali hal itu membuat mereka antusias untuk mencari-cari kesempatan (dalam kesempitan) dan mengihinakan kaum lemah (iman).”

Dan barangsiapa yang melakukan sesuatu dari hal itu, maka dia telah berdosa, baik melakukannya karena berbasa-basi, ingin mendapatkan simpati, rasa malu atau sebab-sebab lainnya karena ia termasuk bentuk peremehan terhadap Dienullah dan merupakan sebab hati orang-orang kafir menjadi kuat dan bangga terhadap agama mereka.

Kepada Allah kita memohon agar memuliakan kaum Muslimin dengan dien mereka, menganugerahkan kemantapan hati dan memberikan pertolongan kepada mereka terhadap musuh-musuh mereka, sesungguh Dia Maha Kuat lagi Maha Perkasa.

(SUMBER: Majmû’ Fatâwa Fadlîlah asy-Syaikh Muhammad bin Shâlih al-‘Utsaimîn, Jld.III, h.44-46, No.403)
Bagikan