Latest Updates

Begadang Penyebab Utama Liver

Tidur terlalu larut atau begadang, dan bangun terlalu siang adalah penyebab utama seseorang menderita kerusakan liver (hati). Liver adalah penyakit hati menahun dan kronis yang ditandai dengan proses peradangan (hepatitis), nekrosis (kematian jaringan) hati, penambahan jaringan ikat (yang batasnya tidak jelas) yang ditandai dengan terbentuknya gumpalan-gumpalan dan pembengkakan kecil jaringan (nodus) yang dapat mengganggu susunan dan fungsi hati.

Dilihat dari fungsinya, hati sangat berfungsi bagi tubuh manusia karena hati berfungsi sebagai penetralan racun (detoksikasi), membantu fungsi empedu serta organ metabolisme utama yang berkaitan dengan metabolisme gizi, berupa lemak, vitamin, protein, dan lainnya. Kemudian berfungsi juga sebagai imunitas atau kekebalan.

Penyakit liver adalah suatu istilah untuk sekumpulan kondisi dimana penyakit dan infeksi yang mempengaruhi sel-sel, jaringan-jaringan, struktur dan fungsi dari hati manusia. Ada beberapa penyebab, seseorang terkena penyakit ini salah satu penyebabnya adalah gaya hidup, seperti suka mengonsumsi alkohol, dan pola tidur.

Pola tidur dalam artian, tidur terlalu larut malam atu suka begadang dan bangun terlalu siang. Penyebab lainnya yakni, tidak buang air, baik buang air besar maupun kecil di pagi hari, serta kebiasaan tidak makan pagi atau makan berlebihan. Pemicu lainnya adalah suak mengonsumsi masakan mentah atau sangat matang. Padahal mengonsumsi makanan seperti itu dapat menambah beban hati.

Selain itu, seseorang mudah terserang penyakit ini, juga karena banyak mengonsumsi obat-obatan, bahan pengawet, zat tambahan, zat pewarna, dan pemanis buatan. Dengan mengubah gaya hidup dapat membantu anda memperbaiki hati. Caranya dengan melakukan pola makan teratur yang disuplai dengan makanan bergizi seperti salad, buah-buahan, atau jus dan banyak mengonsumsi air mineral, serta menjaga pola tidur. Pola hidup teratur dapat mengurangi pembatasan asupan gula yang akhirnya dapat mencegah kelebihan kolesterol yang terjadi dalam hati.

STROKE

STROKE
Adalah
defisit neurologis berupa : kelumpuhan
lengan dan tungkai sesisi, defisit sensoris sesisi (tebal, tidak berasa,
dsb), bicara pelo, kelumpuhan otot-otot wajah sesisi, dan sebagainya.
Gejala-gejala tersebut di atas dapat timbul :



  1. Berlangsung
    secara tiba-tiba dalam waktu singkat (beberapa menit, jam atau 1/2
    hari)


  2. Serentak
    dengan hilang kesadaran (pingsan)


  3. Secara
    berangsur-angsur dengan penurunan kesadaran/tanpa gangguan kesadaran.


Gejala-gejala
tersebut merupakan manifestasi dari infark
(kerusakan sel/sel kekurangan oksigen) pada otak. Ciri-ciri mulai
timbulnya dan gejala pengiringnya menandakan sifat, lokalisasi, dan
jenis kelainan yang diderita pada otak.


Faktor
resiko terjadinya stroke antara lain :



  1. Umur,
    lebih tua lebih mungkin terserang stroke.


  2. Hipertensi.


  3. Diabetes
    mellitus, orang yang diobati insulin lebih banyak mempunyai resiko
    untuk mengidap stroke.


  4. Penyakit
    jantung.


  5. Merokok.


Ada
dua jenis stroke, yaitu stroke ischemic, dan stroke hemorrhagic. Stroke
ischemic dibedakan lagi menjadi stroke emboli dan trombosis.




  • Stroke
    ischemic
    , merupakan stroke yang terjadi akibat pembuntuan
    dari pembuluh darah otak. Pembuntuan tersebut bisa berupa trombus,
    gumpalan trombosit (karena fibrilasi atrium), gumpalan kuman (pada
    endokarditis bakterial), atau gumpalan darah.


  • Stroke
    hemorrhagic
    , merupakan stroke yang terjadi akibat pecahnya
    pembuluh darah di otak.


Pada
pemeriksaan fisik bisa ditemui adanya defisit motoris (kelumpuhan)
sesisi, defisit sensoris (berkurangnya sensasi raba, tekan, nyeri, dsb)
pada tubuh sesisi. Reflek fisiologis yang meningkat pada sisi yang
lumpuh, dan timbulnya reflek patologis pada sisi yang lumpuh.


Untuk
mengetahui secara pasti penyebab stroke tersebut, dilakukan pemeriksaan
penunjang berupa pemeriksaan CT Scan otak. Dengan pemeriksaan tersebut
kita bisa mengetahui lokasi, jenis stroke, dan perkembangan pengobatan
yang diberikan.


Penatalaksanaan
penderita, selain dengan pengobatan terhadap stroke yang diderita
(operasi atau pengobatan konservatif), juga
menghindari faktor pencetus (misal rokok), juga dengan melakukan
rehabilitasi medik terhadap kelumpuhan/gangguan sensoris/gangguan
lainnya, supaya setidaknya dapat dicapai kondisi yang optimal, baik
fisik, mental, dan sosial.