Latest Updates
Showing posts with label BERITA MUALLAF. Show all posts
Showing posts with label BERITA MUALLAF. Show all posts

Thomas Abercrombie, Hidayah di Tanah Suci

Thomas Abercrombie, Hidayah di Tanah Suci
Siang itu bertepatan dengan hari Jumat. Di sebuah masjid di Kota Alma-Ata (Almaty), Kazakhstan, keramaian masih tampak, padahal waktu shalat Jumat telah berlalu.
Di salah satu sudut bangunan masjid, seorang pria paruh baya tampak duduk bersila dikelilingi oleh para jamaah.
Laki-laki itu sedang menceritakan pengalamannya saat menunaikan ibadah haji. Sesekali ia menunjukkan koleksi fotonya saat di Tanah Suci kepada jamaah yang mengerumuninya.
Jamaah yang mengelilinginya tampak terharu mendengar kisah perjalanan pria itu saat menunaikan rukun Islam kelima. Melihat foto-foto Ka’bah, Masjidil Haram, dan orang-orang yang tawaf, banyak dari jamaah masjid itu yang menitikan air matanya.
Mereka berharap mendapatkan berkah dari seorang haji agar memperoleh kesempatan yang sama untuk menjadi tamu Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Itulah sepenggal kisah yang dialami Thomas J Abercrombie saat berkunjung ke negara pecahan Uni Sovyet tersebut pada 1972. Tom, begitu pria itu akrab disapa, adalah seorang jurnalis foto majalah National Geographic.
Ia pernah menunaikan ibadah haji dan mempunyai koleksi beberapa foto tentang Makkah dan pelaksanaan ibadah haji. Seperempat juta Muslim mengelilingi Ka’bah untuk berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

“Efek buram pada foto orang-orang yang mengelilingi Ka’bah tepat di tengah menciptakan bayangan tentang gerakan kosmis,”
tulis Abercrombie dalam artikelnya “The Sword and the Sermon”, yang menceritakan mengenai kisah pengalaman pertamanya saat menunaikan ibadah haji.
Thomas J Abercrombie dilahirkan di Kota Stillwater, negara bagian Minnesota, Amerika Serikat pada 13 Agustus 1930. Ia tumbuh dan dibesarkan di tengah keluarga kelas menengah di Negeri Paman Sam. Keluarganya adalah pemeluk Kristen. Sebagian besar hidupnya ia habiskan di Minnesota.
Ketertarikan Tom terhadap dunia fotografi dimulai ketika menginjak remaja, yakni 15 tahun.
Saat itu, ia tengah menemani kakak laki-lakinya, Bruce, menyaksikan parade Hari Penebang di pusat kota Stillwater.
Di tengah keramaian parade, ia melihat seorang bocah laki-laki berdiri di tepi jalan sedang mengambar wajah para gadis yang tengah ikut berparade.
Menyaksikan pemandangan tersebut, keinginan untuk mengabadikan momen tersebut muncul dalam diri Tom. Ia kemudian meminjam kamera Leica milik sang kakak dan langsung memotret anak laki-laki tersebut.
Sejak saat itu, minatnya terhadap dunia fotografi mulai tampak. Selepas menamatkan pendidikannya di Macalester College, Saint Paul, Minnesota, Tom memulai karier profesionalnya di bidang fotografi sebagai fotografer harian lokal, The Fargo Forum.
Kemudian pada 1953, ia memutuskan untuk keluar dan bergabung dengan surat kabar The Milwaukee Journal. Karya-karya foto yang dibuat Tom saat bergabung di The Milwaukee Journal telah membuat editor foto surat kabar tersebut, Bob Gilka, terkesan.
Bahkan, salah satu fotonya yang memuat gambar seekor burung murai tengah memangsa seekor cacing tanah menarik perhatian editor sekaligus Pemimpin Redaksi Majalah National Geographic, Melville Bell Grosvenor.
Foto itulah yang membuka jalan bagi Tom untuk bisa bergabung dengan tim redaksi National Geographic pada 1956. Tak lama setelah diterima bekerja sebagai jurnalis foto di majalah National Geographic, Tom dikirim ke Lebanon.
Baginya, ini merupakan pengalaman pertamanya pergi ke luar negeri. Perjalanan ke Lebanon ini berlanjut ke kawasan Antartika hingga akhirnya ia tiba di wilayah Kutub Selatan.
Mengunjungi negeri Muslim Selama hampir 38 tahun berkarier sebagai jurnalis foto di National Geographic, Tom telah menulis 43 artikel. Keseluruhan artikel tersebut merupakan hasil liputannya ke sejumlah tempat di dunia, seperti Jepang, Kamboja, Tibet, Venezuela, Spanyol, Australia, Brasil, Alaska, Kutub Selatan, Lebanon, Mesir, dan Arab Saudi.
Namun, dari keseluruhan karyanya ini, 16 artikel di antaranya ia tulis ketika mengunjungi negeri-negeri Muslim dalam kurun waktu 1956 hingga 1994.
Senior Editor National Geographic, Don Belt, dalam tulisan obituarinya mengungkapkan, pada pertengahan 1960-an, Tom banyak menghabiskan waktu mengunjungi negara-negara di kawasan Timur Tengah.
Petualangannya di negeri-negeri Muslim ini telah membuatnya mahir bercakap-cakap dalam bahasa Arab. Selain bahasa Arab, Tom juga menguasai bahasa Jerman, Prancis, dan Spanyol.
Dengan kemampuan bahasa Arab yang dimilikinya, menurut Belt, Tom tidak mengalami kesulitan untuk berinteraksi dengan masyarakat setempat.
Saat bermukim di kawasan Timur Tengah, Tom mulai mengenal budaya dan ajaran Islam. Berawal dari sinilah, ia kemudian memiliki ketertarikan untuk mempelajari kitab suci umat Islam, Al-Quran.
Minat Tom untuk mempelajari Al-Quran pada akhirnya telah membawanya pada sebuah keputusan besar dalam hidupnya. Tom menyatakan niat dan keinginannya untuk menjadi seorang Muslim.
Kala itu ia tengah berada di Arab Saudi. Namun, tak banyak tulisan yang mengupas mengenai prosesi keislaman Tom. Setelah resmi masuk Islam, Tom menggunakan nama Omar sebagai nama Muslimnya.
Kedekatannya dengan lingkungan keluarga Kerajaan Arab Saudi kemudian membuka pintu rezeki bagi Tom untuk bisa memenuhi panggilan Allah Subhanahu Wa Ta’ala ke Tanah Suci. Atas undangan dari pihak Kerajaan Arab Saudi, pada musim haji tahun 1965, ia pun berkesempatan untuk menunaikan rukun Islam kelima tersebut.
Pengalaman pertamanya menunaikan ibadah haji ini kemudian dituliskannya dalam sebuah surat yang ditujukan kepada Pemred Melville Grosvenor.
Dalam surat tertanggal 17 April 1965 itu, Tom menulis, “Salam dan harapan terbaik dari Kota Suci umat Islam. Saya baru saja mendapat kehormatan untuk menjadi saksi, mengabadikannya dalam foto, dan ikut berpartisipasi dalam salah satu perjalanan spiritual paling mengharukan yang pernah dikenal umat manusia, yakni berziarah ke Kota Makkah dan Padang Arafah.”
Ini merupakan pengalaman pribadi yang tak terlupakan. Dan tanpa keraguan, itu merupakan klimaks dari seluruh perjalanan mengunjungi Arab Saudi.
Tak hanya melalui surat pribadi kepada atasannya, pengalaman berhaji tersebut juga kemudian Tom tuangkan dalam sebuah artikel dan foto yang diberi judul “The Sword and the Sermon”, dan dimuat dalam majalah National Geographic edisi Juli 1972.
Karyanya tersebut diharapkan Tom bisa menjadi jembatan hubungan antara dunia Islam dan Barat ke arah yang lebih baik.
Berkat karya jurnalistiknya tersebut, suami dari Marilyn yang juga merupakan fotografer di majalah National Geographic ini bisa sampai ke Kazakhstan. Ia mengunjungi sebuah masjid di Alma-Ata dan berkesempatan mengikuti shalat Jumat berjamaah di sana.
Saat berada di masjid di Kota Alma-Ata inilah, ia mengalami pengalaman yang tak akan pernah dilupakannya, selain pengalamannya berhaji.

“Saya memperkenalkan diri kepada syekh (imam masjid—Red), dan ketika kami tengah berbicara dalam bahasa Arab, tiba-tiba para jamaah sudah berkumpul di sekeliling tanpa kami sadari. Ketika saya menunjukkan kepada mereka gambar Kota Makkah dan Ka’bah, mereka nyaris menangis.”

“Banyak dari mereka yang kemudian menggosokkan tangan mereka ke pakaian yang saya kenakan dan kemudian mengusap wajah mereka,” papar Tom menceritakan pengalaman yang menurutnya penuh emosional, sebagaimana dikutip dari laman situs National Geographic.
Jurnalis Barat Pertama yang Meliput Ibadah Haji
Lebanon menjadi negara pertama di luar tanah kelahirannya, Amerika Serikat, yang Tom kunjungi.
Perjalanan ke Lebanon inilah yang kemudian membawanya hingga ke wilayah Kutub Selatan di Antartika dan menjadikannya sebagai jurnalis pertama yang berhasil mencapai wilayah tersebut.
Tom terdampar di Antartika selama tiga minggu dan harus bertahan hidup di tengah kondisi cuaca dengan suhu minus 50 derajat.
Selama mengunjungi banyak tempat dan negara dalam rangka tugasnya sebagai seorang jurnalis foto, berbagai pengalaman suka dan duka pernah Tom alami.
Ia pernah terserang tipus saat di Himalaya dan harus ikut mengamputasi jari kaki salah seorang rekannya yang mengalami kebekuan akibat cuaca yang ekstrem. Bahkan, beberapa kali nyawanya hampir terenggut.
Salah satunya adalah ketika Yak—sejenis sapi—yang ia tunggangi saat di Afghanistan jatuh ke dalam jurang sedalam seribu kaki. Begitu juga ketika di Venezuela, dia terjatuh dari atas kereta gantung yang dinaikinya dalam sebuah pendakian gunung.
Peristiwa tersebut bahkan meninggalkan bekas luka seumur hidupnya. Namun, dari kesemua itu, pengalaman menunaikan ibadah haji di tahun 1965, diakui ayah dari Marie dan Bruce Abercrombie ini merupakan pengalaman paling berkesan sepanjang kariernya sebagai seorang jurnalis foto.
Pengalaman berhaji ini pulalah yang menjadikan Tom sebagai jurnalis Barat pertama yang meliput pelaksanaan ibadah haji.
Setelah berkarier selama 38 tahun di National Geographic, Tom memutuskan untuk pensiun pada 1994. Kemudian, waktunya lebih banyak disibukkan untuk mengajar mata kuliah geografi di Universitas George Washington.
Sepanjang kariernya sebagai seorang jurnalis foto, Tom telah menulis sebanyak 43 artikel, 16 di antaranya ia tulis ketika mengunjungi negeri-negeri Muslim dalam kurun waktu 1956 hingga 1994.
Tom wafat pada 3 April 2006 di usia 75 tahun. Ia meninggal di Rumah Sakit Johns Hopkins, Baltimore, Maryland, AS akibat komplikasi pascaoperasi transplantasi jantung yang dijalaninya.


Artikel : hikayahhati.blogspot.com

Yusus Burke, Karena Bagi Saya Islam adalah Agama yang Logis

Setelah menyelesaikan kuliahnya di jurusan teknik, Yusuf Burke bekerja sebagai teknisi lapangan di General Electric, salah satu perusahaan internasional yang bergerak di sektor kelistrikan. Burke sering dikirim ke berbagai negara untuk mengurus pembangunan pusat pembangkit listrik sesuai bidang pekerjaannya. Tahun 1994, Burke ditugaskan ke Indonesia, negara mayoritas berpenduduk Muslim pertama yang ia kunjungi. Burke terkesan dengan keramahtamahan masyarakat Indonesia, dan di Indonesia-lah Burke tertarik mendalami agama Islam, hingga ia membulatkan tekad untuk bersyahadat pada tahun 1996.
Burke sebenarnya sudah punya bekal pengetahuan tentang Islam. Ketika masih kuliah, lelaki yang dibesarkan di New York dan berasal dari keluarga penganut Katolik ini, pernah belajar tentang beragam budaya, termasuk beragam agama. Dari situlah ia memahami sedikit dasar-dasar ajaran dalam Islam.
“Saya pikir, yang membawa saya pada Islam, karena Islam buat saya agama yang sangat logis. Sebagai insinyur teknik, saya menghargai hal-hal yang bersifat logis. Saya benar-benar merasakanya dari diskusi saya tentang Islam, dan pengalaman hidup di tengah komunitas Muslim. Saya merasakan persaudaraan di antara mereka dan hal itu membuat saya sangat terkesan,” ujar Burke.
Ketika bertugas di Australia dan Malaysia, Burke mengambil kursus agama Islam. Dari orang-orang yang berbeda dan dari cara mereka menyampaikan ajaran tentang Islam, Burke meyakini bahwa Islam adalah jalan yang benar.
Keputusan Burke menjadi seorang muslim, membuat semua keluarganya terkejut. “Tapi saya pikir mereka memahami keputusan saya. Mereka orang-orang yang berpikiran terbuka, dan saya kira mereka menghormarti semua orang, terutama mereka yang menganut agama monoteis,” papar Burke.
Meski demikian, Burke tetap merasa perlu memberikan penjelasan mengapa ia memilih Islam, dan ia berharap penjelasan itu sekaligus bisa menghapus pandangan yang salah tentang Islam di AS. Akhirnya keluarga Burke mendukung penuh keislamannya.
Sekarang, Burke aktif sebagai salah satu direktur di Council on American Islamic Relationsh (CAIR) salah satu organisasi advokasi muslim terbesar di AS.
Burke mengungkapkan, selain memberikan advokasi dan meluruskan pandangan yang salah tentang Islam di AS, CAIR membantu komunitas Muslim di AS untuk berintegrasi dan berbaur dengan berbagai lapisan masyarakat di AS.
“Banyak masyarakat AS yang tidak memahami bagaimana Islam memandang suatu persoalan dan bagaimana Muslim memberikan penilaian terhadap berbagai topik dan isu yang muncul di tengah masyarakat AS. Kami ingin membawa sentuhan Islam di Amerika. Jadi, masalah hak dan kebebasan sipil menjadi prioritas kami. Kami membantu setiap muslim yang mengalami perlakuan diskriminatif hanya karena mereka seorang muslim, baik di tempat kerja atau lembaga pemerintahan. Saat ini, ada beberapa kasus yang sedang kami tangani,” jelas Burke tentang CAIR.
Ia mengungkapkan, hukum AS yang menjamin kebebasan beragama dan menunaikan ibadah sesuai keyakinan masing-masing menjadi salah satu daya tarik tinggal di negara AS. Tapi kadang banyak orang yang belum memahami hukum itu, misalnya di tempat kerja, perusahaan harus mengakomodasi kebutuhan karyawannya yang muslim, mulai dari hak mengenakan jilbab, waktu salat dan tempat salat.
Jilbab masih sering menjadi persoalan di AS, terutama jika berkaitan dengan aturan pakaian seragam dengan beragam dalih, termasuk dalih keamanan kerja. “Mereka harus diberi pengertian bahwa jilbab merupakan mandat bagi kaum perempuan dalam Islam, dan jilbab sama sekali tidak membahayakan dan selayaknya diizinkan digunakan di tempat kerja,” tukas Burke.
Dalam beberapa kasus, tambah Burke, organisasinya berhasil memberikan edukasi dan pemahaman jilbab, dan kewajiban-kewajiban lainnya yang harus dijalankan seornag muslim. Tapi ada juga beberapa kasus yang terpaksa harus menempuh jalur hukum, meski jumlahnya tidak banyak.
Lebih lanjut Burke mengatakan, kasus-kasus yang terjadi kebanyakan karena ketidakpahaman banyak orang tentang Islam, sehingga mereka tidak mengetahui apa tanggung jawab yang harus mereka emban terhadap komunitas muslim seperti yang diamanahkan undang-undang yang berlaku di AS. Di sisi lain, Burke juga berusaha untuk memberikan pengertian pada komunitas Muslim agar mereka mau berbaur dan aktif dalam pemerintahan.
“Komunitas Muslim harus tahu siapa wakil-wakil mereka di pemerintahan, memahami berbagai isu yang berkembang di tengan masyarakat, dan memberikan hak suaranya dalam pemilu,” ujar Burke.
Meski komunitas Muslim menghadapi tantangan yang berat, dan menuntut mereka untuk berjuang ekstra keras, Yusuf Burke melihat masa depan yang cerah bagi komunitas Muslim di AS.
“Sepanjang kita tetap memegang teguh prinsip-prinsip yang kita yakini, dan menunjukkan diri sebagai seorang muslim yang baik, saya sungguh yakin, komunitas Muslim di AS memiliki masa depan yang cerah,” tandas Burke.


Artikel : hikayahhati.blogspot.com

Philippe Troussier 'Sang Dukun Putih' Itu Memeluk Islam

Philippe Troussier 'Sang Dukun Putih' Itu Memeluk Islam
Puluhan koran Maroko pada hari selasa (21 /03) memberitakan mantan pelatih tim Maroko, Philippe Troussier dan Isterinya Dominic Matteo resmi memeluk Islam

Setelah kedua pasangan itu mengucapkan kalimah syahadat, Troussier kemudian mengubah namanya menjadi Umar sedangkan isterinya Dominic menjadi Aminah.

Mohammed El Homrani, petinggi club sepak bola El Fathi Riyadi-Rabat yang juga merupakan salah satu sahabat karibnya mengatakan, bahwa Troussier pernah mengontaknya dan mengatakan bahwa ‘saya telah mengucapkan syahadat’. Hal tersebut terbukti dengan adanya dua saksi resmi dari Pengadilan Agama di rumahnya yang diminta Troussier untuk membimbing dalam belajar Laa Ilaaha Illallah Wa Anna Muhammadan Rasullah. Adapun syahadat yang dipelajari oleh dia adalah Asyhadu An Laa Ialaha illah Wa Asyhadu Anna Muhammadan Abduhu Rasullah.

El Homrani mengomentari bahwa kedua ucapan tersebut adalah bentuk syahadat yang benar dan memiliki arti dan tujuan sama.

Dengan masuk Islamnya Troussier dan Isteri bagi El Homrani merasa gembira dan berita itu baginya bukanlah sebuah suprise karena El Homrani tahu pasti bahwa selama ini Troussier memiliki keinginan yang untuk mempelajari kewajiban dan ajaran pokok agama Islam.

“Dan sayalah yang mengajari dia pengucapan dua kalimat syahadah sehinga dia hapal di luar kepala walaupun dia masih belum fasih dalam pengucapannya.”

El Homrani mengatakan bahwa perubahan nama pangilan dari Troussier ke Umar dan Dominic ke Aminah sangat disenangi kedua muallaf tersebut.

Sekarang. Umar Troussier sekarang tinggal di district Souissi salah satu district yang dihuni orang-orang kaya di Rabat-Maroko. Setelah ‘sang dukun putih’, begitu julukan terkenal bagi Troussier, dia juga mengadopsi dua anak yatim-piatu warga negara Maroko dan dia mulai melakukan kewajibannya sebagai seorang Muslim.

Troussier merupakan pemain sepak bola ternama di Maroko. Ia pernah menjalani operasi lutut kaki sebelah kiri dia menyempatkan untuk melihat latihan tim yunior kesebelasan Maroko di Rabat senin (20/03) dimana sebelumnya La Fédération Royale Marocaine de Football –FRMF (Persatuan Sepak Bola Maroko) membatalkan kontrak dengan Troussier karena alasan finansial.

Philippe Troussier sempat membawa Jepang menjadi juara Asia tahun 2000 dan berhasil mengantarkan Jepang melaju hingga ke putaran kedua Piala Dunia 2002 hingga Zico, mantan pemain terkemuka Brasil mengantikannya sebagai pelatih Timnas Jepang.

‘Dukun putih’ ini juga sukses melatih sekitar satu dekade beberapa tim-tim nasional antara lain Pantai Gading, Burkina Faso, Nigeria, Afrika Selatan dan Qatar.

Sebelum melatih tim Atlas Lion Maroko, Troussier banyak mendapat tawaran, antara lain dari Cina, Aljazair dan dari negaranya Prancis untuk menggantikan Roger Lemerre.

Namun, dia lebih tertarik bekerja di Maroko, terutama karena dia memiliki rumah musim panas di Casablanca. Pilihan Umar tinggal di Maroko bersama Aminah rasanya tidak salah karena di negara Ibnu Batutah-lah dia menemukan petunjuk Allah yang dia idamkan bertahun-tahun lamanya. (Arief Rahman A Muchtar, Maroko/hidayatullah.com)

Artikel : hikayahhati.blogspot.com

Jilbab Sandrina Malakiano

Jilbab Sandrina Malakiano

KE mana sih Sandrina Malakiano? Presenter Metro TV ini tak lagi terlihat membacakan berita sejak kepulangannya dari Tanah Suci, akhir Desember tahun lalu. Rupanya, sejak kepulangannya itu, wanita kelahiran Bangkok, Thailand, pada 1971, ini membuat keputusan penting. Sandrina memutuskan untuk mempertahankan jilbabnya. ( baca kesaksiannya : Sandrina Malakiano : Islam, Kebenaran Yang Dicari )

"Ketika kembali ke Tanah Air, berat rasanya membuka jilbab. Karena itu, saya memutuskan untuk tidak membukanya lagi," kata Sandrina kepada wartawan Gatra Asmayani Kusrini. Keputusan memakai jilbab ini, menurut Sandrina, adalah hasil proses kontemplasinya di hadapan Allah SWT dan diri sendiri.

Tapi proses spiritual itu membuat Sandrina harus menghadapi pilihan sulit.

"Saya sadar sepenuhnya bahwa setiap keputusan pasti ada konsekuensinya," kata runner-up presenter berita terbaik versi Asian Television Award 2002 ini. Meski tidak ada aturan tertulis, presenter TV berjilbab masih belum bisa muncul di stasiun televisi tempat Sandrina bekerja.

Alhasil, Sandrina terpaksa menjauh dari depan kamera. Hingga kini, ia memang masih menjadi bagian dari Metro TV, tapi sulit baginya menerima kenyataan tidak lagi tampil menyampaikan berita. Karena itu, untuk membiasakan diri menjauh dari kamera, Sandrina memilih pulang ke Bali dan cuti di luar tanggungan setidaknya hingga akhir Maret. "Saya masih harus membiasakan diri bekerja di belakang kamera," katanya.

Gatra Nomor 16 Beredar Senin, 27 Februari 2006




Eep Lamar Sandrina di Depan Makam Rasulullah

Jakarta, 10 Mei 2005 : Eep Saefulloh Fatah telah menikahi Sandrina Malakiano di Mekkah, Arab Saudi. Pengamat politik itu melamar presenter televisi swasta itu di depan makam Rasulullah di Masjid Nabawi, Madinah.

"Saya orang yang beragama. Dengan kelemahan dan cacat saya, kalau saya melakukan sesuatu di depan makam Rasulullah, saya tahu persis, saya tidak bisa main-main. Dan pada pukul 06.15 (pagi waktu setempat, Red) itulah saya melamar Sandrina untuk menjadi istri saya," ujar Eep, didampingi Sandrina, kepada wartawan, Senin di Jakarta. Eep sengaja menggelar konferensi pers untuk menjelaskan ikhwal pernikahannya dengan presenter Metro TV itu.

Bagaimana reaksi Sandrina menyaksikan lamaran yang tak disangkanya itu? Menurut Eep, Sandrina tampak tercekat, karena tidak menyangka ia akan melamarnya, sekitar 100 meter di depan makam Rasulullah. Sandrina sendiri, yang pada kesempatan itu belum memberikan pernyataan, tampak memandang suaminya dengan pandangan mata berbinar-binar.


Ingin bertaubat

Eep kemudian mengisahkan, pada awalnya dirinya dan Sandrina tidak meniatkan secara khusus untuk melangsungkan pernikahan di Tanah Suci, melainkan hanya melaksanakan ibadah umroh. Meski ia mengakui, mereka sempat membicarakan kemungkinan menikah. "Tapi tidak pernah diniatkan secara rinci, sampai ke tingkat teknis, bahwa kami harus menikah tanggal sekian di tempat tertentu," ujarnya, seraya menambahkan, bahwa dirinya sempat menyiapkan mukena dan cincin untuk mas kawin.

Menurutnya, salah satu target mereka berumrah adalah bertaubat. Karena itu, sejak tanggal 1 Mei 2005 tiba di Tanah Suci, mereka menghabiskan waktu dua hari di Madinah dengan memperbanyak waktu untuk beribadah di Masjid Nabawi.

"Selama saya menjalankan ibadah di Madinah, keinginan untuk melamar Sandrina semakin menguat. Terutama ketika setelah satu malam, kami menghabiskan waktu di Madinah," kata kolumnis di media massa itu. Hingga akhirnya terjadilah peristiwa lamaran di tengah udara cerah, langit biru, dan sekawanan burung berjumlah sangat banyak, terbang beriringan dari arah Masjid Nabawi menuju Makam Baqi -- tempat keluarga Nabi Muhammad SAW dimakamkan.


Bukan oleh Aa Gym

Dalam kesempatan itu, Eep juga bermaksud meluruskan pemberitaan media yang menyebutkan bahwa mereka dinikahkan oleh pimpinan Pesantren Daarut Tauhid Bandung, Aa Gym.

"Kami kebetulan baru saja pulang menjalankan ibadah umroh, bersama DT dipimpin oleh Aa Gym. Yang dalam pemberitaan disalah tafsirkan dalam kekeliruan yang sangat fatal, telah menikahkan kami, itu tidak benar! Bukan Aa Gym yang menikahkan kami," tegas Eep, yang berangkat umrah bersama rombongan Aa Gym itu.

Menurut Eep, yang menikahkan adalah juru nikah dari Konjen RI di Jeddah bernama H Ja'far Nasruddin. Sedangkan Aa Gym bertindak sebagai saksi nikah.

Eep menambahkan, mereka menikah pada pukul 21.15 waktu setempat (Sabtu, 01.15 WIB) di Masjidil Haram. Ia sempat melamar Sandrina untuk kedua kalinya, 100 meter di depan hajar aswad Masjidil Haram, Mekkah.

Setibanya di Bandara Soekarno Hatta, Senin siang (9/5), Eep dan Sandrina langsung menggelar konferensi pers di Hotel Nikko Jakarta, tanpa sempat pulang dulu ke rumah mereka. [EL, TMA/GATRA]



Artikel : hikayahhati.blogspot.com

Arelis, a Long Island Girl

Arelis, a Long Island Girl
KDNY (Kabar Dari New York):
M. Syamsi Ali : Imam Masjid Islamic Cultural Center of New York
Arelis lahir dari seorang Katolik keturunan Puerto Rico. Ayahnya Yahudi asal Polandia. Selama Ramadan, Arelis melakukan puasa sepenuhnya. Kini dia merupakan Muslimah yang taat

Dua bulan lalu, gadis murah senyum itu bergabung dengan the Islamic Forum for non/new Muslims di Islamic Cultural Center, New York. Datang sendiri tanpa ditemani oleh seorang Muslim, seperti lazimnya non Muslim yang datang pertama kali ke Forum tersebut. Rupanya Arelis telah kenal dengan beberapa peserta aktif Forum tersebut, khususnya Sr. Shinoa, yang telah memeluk Islam sekitar 4 tahun lalu. Shinoalah yang kemudian mengajaknya untuk ikut dalam diskusi yang dikoordinir oleh Islamic Center of New York itu.

Arelis memang cukup unik. Ibunya seorang Katolik keturunan Puerto Rico, sementara ayahnya adalah seorang Yahudi asal Polandia. Namun menurutnya, ayahnya tidak lagi mengaku Yahudi, dan malah sering mengikuti ibunya ke gereja. Rupanya keimanan katolik ibinya yang Hispanic itu lebih mendalam ketimbang keyahudian ayahnya.

"Saya sejak kecil diajar oleh ibu untuk taat beragama. Tapi keimanan saya terhadap ajaran Katolik semakin menipis seiring kedewasaan saya dalam berfikir, " aku Arelis dalam sebuah diskusi. Bahkan menurutnya, uatu ketika dia lebih tertarik untuk mempraktekkan ajaran Budhisme, dengan praktek-praktek meditasi sambiul latihan Yoga.

Maklum memang, agama Budha memang tumbuh pesat di Amerika seiring semakin populernya Dalai Lama. Arelis, sebagai anak yang tumbuh dalam keluarga yang cukup mapan, juga mengikuti banyak kegiatan-kegiatan yang trendi di kalangan celebritis.

Hampir sebulan lamanya Arelis bergabung dengan Islamic Forum. Hampir tidak pernah terlintas pertanyaan, apalagi yang kritis dari gadis ini.

Hingga akhir September lalu, the Islamic Circle of North America (ICNA) New York menggelar "Annual Conference on the Holy Qur'an" di York College of New York. Diam-diam rupanya Arelis datang mengikuti acara tersebut. Acara perhelatan akbar itu, rupanya telah mengantarkan Arelis menjadi Muslimah yang sejati.

"Saya bangga karena ALLAH menggaet saya ke dalam Islam dibimbing oleh seorang mantan Pendeta juga.” Pendeta itu tidak lain adalah Sheikh Yusuf Estes, mantan Pendeta di Texas yang saat ini menjadi da'i terkenal di Amerika Serikat. Kebetulan beliau adalah salah seorang pembicara dalam Konferensi ICNA itu.

Alhamdulillah, saya juga terkejut ketika surat kabar mingguan Muslims Weekly menyebutkan kalau dalam konferensi itu ada gadis muda dari Long Island memeluk Islam.

Apalagi setelah melihat salah satu foto di sudut surat kabar tersebut, perpajang dengan jelas wajah Arelis. Saya bersyukur bahwa salah seorang binaan saya selama ini kembali ditunjuki oleh Yang Maha Rahman.

Selama Ramadan Arelis melakukan puasa sepenuhnya. Malah seringkali dibangunkan oleh ibunya untuk makan sahur sambil diketawain karena makan sambil mengantuk. "Saya sering terlambat sampai di rumah setelah shalat tarawih, sehingga biasanya terlupa bangun. Untung ibu saya biasanya membangunkan, tapi kemudian mengetawai saya karena melihat saya makan sambil terantuk-antuk" kata Arelis di saat dilakukan Halal bihalal di rumah saya seminggu setelah lebaran.

Kini Arelis yang bekerja pada sebuah perusahaan accountant itu telah menjalani Islam secara baik dan serius. Malah setiap berangkat bekerja kerudungnya selalu terpasang rapi lengkap dengan pakaian Muslimah. "Doakan semoga saya tetap istiqamah, " pintanya.

Sabtu lalu Arelis datang ke Islamic Center dengan berkeringat, karena rupanya khawatir ketinggalan kelas sehingga dia perlu berlari-lari dari stasiun kereta bawah tanah (subway).

Semoga Allah menguatkan dan memudahkan jalanmu, Arelis. Semoga engkau hadir sebagai "sinar" di tengah-tengah masyarakat Amerika.

Peace and Blessing!


*) Penulis adalah Imam Masjid Islamic Cultural Center of New York. Tulisan ini dimuat di wwww.hidayatullah.com dalam rubrik KDNY (Kabar Dari New York)


Artikel : hikayahhati.blogspot.com

ISLAM AKAN MENDOMINASI DUNIA


Allah SWT., berfirman dalam Al Qur'an :
Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar (Islam) untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai. (QS At Taubah 9 : 33)

Rasulullah SAW., bersabda:
Sungguh Allah telah menujukkan padaku belahan timur dan barat dari bumi, dan aku melihat kekuasaan ummatku mendominasi semua itu telah aku lihat." (Shahih Muslim no. 2886)
Sebagaimana yang telah Allah SWT., katakan, agama ini (Islam) adalah satu-satunya agama yang benar; dan alasan mengapa Dia menurunkan kepada Dien ini adalah, "...dengan maksud untuk mendominasi atas semua agama." Demikian, Allah SWT., tidak pernah mengirimkan kepada kita Dien hanya sekedar agama ritual belaka. Dien ini telah diturunkan kepada kita oleh Allah SWT., dengan tujuannya untuk diterapkan pada setiap sendi-sendi kehidupan dengan Syariah.
Seseorang yang tidak menyukai Islam untuk mendominasi dunia adalah kafir, musyrik, sebagaimana Allah SWT., berfirman, "...walaupun orang-orang musyrik tidak menyukainya." Konsekuensinya, banyak kaum "muslimin" yang tidak suka pada Syariah untuk diimplementasikan (diluar dari rasa takut dicap sebagai "ekstrimis" contohnya) yang melakukan peniadaan Iman, dan kemudian, meninggalkan ikatan Islam karena membenci apa yang Allah SWT., telah turunkan.
Mengapa orang-orang kafir dan munafiq membenci Islam untuk diimplementasikan? Sederhana saja, karena mereka tidak berharap kerusakan mereka, kejahatan, kriminal, penipuan, operasi mereka, kebohongan mereka, tiran, "kebebasan" dan tipu muslihat mereka berakhir dan keadilan (Islam) akan menang.
Namun, kemenangan Islam yang telah dijanjikan oleh Allah SWT., tidak perlu berarti bahwa setiap orang di dunia akan menjadi Muslim. Ketika kita katakan Islam akan mendominasi dunia kita mengartikannya sebagai sistem politik, ketika Rasulullah SAW., mengatakan bahwa kekuasaan di bumi akan dimiliki oleh kaum Muslimin, orang-orang beriman akan menjadi kuat dan syariah Islam akan diimplementasikan di setiap sudut kehidupan di muka bumi ini.
Jadi bagaimana Islam akan mendominasi dunia ketika banyak orang-orang tidak menerimanya?
Tentu saja, mayoritas orang-orang di muka bumi akan selalu membenci Islam dan tidak ada pilhan untuk hidup dengan syariah. Allah SWT., berfirman :
Dan sebahagian besar manusia tidak akan beriman - walaupun kamu sangat menginginkannya-. (QS Yusuf 12 : 103)
Selanjutnya ada tiga cara utama dalam sebuah wilayah atau negara bisa menjadi Daarul  Islam (Negara Islam):
1. Mayoritas masyarakat memeluk Islam dan mengimplementasikan syariah atas persetujuan mereka.
2. Sebuah jamaah muncul, merobohkan pemerintahan dan mengimplementasikan syariah dengan kekuatan (atau perebutan kekuasan).
3. Daerah Islam yang telah menyelesaikan jihad sebagai politik luar negeri sebuah negara.
Jika kaum Muslimin tidak bisa untuk memenuhi kewajiban mereka dan mengajak orang-orang untuk memeluk Islam dan mengimplementasikan syariah, maka menjadi kewajiban atas mereka untuk ber-hijrah dan bersatu (membangun komonitas mereka dan melaksanakan syariah atas diri mereka sendiri) dan kemudian muncul melawan pemerintahan dengan kekuatan pada saatnya, dengan tanpa melihat apakah mereka mayoritas atau minoritas.
Allah SWT., berfirman:
Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu... (QS Al Maidah 5 : 49)
Ayat ini dengan jelas menerangkan kewajiban untuk menerapkan syari'ah, tetapi seperti halnya ini, Allah SWT., berfirman: "...janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka," yang berarti berhukumlah dengan syari'ah walaupun mereka (orang-orang) menyukai hukum yang lain (selain syariat). Ayat ini dengan jelas dan memberikan bukti bahwa Syari'ah harus diimplementasikan dengan kekuatan walaupun orang-orang tidak menginginkannya. Lebih lanjut Allah SWT., juga berfirman:
Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim. (QS Al Baqarah 2 : 193)
Salah satu bentuk yang orang-orang kafir dan syirik banyak lakukan saat ini adalah mengimplementasikan hukum buatan manusia; selanjutnya, hukum buatan manusia adalah salah satu bentuk ke-syirik-an, satu-satunya cara untuk menghilangkannya dari muka bumi ini adalah dengan berdakwah dan ber-jihad (berperang).
Faktanya, itu adalah sebuah kewajiban bagi kita untuk berperang melawan fitnah (kufur dan syirik seperti hukum buatan manusia) sampai itu terhenti. Islam selalu tersebar dengan dakwah dan pedang, dan itu akan terus berlangsung untuk melakukan yang demikian itu.
Sayangnya, banyak orang saat ini yang tidak mengerti makna dari dalil-dalil Al Qur'an " laa ikrahaa fid-dien - tidak ada paksaan dalam dien..." (QS Al Baqarah 256). Ayat ini dengan salah diinterpretasikan yang berarti bahwa kita tidak bisa memaksa Islam kepada seseorang. Namun jika kita merujuk kepada pemahaman para Shahabat, maka kita bisa dengan jelas memahami bahwa ini tidak ada hubungannya sama sekali.
"Tidak ada paksaan dalam dien" berarti orang-orang seharusnya tidak menggunakan kekerasan untuk mengajak masuk ke dalam Islam, yaitu memeluk Islam. Tetapi ini tidak berati bahwa kita tidak bisa memaksakan Islam sebagai sebuah hukum dan mengatur orang-orang.
Rasulullah SAW., bersabda:
" Aku telah memerintahkan kepada kalian untuk memerangi semua orang sampai mereka mengatakan, " Laa ilaaha illallah wa anna Muhammadar Rasulullah - tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad (SAW.,) adalah utusan Allah." Jika mereka mengatakannya, darahnya dan hartanya akan selamat dari kita, kecuali dengan kebenaran Islam (syari'ah); dan tanggung jawab mereka terserah atau berada  dengan Allah." (Musnad Imam Ahmad)
Selanjutnya, Rasululullah SAW., dan orang-orang yang beriman telah diperintahkan untuk memerangi orang-orang sampai mereka masuk memeluk Islam atau hidup dengan Islam (dan tetap sebagai kafir). Jika mereka menjadi Muslim darah mereka dan harta mereka akan menjadi suci, tetapi mereka akan tetap tidak aman "dari kebenaran Islam," berarti bahwa mereka harus tetap hidup diatur dengan syari'ah (sebagai hukum dan perintah).
Tetapi jika mereka masih tetap kafir, mereka setidaknya akan hidup dengan hukum Islam; salah satu cara, orang-orang yang mempunyai pilihan dari agama manapun yang mereka mau ikuti, tetapi mereka tidak mempunyai pilihan untuk tidak hidup di bawah aturan syariat Islam.
Dalam sebuah riwayat yang shahih, Rasulullah SAW., telah memerintahkan para sahabatnya untuk mengajak kaum non muslim untuk masuk ke dalam Islam. Jika mereka menolak untuk masuk ke dalam Islam dan tetap dalam keyakinan mereka, maka diperbolehkan asalkan mereka menerima syariat Islam sebagai sebuah sistem pemerintahan. Jika mereka tetap menolak, maka mereka akan diperangi hingga  dien Allah ini (Islam) manjadi dominan dan di implementasikan:
Rasulullah SAW., bersabda:
 "Perangilah dengan nama Allah dan di jalan Allah, memerangi mereka yang tidak beriman kepada Allah. Membuat sebuah perang suci, jangan menggelapkan harta rampasan; jangan pecahkan ikrarmu; jangan merusak (yang gugur) tubuhnya; jangan membunuh anak-anak. Ketika kamu bertemu dengan musuh-musuhmu yang musyrik, ajaklah mereka pada tiga pilihan. Jika mereka merespon masing-masing dari itu, kamu juga menerimanya dan menahan dirimu untuk melakukan kejahatan. Mengajak mereka untuk (menerima) Islam; jika mereka merespon kepadamu, menerima itu dari mereka dan berhenti untuk memerangi mereka. Kemudian ajak mereka untuk hijrah dari tanah mereka ke tanah muhajirun dan beritahu mereka bahwa, jika mereka melakukan itu, mereka akan mendapatkan hak-haknya dan kewajiban atas muhajirun. Jika mereka menolak untuk hijrah katakan kepada mereka akan berstatus sebagai Badui Muslim, tetapi mereka tidak akan mendapatkan bagian dari harta rampasan perang atau fa'i kecuali ketika mereka benar-benar berperang dengan kaum Muslimin (malawan orang-orang kafir). Jika mereka menolak untuk menerima Islam, diwajibkan atas mereka jizyah. Jika mereka menolaknya mintalah pertolongan Allah dan perangilah mereka..." (Muslim no 1731)
Jika mereka menolak untuk menerima Islam, diwajibkan atas mereka jizyah. Jika mereka setuju untuk membayar, menerimanya, maka cegahlah tanganmu (dari memerangi). Jika mereka menolak untuk membayar jizyah, carilah pertolongan dari Allah dan perangilah mereka.
Jizyah adalah bayaran kecil atau pajak yang dikenakan kepada setiap non muslim yang tunduk kepada syariat Islam dan dibayarkan kepada Khalifah (pemimpin kaum Muslimin). Jizyah dibayarkan sebagai balasan bagi non Muslim karena akan hidup di bawah sebuah perjanjian, selanjutnya menjadi terlarang bagi kaum Muslimin untuk melanggar kesucian mereka.
Ini adalah perintah dari Rasulullah SAW., dan sangatlah jelas; jika mereka menolak untuk masuk Islam, maka kewajiban atas mereka adalah membayar jizyah yaitu mengimplementasikan syari'ah atas mereka. Jika mereka atau non muslim ini menolak masuk ke dalam Islam dan juga menolak untuk hidup di bawah sistem Islam, maka "carilah pertolangan Allah dan perangilah mereka."

Kesimpulan

Jadi bagaimana Islam akan mendominasi dunia? Hampir bisa dipastikan dengan kekuatan! Di negeri-negeri seperti Inggris dan Amerika orang-orang dengan tegas menolak untuk masuk ke dalam Islam dan dapat dipastikan bahwa mereka memilih tidak hidup dengan syari'ah. Selanjutnya, hampir bisa dipastikan negara-negara ini bisa menjadi di bawah kekuasaan Islam adalah dengan atau apabila Negara Islam menaklukan mereka setelah menerapkannya di tempat lain (seperti Timur Tengah dan Asia). Namun, hal ini tidak berati bahwa kita harus berhenti mengajak (berdakwah) kepada mereka untuk masuk Islam.
Rasulullah SAW., bersabda:
"Masalah ini (Islam) akan tetap menyebar sejauh malan dan siang menjangkau, sampai Allah tidak akan meninggalkan satu rumahpun terbuat dari lumpur dan rambut, tetapi akan membuat agama ini memasukinya, selagi membawa kekuatan kepada seseotang yang kuat (seorang Muslim) dan kehinaan bagi seseorang yang tidak setuju (menolak Islam); kekuatan dengan yang Allah tinggikan kepada Islam (dan orang-orangnya), dan aib bagi yang Allah hinakan kepada orang-orang kafir." (Musnad Imam Ahmad)
عصبة المسلمين يفتتحون البيت الأبيض
"Sebuah bagian kecil dari kaum Muslimin akan muncul dan (akan) menaklukkan rumah putih." (Musnad Imam Ahmad)
Banyak orang yang mengejek konsep Islam akan memdominasi dunia, dan hal itu termasuk salah satu dari karekteritik munafiqin dan hal tersebut sudah termasuk melakukan satu peniadaan Islam ; tidak mempercayai perkataan Allah SWT., dan RasulNya SAW.,
Wallahu'alam bis showab!

source: hikayahhati.blogspot.com