Latest Updates

Enyahkan Minta-Minta, Agar Tak Terhina

Hakekat kaya adalah yang mampu memberi, bukan mereka yang gemar menumpuk harta. Itulah karakter orang kaya
http://hikayahhati.blogspot.com/2010/07/enyahkan-minta-minta-agar-tak-terhina.html

DI Madura ada sebuah desa yang penduduknya bekerja sebagai peminta-minta. Yang cukup mengagetkan, rumah-rumah mereka sangat mewah dan berkelas.

Fenomena mental peminta-minta, juga berkembang ke berbagai aspek. Di zaman sekarang, kadar dan jenisnya sudah mulai ada modifikasi dan perubahan.

Tidak terlalu sulit bagi kita untuk menjelaskan kondisi yang terjadi di lapangan. Banyak pemandangan, bagaimana masyarakat berduyun-duyun dan dan saling berebut untuk memperoleh bagian masing-masing, walaupun harus saling adu sikut. Bahkan,  terkadang nyawa pun dijadikan taruhannya hanya untuk sebuah kupon.

Peristiwa yang menewaskan beberapa warga yang berdesak-desakan untuk mendapatkan uang sedekah salah satu dermawan di Jawa Timur, pada bulan puasa beberapa tahun lalu, adalah bukti nyata akan hal ini. Untuk memperoleh uang kurang lebih Rp. 30.000, mereka rela berdesak-desakkan, yang pada akhirnya nyawa pun hilang tak terelakkan.

Di akui atau tidak, budaya meminta-minta memang tengah menjangkiti sebagian dari kita. Predikat sebagai warga miskin sepertinya suatu kebanggaan yang diperebutkan, karena akan mendapat bantuan. Tidak sedikit orang akan mencak-mencak ketika dirinya tidak terdaftar sebagai gakin sebagai syarat untuk mendapatkan BLT, atau lain sebagainya.

Maka tidak mengherankan, ketika kita bepergian, terdapat di sana-sini pengamen, pengemis berseliweran. Belum selesai yang satu, sudah antri yang lain. Bahkan, di salah satu daerah di bumi pertiwi ini, terdapat satu desa yang menjadikan mengemis ataupun mengamen sebagai profesi hidup. Padahal, kalau kita perhatikan fisik dan anggota tubuh  mereka, terlihat masih kekar dan sehat, yang bisa dimanfaatkan untuk mengais rezeki dengan cara yang jauh lebih mulia, daripada meminta-minta. Dan yang membuat hati lebih sesak lagi, tidak semua mereka dalam keadaan futur sehingga mereka harus meminta-minta. Hal ini belum termasuk tingkah laku para pejabat yang tak jarang juga ’berteriak-teriak’ untuk menuntut kenaikkan gaji, perlengkapan fasilitas, dan seterusnya.

Potret buram kondisi sosial ini, tentu sangat memprihatinkan. Sebab, bagaimana mungkin, Indonesia yang termasyur dengan negeri yang syarat akan kesuburan tanahnya, penduduknya yang mayoritas muslim, justru ’bangga’ dengan menggantungkan hidup pada orang lain. Dan tentu saja, gaya hidup macam ini sangat bertentangan dengan ajaran yang telah disampaikan oleh Rasulullah. Islam mengajarkan konsep memberi, bukan meminta. ”Tangan di atas itu lebih baik daripada tangan di bawah,” demikianlah sabda Rasulullah, yang artinya kita diperintahkan untuk membumikan konsep memberi, bukan meminta-minta.

Ancaman Allah

Dalam hal penciptaan makhluk, Allah telah menjadikan mereka dengan berpasang-pasangan. Ada malam dan siang, pria dan wanita, jantan dan betina, dan begitu seterusnya, termasuk adanya si kaya dan si miskin. Terhadap mereka yang benar-benar terpuruk masalah ekonomi yang memaksa mereka harus meminta-minta, maka Islam memberi lampu hijau bagi mereka, dengan catatan tidak menjadikannya sebagai profesi hidup.

Diriwayatkan dari Sahabat Qabishah bin Mukhariq al-Hilali Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Wahai Qabiishah! Sesungguhnya meminta-minta itu tidak halal, kecuali bagi salah satu dari tiga orang: (1) seseorang yang menanggung hutang orang lain, ia boleh meminta-minta sampai ia melunasinya, kemudian berhenti, (2) seseorang yang ditimpa musibah yang menghabiskan hartanya, ia boleh meminta-minta sampai ia mendapatkan sandaran hidup, dan (3) seseorang yang ditimpa kesengsaraan hidup sehingga ada tiga orang yang berakal dari kaumnya mengatakan, ‘Si fulan telah ditimpa kesengsaraan hidup,’ ia boleh meminta-minta sampai mendapatkan sandaran hidup. Meminta-minta selain untuk ketiga hal itu, wahai Qabishah! Adalah haram, dan orang yang memakannya adalah memakan yang haram.”

Jelas sudah bahwa pada dasarnya hukum meminta-minta tanpa landasan udzur yang telah dijelaskan di atas, merupakan perbuatan yang dilarang. Meskipun demikian, jangan sampai, karena alasan kita masuk dalam salah satu dari ketiga kategori tersebut, dengan seenaknya kita jadikan sebagai hujjah untuk melegalkan meminta-minta sebagai profesi hidup. Ingat, bagaimanapun alasannya, hakekat meminta-minta adalah perilaku yang akan mencederai kehormatan diri. Sabda Rasulullah yang diriwayatkan dari Samurah bin Jundub Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Minta-minta itu merupakan cakaran, yang seseorang mencakar wajahnya dengannya, kecuali jika seseorang meminta kepada penguasa, atau atas suatu hal atau perkara yang sangat perlu.” (HR. Tirmidzi)

Selanjutnya, terhadap mereka yang menjadikan meminta-minta sebagai wasilah untuk memperkaya diri, bukan karena kebutuhan yang mendesak, maka Allah telah mengingatkan dengan peringatan yang tegas, melalui perantara lisan Rasulnya, “Siapa saja di antara kalian senantiasa meminta-minta, nanti ia akan datang pada hari Kiamat dalam keadaan tidak ada sekerat daging pun di wajahnya.” (H.R. Bukhari, Muslim)

Dalam sabdanya yang lain yang diriwayatkan dari Hubsyi bin Junaadah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa meminta-minta kepada orang lain tanpa adanya kebutuhan, maka seolah-olah ia memakan bara api; sehingga terserah padanya apakah cukup dengan sedikit saja atau akan memperbanyaknya.” (HR. Muslim).

Berusaha dan Berkarakter Kaya


Dalam sebuah hadits yang diriwatkan oleh Abdullah bin Zubair dijelaskan  bahwa mencari kayu di hutan, kemudian menjualnya untuk memenuhi kebutuhan hidup, itu merupakan perkara yang jauh lebih mulia daripada harus meminta-minta. Hadits tersebut mengajarkan agar kita tidak mudah untuk menggantungkan hidup kepada orang lain. Tapi sejatinya, pola macam ini belumlah cukup untuk mencegah diri dari meminta-minta, dan itu bisa kita saksikan di tengah-tengah masyarakat kita saat ini, sebagaimana yang telah penulis jelaskan di atas.

Memiliki karakter orang kaya, juga merupakan suatu yang sangat penting dalam menanggulangi kasus ini. Orang kaya dalam kontek ini, bukanlah mereka yang memiliki segudang emas dua puluh empat karat. Sekalipun mereka memiliki itu semua, tetapi ketika kekikiran menyelimuti diri, dahaga akan harta semakin membahana, maka sesungguhnya mereka adalah orang-orang miskin. Hakikat orang kaya adalah orang yang mampu memberi, bukan mereka yang gemar menumpuk dan menumpuk harta, ”Tidak disebut kaya karena banyak hartanya, tetapi yang disebut kaya (yang sebenarnya) adalah kekayaan jiwa.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Karakter macam inilah yang dibangun oleh Rasulullah kepada para sahabatnya, sehingga tidak mudah bagi mereka untuk menengadahkan tangan, meminta-meminta bantuan orang lain, sekalipun mereka dalam kesusahan. Abdurrahman bin Auf adalah salah satu contohnya. Memang, beliau adalah termasuk salah satu sahabat yang kaya raya. Namun perlu diperhatikan, ketika beliau berhijrah ke Madinah, kekayaan yang dimilikinya ditinggal di Mekkah. Setibanya beliau di Madinah, kemudian Rasulullah mempersaudarakannya dengan salah satu sahabat Anshor, Sa’ad bin Ar-Rabi’. Ketika itulah terlihat betapa Abdurrahman termasuk tipe orang yang tidak ingin merepotkan orang lain dengan cara menerima segala apa yang ditawarkan kepadanya.

Saat itu, sahabat Anshor tersebut memberinya tawaran agar ia (Abdurrahman) sudi menerima sebagian harta yang ia miliki, termasuk salah satu istrinya, apabila Abdurrahman berkenan. Namun apa yang dilakukan oleh sahabat mulia ini, beliau menolak dengan halus, dan meminta agar ditunjukkan pasar. Dengan kemahirannya dalam berniaga, akhirnya beliau mampu memperoleh apa yang pernah ia rasakan sebelum berhijrah, yaitu harta yang berlimpah ruah. Perilaku yang tidak jauh berbeda, juga ditunjukkan oleh para sahabat muhajirin lainnya, ketika memperoleh tawaran bantuan dari saudara-saudara mereka, sahabat-sahabat Anshar.

Karenanya, menanamkan konsep bahwa ”tangan di atas itu lebih baik daripada tangan di bawah”, setelah memiliki jiwa wirausaha, merupakan sesuatu yang sangat urgen dalam meninggalkan kebiasaan meminta-minta. Wallahu ’Alam Bis-Shawab


Bingung, Sedih, Lepas Kendali, dan Hilang Semangat

Bingung, Sedih, Lepas Kendali, dan Hilang Semangat
Assalamu'alaikum wr. wb.,
Pak Ustadz ana seorang mahasiswa fisika, sebelum ana jadi mahasiswa ana telah berkomitmen untuk menjadi ilmuwan fisika Islami, itu dikarenakan untuk membanggakan (almarhum) ayah ana yang berharap suatu hari ana bisa jadi orang sukses.
Namun, semenjak ayah meninggal 6 tahun yang lalu keadaan berubah total seakan-akan rumah kami jadi suram, terutama bagi ana, pikiran ana dan hati ini jadi kacau balau, ana tak bisa fokus kuliah akibatnya nilai prestasi ana jadi hancur, belum lagi ibu ana yang sekarang jadi orang tua tunggal harus mengurusi saudara-saudara yang lain terlebih lagi beliau suka mengeluh akibat rematik dan kelainan cairan yang terdapat di lutut beliau yang menyakitkan sekali. Ana tidak tega melihat keadaan ibu seperti itu, namun apa mau dikata ana belum bisa berbuat banyak untuk meringankan beban orang tua.
Setiap malam pun ana selalu memikirkan bagaimana masa depan ana dan keluarga, masa depan akademik ana yang berliku-liku dan langkah-langkah apa yang harus ana lakukan untuk mengatasi permasalahan ini, ana jadi bingung, sedih, dan hilang semangat
Mohon bimbingan dan nasehat dari Ustadz.
Wassalamu'alaikum wr. wb.
ibnu Khair

Jawaban

Wa’alaikum salam wr. wb.
Saudara Ibnu Khair yang disayangi Allah SWT, hidup ini adalah ujian untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat keimanan kita. Jika kita berhasil mengatasinya, maka iman kita naik derajatnya menjadi iman yang sejati. Dan iman adalah syarat utama untuk memperoleh bantuan Allah SWT di dunia dan surga kelak di akhirat. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta” (QS. 29 : 2-3).
Oleh karena itu saudaraku, hadapilah ujian hidup yang Anda alami dengan sabar. Sering-seringlah menengok ke bawah, melihat orang yang nasibnya lebih malang daripada Anda agar rasa syukur bertambah dan kesabaran meningkat. Lalu milikilah kebiasaan untuk fokus (konsentrasi) dengan apa yang kita sedang Anda kerjakan. Ketika di kampus, fokuslah pada aktivitas belajar dan jangan memikirkan yang lain (termasuk kondisi keluarga Anda). Begitu pun ketika di rumah, fokuslah berbakti kepada ibu Anda dan membantu keluarga Anda. Allah memerintahkan kita untuk mampu membagi perhatian (fokus) agar kita dapat berhasil dalam berbagai aspek kehidupan. “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain” (QS. 94 : 7). Dengan kemampuan membagi fokus ini maka kita dapat menyelesaikan segala urusan dengan baik dan apabila ada masalah dalam satu urusan tidak merembet ke urusan yang lain. Hal ini penting Anda miliki agar dapat tetap berpikir jernih ketika menghadapi ujian dalam berbagai aspek kehidupan kita (kuliah, keluarga, masa depan, dan lain-lain).
Saudaraku, perlu dipahami bahwa tidak ada manusia yang sempurna dalam seluruh aspek kehidupannya (kecuali Nabi Muhammad saw). Itulah keadilan Allah, yang hikmahnya antara lain agar kita selalu bersyukur dan saling membantu satu sama lain. Ada orang yang kaya, tapi ternyata penyakitan. Ada orang yang pasangannya cantik/ganteng, tapi ternyata tidak mempunyai anak. Ada orang yang anaknya banyak, tapi ternyata miskin. Ada orang yang miskin, tapi keluarganya harmonis. Ada yang kaya, tapi anak-anaknya tidak sholat, dan lain sebagainya.
Syukurilah apa yang terjadi, lalu berupayalah untuk bisa fokus menyelesaikan persoalan kehidupan ini satu persatu. Ibarat sebuah benang kusut Anda harus sabar untuk mengurainya satu persatu, tapi kalau tidak sabar dan sudah pesimis atau emosi duluan maka benang kusut tersebut tidak akan mampu diurai satu persatu. Yakini bahwa ketika Anda berada di kampus, maka urusan di keluarga Anda sudah diurus oleh Allah SWT, begitu pun sebaliknya. Yakini percuma saja kita terlalu memikirkan sesuatu (kepikiran) padahal kita sedang mengerjakan urusan yang lain. Serahkan urusan yang lain tersebut kepada Allah karena Allah lah yang memiliki segala sesuatu. Tugas Anda hanya menyelesaikan urusan semampu Anda dan kalau tidak mampu kembalikan hal tersebut kepada Allah SWT (tawakal). “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS. 2 : 286)
Perbanyaklah ibadah dan berdoa kepada Allah karena dengan doa, takdir (yang menurut kita buruk) dapat berubah menjadi baik. “Tidak ada yang dapat merubah takdir, kecuali doa’ (HR. Muslim).
Demikian saran saya. Semoga Anda diberi kekuatan oleh Allah SWT untuk mempu mengatasi ujian hidup ini.
Salam Berkah,
(Satria Hadi Lubis)


Bagikan

Dunia Internasional Menyikapi Israel dan Palestina



Konflik Israel -Palestina
Salah satu permasalahan dunia internasional saat ini yang sudah berlangsung lama yaitu masalah Israel dan Palestina.Negara Israel saat ini adalah buah dari perjuangan pendahuliu mereka dan menghasilkan ideologi yang bernama zionisme.Ideologi ini (zionisme modern) akhirnya berujung pada pembentukan sebuah Negara yahudi yang dibernama Israel. Zionis Israel terus menduduki wilayah palestina dan mengusir bangsa Palestina dari tanah airnya.Pada tahun 2008 sampai januari 2009 setelah Israel menggempur gaza secara besar-besaran dan dunia Internasional mengecamnya,dan yang kita baru-baru ini yaitu penyerangan terhadap ke enam kapal freedom flotilla yang membawa relawan,pers,juga bantuan kemanusiaan untuk palestina,dan menimbulkan korban jiwa meninggal dunia dan luka-luka.Lalu Apa yang dilakukan dunia Internasional melihat hal ini?
Kondisi Dunia Internasional
Konflik Israel-palestina, sebenarnya sudah mendapatkan perhatian dunia Internasional sejak perang Arab –Israel dan akhirnya Israel mendirikan sebuah Negara.Amerika Serikat ,sebagai “pemenang” perang dunia ke 2 memiliki pengaruh politik dunia Internasional terkait masalah Israel yaitu dengan menjadi anggota tetap Dewan Keamanan PBB Palestina.Fakta menyebutkan bahwa AS dan Inggris memiliki peranan penting dalam berdirinya Negara Israel.Deklarasi Balfour, dan juga terbitnya Resolusi 181 Majelis Umum PBB tahun 1947 merupakan awal konflik yang berkepanjangan sampai sekarang yaitu pembagian wilayah Palestina menjadi tiga bagian yang memberikan hak Israel atas Palestina.
Hubungan strategis AS dan Israel ini terus berlanjut ,dan sejarah membuktikan ,banyak sekali resolusi PBB yang diveto AS dan mendukung Israel,begitupun Israel tidak peduli dengan resolusi, dan juga kecaman dunia Internasional ,dan tetap melanjutkan invasi-invasi ke wilayah Palestina.
Oleh karena itu,berbicara tentang konflik Israel-Palestina ,kita tidak bisa memisahkan juga antara hubungan AS-Israel,sejarah telah membuktikan bahwa dalam dunia Internasional kedua Negara ini bersama-sama memiliki hubungan kuat, baik secara politik,militer,dan ekonomi.
Pasca perang dingin,kebijakan utama AS ditmur tengah ditujukan untuk mencegah hegemoni tunggal diwilayah itu,yang menguasai minyak,dan Israel jelas memiliki peran penting disini. Melihat kondisi ini, dunia Internasional agaknya sulit bergerak,karena kebergantungan banyak dunia terhadap AS dari segi ekonomi,kontrak perdagangan bebas, diplomasi,dan juga kebijakan politik AS yang berpengaruh terhadap dunia Internasional
Peran Dunia Internasional
Dengan Kondisi tragedi kemanusiaan yang meperihatinkan,dan melihat AS hanya berdiam diri atau malah medukung penuh Israel , tentu saja banyak negara-negara yang merasa simpati terhadap bangsa palestina atas kekejian yang dilakukan Israel.Saat ini, kondisi Negara Palestina yaitu sudah dikelilingi oleh pendudukan Israel,dan Palestina hanya berbatasan dengan mesir.Sumber bantuan untuk masyarakan di palestina dapat masuk melalui Israel,dan mesir.Tentu saja ,jika dibayangkan sulit sekali bantuan ini masuk ,karena Israel jarang sekali membiarkan bantuan masuk,bahkan ketika perang januari 2008,bantuanpun tertahan bertumpuk-tumpuk di Israel.
Mesir yang sudah berhubungan baik dengan Amerika tentu saja sulit agaknya meloloskan bantuan dengan bebas,karena Mesirpun memiliki kepentingan sendiri dengan AS. Oleh karena itu, MER-C ,dan juga pers yang haknya sudah dilindungi dalam dunia Internasional (Konferensi Jenewa),seharusnya dapat masuk untuk memberikan bantuan untuk warga Palestina.Namun, kemarin kita melihat bahwa Kapal yang mengangkut bantuan kemanusiaa,juga relawan MER-C ,bahkan sulit untuk menembus wilayah palestina.Alih-alih ingin menolong,malah ada korban meninggal dunia, yang seharusnya ini tidak terjadi.
PBB telah mengeluarkan puluhan Resolusi ,dan puluhan veto Amerika menyertai Resolusi tersebut.Agaknya peran dunia Internasional saat ini masih kurang untuk membantu warga palestina,lebih tepatnya “malu-malu”.Jika sampai tahap resolusipun sudah sulit sekali,lalu bagaimana mungkin Negara didunia ini secara sendiri-sendiri dapat menyalurkan bantuannya.Jika sekolah PBB saja diserang oleh Israel, bagaimana mungkin bantuan masuk dengan mudahnya.Itu yang terjadi saat kasus masuknya anggota Bulan Sabit Merah dan pers yang sudah meiliki hak keamanan atas nyawa ,namun Israel menunjukkan keangkuhannya dengan menyerang kapal-kapal yang membawa bantuan untuk palestina.Lalu kita pertanyakan lagi,apa peran dunia internasional setelah melihat hal ini?
Perdamaian di depan mata?
Nampaknya setelah Israel melakukan penyerangan yang memalukan dari militer lengkap terhadap kapal bantuan kemanusiaan yang bahkan tidak memilki senjata, terlihat dari reaksi dunia Internasional yang semakin “berani” mengecam Israel.Bahkan Armada Kapal tambahan akan diberangkatkan kembali.Ini merupakan gerakan yang memang seharusnya dilakukan oleh dunia Internasional.Setelah mempertanyakan apa peran dunia Internasional,sebenarnya logika yang terjadi bahwa pengiriman relawan dunia Internasional dengan kapal –kapal laut, sebagai upaya menembus dari daerah yang lebih luas dan agak longgar (selain darat yang sudah dikepung) yaitu bentuk nyata dari warga dunia yang peduli terhadap bangsa palestina.Adanya mereka dan ditangkapnya mereka adalah bentuk nyata bahwa dunia masih pedulu dengan warga palestina.
Kecaman-kecaman,dan aksi-aksi meneriakkan kebrutalan Israel tidak akan didengar oleh Israel.Sejarah telah membuktikannya,bahwa energi yang dihabiskan hanya untuk sekadar mengecam dan aksi turun kejalan tidak membuahkan hasil.Namun sekarang terlihat,ketika relawan datang,Militer Israel itu menyerang kapal yang bahkan tidak memiliki senjata.Ini bentuk penjagaan yang berlebihan dari Israel yang sebenarnya menunjukkan kekhawatiran Israel terhadap persatuan dunia dalam bentuk nyata bukan hanya kepedulian berupa kecaman.Jika hal ini terus digalakan,bukan tidak mungkin Israel melakukan lobby-lobby agar perdamaian dapat dilaksanakan
Jalan yang Panjang
Melihat keterkaitan Israel-AS,nampaknya dengan terpilihnya Presiden Obama yang diawal pelantikannya mengatakan bahwa akan berusaha menjadikan kawasan perdamaian Timur Tengah, menjadikan AS bersifat agak keras kepada Israel,seperti yang terjadi saat AS dengan tegas menyerukan penghentian pembangunan pemukiman di tepi Barat.Jika Negara-negara didunia berani mengambil tindakan tegas,bukan tidak mungkin akan terjadi lobby antara AS dan Israel.Namun paradoks yang terjadi saat kebijakan Politik AS menyerukan perlawanan terhadap teroris dan yang sekarang dilakukan oleh Israel adalah tindakan “terorisme”,maka dunia dapat mendesak AS terhadap apa yang dia lakukan di Iraq dan Afganistan.Mengapa sikap terhadap Israel tidak berubah? Maka kemungkinan AS dapat saja melobby Israel,namun hanya sebatas penghentian serangan pada umumnya yang selama ini dilakukan Israel.
Saat ini dunia internasional dapat melakukan desakan terhadap AS agar mengambil sikap dan tindakan,setidaknya itu yang dapat dilakukan jika dunia Internasional bersatu.AS memang merancang konferensi Jenewa dan telah dilanggar oleh Israel ,seharusnya jika AS bersikap netral,maka kebijakan politik AS seharusnya terlihat tegas dan jelas dalam menerapkan kebijakan politik khususnya terhadap dunia Islam dan Timur Tengah
Jika mengutuk Israel dianggap angin lalu ,maka diperlukan upaya lebih tidak hanya aksi solidaritas bangsa di dunia,tetapi juga bukti nyata seperti pengiriman kapal bantuan ke palestina, yang nyata-nyatanya membuat Israel melancarkan aksi brutalnya.Selain itu ,perlu ada pembahasan menyeluruh,dan langkah tegas apa yang diambil jika kejadian seperti ini masih berlanjut seperti mengadukan Israel ke Mahkamah Internasional,membertikan kepada masyarakat dunia bahwa mereka telah melakukan kejahatan internasional,dan masih banyak hal lainnya dan perjuangan tersebut masih sangat panjang.


Muhammad Rizki (lesus123@yahoo.com)


Bagikan

Cina Pasang Puluhan Ribu Kamera Untuk Pantau Muslim Xinjiang


Pihak berwenang di daerah terpencil Xinjiang, Cina barat, telah memasang 40.000 kamera keamanan di seantero ibukota Urumqi yang mayoritas berpenduduk Muslim, menjelang peringatan pertama kerusuhan etnis yang menelan banyak korban.
Seorang juru bicara pemerintah kota mengatakan kamera-kamera pengawasan telah dipasang di lebih dari 3.000 bus, 200 perhentian bus dan sekolah, dan lebih dari 100 pusat perbelanjaan dan toko pangan serba ada. Kamera-kamera juga telah dipasang di sepanjang lebih dari 4.000 jalan.
Pihak berwenang di Xinjiang telah meningkatkan penjagaan keamanan di Urumqi sebagai tanggapan atas bentrokan tanggal 5 Juli tahun 2009 yang pecah antara umat Muslim Uighur dan etnik Han Cina.
Kerusuhan itu menyebabkan 200 orang tewas dan lebih 1.600 orang luka-luka. Sedikitnya 5.000 polisi baru telah direkrut di Xinjiang menyusul kerusuhan tersebut.
Media resmi Tiongkok mengatakan, polisi akan memantau kamera-kamera itu secara terus menerus. Amnesty International mengatakan, pada hakekatnya hal ini adalah pemberlakuan pemerintahan yang represif di Xinjiang khususnya terhadap umat Islam di sana.
Pemerintah Cina mengatakan tahun lalu bahwa mereka memiliki bukti bahwa Gerakan Islam Turkistan Timur merencanakan adanya serangan pada bulan Oktober dalam perayaan 60 ulang tahun berdirinya Republik Rakyat Cina dan berdirinya Daerah Otonomi Xinjiang.(fq/voa/imo)
Bagikan

Haram Menipiskan Alis Mata

Haram Menipiskan Alis Mata
Dari Alqomah, Abdullah bin Mas’ud melaknat wanita yang mentato, melakukan namsh dan merenggangkan giginya untuk mencari kecantikan dan mengubah ciptaan Allah. Ummu Ya’qub mengatakan, “Apa-apaan ini?”. Ibnu Mas’ud mengatakan, “Mengapa aku tidak melaknat orang yang dilaknat oleh Rasulullah dan hal tersebut ada dalam al Qur’an”.
Ummu Ya’qub berkata, “Demi Allah, aku telah membolak-balik mushaf tapi hal itu tidak aku jumpai”. Ibnu Mas’ud berkata, “Demi Allah, jika engkau benar-benar membacanya tentu akan kau jumpai yaitu ‘Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah’ (QS al Hasyr:7) (HR Bukhari no 5595 dan Muslim no 120).
Berdasar hadits di atas, namsh adalah perbuatan yang haram, bahkan dosa besar karena diancam dengan laknat dari Rasulullah.
Pengertian namsh
Dalam bahasa Arab, namsh adalah mencabut rambut, ada juga yang mengatakan bahwa maknanya adalah mencabut rambut dari wajah.
Sedangkan secara istilah fiqh, makna namsh itu sama dengan maknanya secara bahasa hanya saja sebagian ulama membatasi istilah namsh hanya untuk menipiskan alis mata.
An Nawawi mengatakan, “an Namishah adalah wanita yang menghilangkan rambut dari wajahnya” (Syarh Muslim 7/241, Syamilah).
Ibnul ‘Atsir berkata, “An Namishah adalah perempuan yang mencabut rambut dari wajahnya” (an Nihayah fi Gharibil Hadits wal Atsar 5/253, Syamilah).
Simpulannya, dalam Fiqh Sunnah lin Nisa’ hal 414 disebutkan,
“Tentang an Namsh ada yang mengatakan bahwa maksudnya adalah menghilangkan rambut di wajah. Ada juga yang mengatakan bahwa namsh hanyalah menghilangkan rambut alis dan menipiskannya. Sedangkan rambut bagian wajah yang lain tidaklah disebut namsh. Pendapat kedua ini dinukil merupakan pendapat Aisyah dan beliau lebih tahu dalam masalah-masalah semisal ini dibandingkan yang lain”.
Para pakar fiqh bersepakat bahwa mencabut rambut yang ada di alis mata termasuk namsh yang terlarang dalam hadits di atas.
Kerok ataukah dicabut?
Para ulama berselisih pendapat tentang menghilangkan rambut alis dengan cara dikerok dan tidak dicabut apakah termasuk namsh. Malikiah dan Syafiiyyah berpendapat bahwa hal tersebut semisal dengan mencabut sehingga termasuk namsh.
Sedangkan Hanabilah berpendapat boleh jika dikerok karena yang terlarang adalah jika dengan cara dicabut.
Yang benar, dicabut ataupun dikerok hukumnya sama yaitu haram. Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin berkata,
“Namun bila hal itu dilakukan tanpa mencabutnya, misalnya dengan mencukur atau memangkasnya sebagian ulama tetap menganggapnya termasuk namsh karena itu berarti mengubah ciptaan Allah. Sehingga tidak ada bedanya antara dicabut atau dicukur dan dipangkas. Ini adalah pendapat yang paling selamat, tidak diragukan lagi” (Fatwa-Fatwa Seputar Tatarias Rambut hal 66, Darul Iman).
Bagaimana dengan selain alis?
Mayoritas pakar fiqh berpendapat bahwa mencabut bulu di wajah selain alis itu termasuk namsh yang terlarang. Sedangkan Malikiah, Abu Daud al Sijistani dan sebagian para ulama mazhab selain Malikiah berpendapat bahwa hal tersebut tidak termasuk kategori namsh yang terlarang.
Berdasarkan penjelasan tentang pengertian namsh, jelaslah bahwa namsh yang terlaknat adalah khusus untuk bulu alis.
Hukum Namsh
Mayoritas ulama berpendapat bahwa namsh itu hukumnya haram. Sedangkan Imam Ahmad dan yang lainnya berpendapat hukumnya adalah makruh.
Tidaklah diragukan bahwa pendapat mayoritas ulamalah yang benar. Jadi namsh hukumnya adalah haram bahkan dosa besar. Karena perbuatan yang dilaknat oleh Allah atau rasulNya itu bernilai dosa besar.
Perempuan Berjenggot
Mayoritas ulama berpendapat bahwa larangan menghilangkan rambut di wajah yang ada dalam hadits di atas tidak bersifat umum. Artinya wanita yang memiliki jenggot dan kumis boleh menghilangkan rambut-rambut tersebut.
Namun Ibnu Mas’ud dan Abu Jarir ath Thabari berpendapat bahwa larangan tersebut bersifat umum. Sehingga menghilangkan bulu di wajah adalah haram apapun kondisinya.
Oleh karena itu, mayoritas ulama berpendapat bahwa wanita yang memiliki kumis, jenggot atau bulu di atas dagu di bawah bibir bagian bawah itu dianjurkan untuk menghilangkannya. Tapi sebagian ulama menganjurkannya dengan syarat mendapatkan izin dari suami.
Sedangkan Malikiah malah mewajibkannya karena bulu-bulu tersebut dinilai menjelekkan penampilan fisik seorang wanita. Di lain pihak, Ibnu Jarir malah mengharamkannya karena dinilai sebagai perbuatan mengubah ciptaan Allah.
Yang benar sebagaimana yang dikatakan oleh penulis Fiqh Sunnah lin Nisa’ hal 414,
“Dalam kondisi tertentu yang tidak normal terkadang seorang wanita memiliki kumis dan jenggot yang cukup lebat dalam kondisi ini dianjurkan bagi wanita tersebut untuk menghilangkan bulu-bulu tersebut. Hal ini termasuk mengembalikan fisik wanita kepada bentuk asalnya dan tidak termasuk mengubah ciptaan Allah”.
Di samping itu, hal itu agar tidak menyerupai laki-laki.
Antara yang bersuami dan tidak
Mayoritas ulama berpendapat bahwa wanita yang tidak bersuami tidak diperbolehkan melakukan namsh. Sebagian ulama membolehkan yang tidak bersuami untuk melakukan namsh jika itu memang dibutuhkan semisal untuk pengobatan atau untuk menghilangkan rambut yang tidak pantas dipandang, namun ini bersyarat yaitu tidak menyebabkan ada orang yang tertipu dengan keadaannya yang sebenarnya.
Sedangkan al ‘Adawi, seorang ulama bermazhab Maliki, mengatakan bahwa larangan namsh hanya berlaku untuk perempuan yang terlarang untuk berhias yaitu wanita yang sedang dalam masa berkabung karena suaminya meninggal yaitu selama empat bulan sepuluh hari terhitung dari hari kematiannya atau perempuan yang statusnya menggantung karena suaminya belum bisa dipastikan masih hidup ataukah sudah meninggal dunia.
Untuk wanita yang bersuami, mayoritas pakar fiqh membolehkan namsh untuk mereka jika seizin suami secara tegas atau ada indikator diizinkan. Alasannya karena namsh termasuk bagian dari berdandan sedangkan wanita itu diperintahkan untuk berdandan bagi suaminya.
Sedangkan para ulama mazhab Hanbali tidak membolehkan namsh dengan cara mencabut meski dengan seizin suami. Sedangkan jika dengan cara dikerok maka dibolehkan. Namun Ibnul Jauzi, seorang ulama mazhab Hambali, membolehkan namsh untuk yang bersuami. Hal ini dikarenakan beliau berpandangan bahwa namsh itu terlarang jika mengandung unsur penipuan atau ketika hal itu menjadi simbol wanita yang tidak taat beragama.
Berbagai pendapat yang memberi rincian dalam hal ini adalah pendapat yang keliru sebagaimana yang dikatakan oleh Syeikh Musthofa al Adawi,
“Pendapat ini (yaitu yang membolehkan namsh dengan seizin suami) adalah pendapat yang tertolak karena Nabi melaknat wanita yang melakukan namsh dan yang minta agar di-namsh dan Nabi tidak memberikan pengecualian jika dengan izin suami ataupun yang lainnya” (Jami’ Ahkam an Nisa 4/410, cet Dar al Sunnah).
Abu Malik Kamal bin al Sayyid Salim berkata,
“Namsh adalah haram baik untuk suami atau yang lainnya, dengan izin suami atau tanpa izinnya karena Nabi melaknat wanita yang melakukan namsh dan wanita yang minta dijadikan objek namsh” (Fiqh Sunnah lin Nisa hal 414).


Bagikan

Hukum Menyambung Rambut

 Seorang perempuan diharamkan untuk menyambut rambutnya dengan rambut yang najis atau dengan rambut manusia. Ketentuan ini bersifat umum untuk perempuan yang sudah bersuami ataukah belum baik seizin suami ataukah tanpa izinnya.
Namun ulama-ulama mazhab hanafi hanya berpendapat makruhnya hal tersebut.
Pendapat beliau-beliau jelas keliru mengingat hadits berikut ini.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « لَعَنَ اللَّهُ الْوَاصِلَةَ وَالْمُسْتَوْصِلَةَ ، وَالْوَاشِمَةَ وَالْمُسْتَوْشِمَةَ »
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah melaknat perempuan yang menyambung rambutnya dan perempuan yang meminta agar rambutnya disambung, perempuan yang mentato dan perempuan yang meminta agar ditato”(HR Bukhari no 5589).
Adanya laknat untuk suatu amal itu menunjukkan bahwa amal tersebut hukumnya adalah haram. Alasan diharamkannya hal ini adalah adanya unsur penipuan disebabkan merubah ciptaan Allah. Hal ini juga dikarenakan haramnya memanfaatkan rambut manusia karena terhormatnya manusia. Pada asalnya potongan rambut manusia itu sebaiknya dipendam.
عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ أَبِى بَكْرٍ – رضى الله عنهما – أَنَّ امْرَأَةً جَاءَتْ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالَتْ إِنِّى أَنْكَحْتُ ابْنَتِى ، ثُمَّ أَصَابَهَا شَكْوَى فَتَمَرَّقَ رَأْسُهَا ، وَزَوْجُهَا يَسْتَحِثُّنِى بِهَا أَفَأَصِلُ رَأْسَهَا فَسَبَّ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – الْوَاصِلَةَ وَالْمُسْتَوْصِلَةَ
Dari Asma’ binti Abi Bakr, ada seorang perempuan yang menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, “Telah kunikahkan anak gadisku setelah itu dia sakit sehingga semua rambut kepalanya rontok dan suaminya memintaku segera mempertemukannya dengan anak gadisku, apakah aku boleh menyambung rambut kepalanya. Rasulullah lantas melaknat perempuan yang menyambung rambut dan perempuan yang meminta agar rambutnya disambung” (HR Bukhari no 5591 dan Muslim no 2122).
عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّهُ سَمِعَ مُعَاوِيَةَ بْنَ أَبِى سُفْيَانَ ، عَامَ حَجَّ عَلَى الْمِنْبَرِ ، فَتَنَاوَلَ قُصَّةً مِنْ شَعَرٍ وَكَانَتْ فِى يَدَىْ حَرَسِىٍّ فَقَالَ يَا أَهْلَ الْمَدِينَةِ ، أَيْنَ عُلَمَاؤُكُمْ سَمِعْتُ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – يَنْهَى عَنْ مِثْلِ هَذِهِ ، وَيَقُولُ « إِنَّمَا هَلَكَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ حِينَ اتَّخَذَهَا نِسَاؤُهُمْ » .
Dari Humaid bin Abdirrahman, dia mendengar Muawiyah bin Abi Sufyan saat musim haji di atas mimbar lalu mengambil sepotong rambut yang sebelumnya ada di tangan pengawalnya lantas berkata, “Wahai penduduk Madinah di manakah ulama kalian aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda melarang benda semisal ini dan beliau bersabda, ‘Bani Israil binasa hanyalah ketika perempuan-perempuan mereka memakai ini (yaitu menyambung rambut’ (HR Bukhari no 3281 dan Muslim no 2127).
Ringkasnya sebagaimana yang dikatakan oleh penulis Fiqh Sunnah lin Nisa’ hal 413,
“Sesungguhnya seorang perempuan tidaklah diperbolehkan untuk menyambung rambutnya dengan rambut yang lain semisal memakai wig baik dengantujuan menyenangkan suami atau orang lain. Hukumnya adalah haram”.
Disambung dengan bukan rambut orang
Jika rambut disambung dengan bukan rambut manusia namun tergolong rambut yang suci (baca: tidak najis) maka menurut pendapat yang dinilai sebagai pendapat yang benar di antara para ulama bermazhab Syafii hukumnya adalah haram jika perempuan tersebut tidak bersuami. Sedangkan menurut pendapat yang lain di kalangan ulama-ulama mazhab Syafii, hukumnya adalah makruh.
Jika perempuan tersebut bersuami maka ada tiga pendapat di kalangan para ulama bermazhab Syafii.
Pendapat yang dinilai paling tepat adalah boleh jika dengan izin suami. Namun jika tanpa izin suami hukumnya haram.
Pendapat kedua, mengharamkannya secara mutlak. Pendapat ketiga, tidak haram dan tidak makruh secara mutlak (baik dengan izin ataupun tanpa izin suami).
Sedangkan para ulama bermazhab Hanafi membolehkan seorang perempuan untuk menyambung rambut asalkan bukan dengan rambut manusia agar rambut nampak lebih banyak. Mereka beralasan dengan perkataan yang diriwayatkan dari Aisyah.
Dari Sa’ad al Iskaf dari Ibnu Syuraih, Aku berkata kepada Aisyah bahwasanya Rasulullah melaknat perempuan yang menyambung rambutnya. Aisyah lantas berkomentar,
قالت يا سبحان الله وما بأس بالمرأة الزعراء أن تأخذ شيئا من صوف فتصل به شعرها تزين به عند زوجها إنما لعن رسول الله – صلى الله عليه وسلم – المرأة الشابة تبغى فى شيبتها حتى إذا هى أسنت وصلتها بالقلادة.
“Subhanallah, tidaklah mengapa bagi seorang perempuan yang jarang-jarang rambutnya untuk memanfaatkan bulu domba untuk digunakan sebagai penyambung rambutnya sehingga dia bisa berdandan di hadapan suaminya. Yang dilaknat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hanyalah seorang perempuan yang rambutnya sudah dipenuhi uban dan usianya juga sudah lanjut lalu dia sambung rambutnya dengan lilitan (untuk menutupi ubannya, pent) [Riwayat ini disebutkan oleh Suyuthi dalam Jami’ al Ahadits no 43260 dan beliau komentari sebagai riwayat Ibnu Jarir].
Sedangkan para ulama bermazhab Maliki mengharamkan menyambung rambut tanpa membedakan apakah disambung dengan rambut ataukah disambung dengan bukan rambut.
Di sisi lain para ulama bermazhab Hambali hanya mengharamkan jika rambut disambung dengan rambut baik rambut manusia ataupun rambut hewan, baik dengan izin suami ataukah tanpa izin suami. Akan tetapi mereka mengatakan bahwa tidaklah mengapa jika seorang perempuan mengikat rambutnya jika tidak dengan rambut jika ada kebutuhan.
Namun di antara pendapat Imam Ahmad adalah melarang seorang perempuan untuk menyambung rambutnya baik disambung dengan rambut, bulu kambing ataupun tumbuh-tumbuhan yang bisa dijadikan sebagai hiasan rambut
Penulis Fiqh sunnah lin Nisa’ hal 413,
“Pendapat yang paling kuat di antara dua pendapat ulama yang ada adalah diperbolehkan bagi seorang perempuan untuk menyambung rambutnya dengan benang sutra, bulu domba ataupun potongan-potongan kain dan benda-benda lain yang tidak menyerupai rambut. Perbuuatan ini tidaklah dinilai termasuk menyambung rambut, tidaklah pula sejenis dengan tujuan orang yang menyambung rambut. Hal ini hanyalah untuk berdandan dan berhias. Menurut Nawawi inilah pendapat al Qadhi ‘Iyadh dan Ahmad bin Hambal”.
Akan tetapi -insya Allah- pendapat yang lebih tepat adalah pendapat ulama yang melarang untuk menyambung rambut secara mutlak dengan benda apapun baik potongan kain ataupun yang lainnya. Hal ini dikarenakan menimbang dua hadits berikut ini.
عَنْ قَتَادَةَ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ أَنَّ مُعَاوِيَةَ قَالَ ذَاتَ يَوْمٍ إِنَّكُمْ قَدْ أَحْدَثْتُمْ زِىَّ سَوْءٍ وَإِنَّ نَبِىَّ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- نَهَى عَنِ الزُّورِ. قَالَ وَجَاءَ رَجُلٌ بِعَصًا عَلَى رَأْسِهَا خِرْقَةٌ قَالَ مُعَاوِيَةُ أَلاَ وَهَذَا الزُّورُ. قَالَ قَتَادَةُ يَعْنِى مَا يُكَثِّرُ بِهِ النِّسَاءُ أَشْعَارَهُنَّ مِنَ الْخِرَقِ.
Dari Qotadah, dari Said bin Musayyib sesungguhnya Muawiyah pada suatu hari berkata, “Sungguh kalian telah mengada-adakan perhiasan yang buruk. Sesungguhnya Nabi kalian melarang perbuatan menipu”. Kemudian datanglah seseorang dengan membawa tongkat. Diujung tongkat tersebut terdapat potongan-potongan kain. Muawiyah lantas berkata, “Ingatlah, ini adalah termasuk tipuan”. Qotadah mengatakan bahwa yang dimaksudkan adalah potongan-potongan kain yang dipergunakan perempuan untuk memperbanyak rambutnya (HR Muslim 2127).
Tentang hadits ini, Syaikh Al Albani mengatakan,
“Riwayat ini sangat tegas menunjukkan bahwa menyambung rambut dengan bukan rambut baik dengan potongan kain ataupun yang lainnya termasuk dalam hal yang terlarang” (Ghayatul Maram hal 68, cetakan al Maktab al Islami).
Sebelumnya, Ibnu Hajar sudah berkomentar,
“Hadits di atas adalah dalil mayoritas ulama untuk melarang menyambung rambut dengan sesuatu apapun baik berupa rambut ataupun bukan rambut” (Fathul Bari 17/35, Syamilah).
زَجَرَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- أَنْ تَصِلَ الْمَرْأَةُ بِرَأْسِهَا شَيْئًا
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang seorang perempuan untuk menyambung rambut kepalanya dengan sesuatu apapun” (HR Muslim no 2126 dari Jabir bin Abdillah).

Bagikan

Aib Kita Adalah Cermin Diri Kita Juga!

Kita mendapat pelajaran yang sangat berharga dari Hâtim Al Asham ketika fenomena tayangan “ghibahtainmen” merajalela

 
ADA seorang perempuan datang kepada Syaikh Hâtim Al Asham untuk bertanya tentang sebuah persoalan. Saat bertanya, tiba-tiba keluarlah suara kentut dari perempuan itu dan ia merasa sangat malu.

“Keraskan suaramu!,” teriak Hâtim dengan keras untuk mengesankan seolah ia tuli.

Si perempuan merasa senang dan mengira kalau Hâtim tidak mendengar suara kentutnya. Karena kejadian itulah, kemudian Syaikh Hâtim mendapat julukan Al Asham (si tuli).

Kita mendapat pelajaran yang sangat berharga dari Hâtim Al Asham. Kita memperoleh hikmah menutup rapat-rapat keburukan orang lain, tidak mengumbarnya sebagaimana terjadi saat ini, di mana fenomena tayangan ghibahtainmen yang menceritakan kekisruhan rumah tangga orang lain, membeberkan perselingkuhan serta perzinaan, terjadi dengan begitu vulgar dan massif.

Ironisnya, para pemilik modal dan pengelola program tercela ini berkilah jika acara (ghibah) ini dianggap mendidik masyarakat untuk lebih cerdas.

Sebuah alasan yang tidak masuk akal. Alih-alih mencegah, yang terjadi justru masyarakat dijejali oleh berita-berita keburukan orang yang mungkin akan dicontoh oleh mereka. Apalagi pihak bersangkutan yang diwartakan merupakan public figuree.

Tidak berlebihan bila PBNU lewat fatwanya dalam Munas Alim Ulama NU se-Indonesia di asrama Haji Sukolilo, Surabaya (27-30 Juli 2006), menuntut kepada pemerintah, dalam hal ini Departemen Komunikasi dan Informasi, untuk melarang program infotainment yang berisi ghibah alias membeberkan aib orang lain, apakah itu berupa perselingkuhan, perceraian, atau percekcokan rumah tangga, dan sejenisnya.

Fatwa ini perlu direkomendasikan sebagai bentuk pertanggungjawaban para ulama kepada umatnya. Sebab jika keadaan demikian ini dibiarkan begitu saja, lama-lama akan membuat bangsa kita menjadi bangsa penggunjing. Akibatnya, ajang berkumpul sesama teman atau keluarga rasanya kurang afdhal bila tidak dibumbui dengan ngerasani (menggunjing) atau menggosip. Sungguh sebuah dilema yang berbalik seratus delapan puluh derajat dengan apa yang terjadi pada diri Syekh Hatim.

Lantas, bagaimana kita bisa mengetahui aib diri sendiri? Imam Al Ghazali dalam kitabnya yang terkenal, Ihya` `Ulumuddin, mengetengahkan kiat jitu menyingkap kekurangan yang melekat pada diri kita. Beliau menyarankan untuk menempuh empat cara:

Pertama, duduk di hadapan seorang guru yang mampu mengetahui keburukan hati dan berbagai masalah yang tersembunyi di dalamnya. Kemudian ia memasrahkan dirinya kepada sang guru dan mengikuti petunjuknya dalam ber-mujahadah membersihkan aib itu. Ini adalah keadaan seorang murid dengan Syaikhnya dan seorang pelajar dengan gurunya. Sang guru akan menunjukkan aib-aibnya serta cara pengobatannya. Namun, di zaman sekarang guru semacam ini langkah.

Kedua,
mencari seorang teman yang jujur, memiliki bashiroh (mata hati yang tajam), dan berpegang pada agama. Ia kemudian menjadikan temannya itu sebagai pengawas yang mengamati keadaan, perbuatan, serta semua aib batin dan lahirnya, sehingga ia dapat memberi peringatan kepadanya. Demikianlah yang dilakukan oleh orang-orang cerdik, orang-orang terkemuka, dan para pemimpin agama.

Ketiga,
berusaha mengetahui aib dari ucapan musuh-musuhnya sebab pandangan yang penuh kebencian akan menyingkapkan keburukan seseorang. Bisa jadi manfaat yang diperoleh seseorang dari musuh yang sangat membencinya dan suka mencari kesalahannya lebih banyak dari teman yang suka bermanis muka, memuji dan menyembunyikan aib-aibnya. Akan tetapi, sudah menjadi watak manusia untuk mendustakan ucapan musuh-musuhnya dan menganggapnya sebagai ungkapan kedengkian. Hanya orang yang memiliki mata hati jernih yang mampu memetik pelajaran dari keburukan dirinya yang disebutkan oleh musuhnya.

Keempat,
bergaul dengan masyarakat. Setiap kali melihat perilaku tercela seseorang, maka ia segera menuduh dirinya sendiri yang juga memiliki sifat tercela itu. Kemudian ia menuntut dirinya untuk segera meninggalkannya. Sebab, seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya. Ketika melihat aib orang lain ia akan melihat aib-aibnya sendiri. [*penulis mahasiswa Pasca Sarjana Jurusan Pendidikan Bahasa Arab UIN Maliki Malang]
Bagikan

Kemiskinan Itu Ujian Allah!

Kemiskinan Itu Ujian Allah!
Punya pendidikan tinggi merupakan impian tiap orang. Tapi, bagaimana jika kemiskinan terus menghadang. Jangankan untuk biaya kuliah, buat makan saja susah.
Berikut ini penelusuran dan wawancara Eramuslim dengan seorang pemulung yang kini bisa terus kuliah di jurusan akuntansi di Pamulang, Tangerang. Mahasiswi berjilbab itu bernama Ming Ming Sari Nuryanti.
Sudah berapa lama Ming Ming jadi pemulung?
Sejak tahun 2004. Waktu itu mau masuk SMU. Karena penghasilan ayah semakin tidak menentu, kami sekeluarga menjadi pemulung.
Sekeluarga?
Iya. Setiap hari, saya, ayah, ibu, dan lima adik saya berjalan selama 3 sampai 4 jam mencari gelas mineral, botol mineral bekas, dan kardus. Kecuali adik yang baru kelas 2 SD yang tidak ikut.
***
Tempat tinggal Ming Ming berada di perbatasan antara Bogor dan Tangerang. Tepatnya di daerah Rumpin. Dari Serpong kurang lebih berjarak 40 kilometer. Kawasan itu terkenal dengan tempat penggalian pasir, batu kali, dan bahan bangunan lain. Tidak heran jika sepanjang jalan itu kerap dipadati truk dan suasana jalan yang penuh debu. Di sepanjang jalan itulah keluarga pemulung ini memunguti gelas dan botol mineral bekas dengan menggunakan karung.
Tiap hari, mereka berangkat sekitar jam 2 siang. Pilihan jam itu diambil karena Ming Ming dan adik-adik sudah pulang dari sekolah. Selain itu, bertepatan dengan jam berangkat sang ayah menuju tempat kerja di kawasan Ancol.
Setelah berjalan selama satu setengah sampai dua jam, sang ayah pun naik angkot menuju tempat kerja. Kemudian, ibu dan enam anak itu pun kembali menuju rumah. Sepanjang jalan pergi pulang itulah, mereka memunguti gelas dan botol mineral bekas.
Berapa banyak hasil yang bisa dipungut?
Nggak tentu. Kadang-kadang dapat 3 kilo. Kadang-kadang, nggak nyampe sekilo. Kalau cuaca hujan bisa lebih parah. Tapi, rata-rata per hari sekitar 2 kiloan.
Kalau dirupiahkan?
Sekilo harganya 5 ribu. Jadi, per hari kami dapat sekitar 10 ribu rupiah.
Apa segitu cukup buat 9 orang per hari?
Ya dicukup-cukupin. Alhamdulillah, kan ada tambahan dari penghasilan ayah. Walau tidak menentu, tapi lumayan buat keperluan hidup.
***
Ming Ming menjelaskan bahwa uang yang mereka dapatkan per hari diprioritaskan buat makan adik-adik dan biaya sekolah mereka. Sementara Ming Ming sendiri sudah terbiasa hanya makan sekali sehari. Terutama di malam hari.
Selain itu, mereka tidak dibingungkan dengan persoalan kontrak rumah. Karena selama ini mereka tinggal di lahan yang pemiliknya masih teman ayah Ming Ming. Di tempat itulah, mereka mendirikan gubuk sederhana yang terbuat dari barang-barang bekas yang ada di sekitar.
Berapa hari sekali, pengepul datang ke rumah Ming Ming untuk menimbang dan membayar hasil pungutan mereka.
Kalau lagi beruntung, mereka bisa dapat gelas dan botol air mineral bekas di tempat pesta pernikahan atau sunatan. Sayangnya, mereka harus menunggu acara selesai. Menunggu acara pesta itu biasanya antara jam 9 malam sampai jam 2 pagi. Selama 5 jam itu, Ming Ming sebagai anak sulung, ibu dan dua adiknya berkantuk-kantuk di tengah keramaian dan hiruk pikuk pesta.
Kalau di hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, keluarga pemulung ini juga punya kebiasaan yang berbeda dengan keluarga lain. Mereka tidak berkeliling kampung, berwisata, dan silaturahim ke handai taulan. Mereka justru memperpanjang rute memulung, karena biasanya di hari raya itu, barang-barang yang mereka cari tersedia lebih banyak dari hari-hari biasa.
Ming Ming tidak malu jadi pemulung?
Awalnya berat sekali. Apalagi jalan yang kami lalui biasa dilalui teman-teman sekolah saya di SMU N 1 Rumpin. Tapi, karena tekad untuk bisa membiayai sekolah dan cinta saya dengan adik-adik, saya jadi biasa. Nggak malu lagi.
Dari mana Ming Ming belajar Islam?
Sejak di SMU. Waktu itu, saya ikut rohis. Di rohis itulah, saya belajar Islam lewat mentoring seminggu sekali yang diadakan sekolah.
Ketika masuk kuliah, saya ikut rohis. Alhamdulillah, di situlah saya bisa terus belajar Islam.
Orang tua tidak masalah kalau Ming Ming memakai busana muslimah?
Alhamdulillah, nggak. Mereka welcome saja. Bahkan sekarang, lima adik perempuan saya juga sudah pakai jilbab.
***
Walau sudah mengenakan busana muslimah dengan jilbab yang lumayan panjang, Ming Ming dan adik-adik tidak merasa risih untuk tetap menjadi pemulung. Mereka biasa membawa karung, memunguti gelas dan botol air mineral bekas, juga kardus. Bahkan, Ming Ming pun sudah terbiasa menumpang truk. Walaupun, ia harus naik di belakang.
Ming Ming kuliah di mana?
Di Universitas Pamulang, Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi S1.
Maaf, apa cukup pendapatan Ming Ming untuk biaya kuliah?
Jelas nggak. Tapi, buat saya, kemiskinan itu ujian dari Allah supaya kita bisa sabar dan istiqamah. Dengan tekad itu, saya yakin bisa terus kuliah.
Walaupun, di semester pertama, saya nyaris keluar. Karena nggak punya uang buat biaya satu semester yang jumlahnya satu juta lebih. Alhamdulillah, berkat pertolongan Allah semuanya bisa terbayar.
***
Di awal-awal kuliah, muslimah kelahiran tahun 90 ini memang benar-benar melakukan hal yang bisa dianggap impossible. Tanpa uang memadai, ia bertekad kuat bisa masuk kuliah.
Ketika berangkat kuliah, sang ibu hanya memberikan ongkos ke Ming Ming secukupnya. Artinya, cuma ala kadarnya. Setelah dihitung-hitung, ongkos hanya cukup untuk pergi saja. Itu pun ada satu angkot yang tidak masuk hitungan alias harus jalan kaki. Sementara pulang, ia harus memutar otak supaya bisa sampai ke rumah. Dan itu ia lakukan setiap hari.
Sebagai gambaran, jarak antara kampus dan rumah harus ditempuh Ming Ming dengan naik empat kali angkot. Setiap angkot rata-rata menarik tarif untuk jarak yang ditempuh Ming Ming sekitar 3 ribu rupiah. Kecuali satu angkot di antara empat angkot itu yang menarik tarif 5 ribu rupiah. Karena jarak tempuhnya memang maksimal. Jadi, yang mesti disiapkan Ming Ming untuk sekali naik sekitar 14 ribu rupiah.
Di antara trik Ming Ming adalah ia pulang dari kuliah dengan berjalan kaki sejauh yang ia kuat. Sambil berjalan pulang itulah, Ming Ming mengeluarkan karung yang sudah ia siapkan. Sepanjang jalan dari Pamulang menuju Serpong, ia melepas status kemahasiswaannya dan kembali menjadi pemulung.
Jadi, jangankan kebayang untuk jajan, makan siang, dan nongkrong seperti mahasiswa kebanyakan; bisa sampai ke rumah saja bingungnya bukan main.
Sekarang apa Ming Ming masih pulang pergi dari kampus ke rumah dan menjadi pemulung sepulang kuliah?
Saat ini, alhamdulillah, saya dan teman-teman UKM Muslim (Unit Kegiatan Mahasiswa Muslim) sudah membuat unit bisnis. Di antaranya, toko muslim. Dan saya dipercayakan teman-teman sebagai penjaga toko.
Seminggu sekali saya baru pulang. Kalau dihitung-hitung, penghasilannya hampir sama.
Jadi Ming Ming tidak jadi pemulung lagi?
Tetap jadi pemulung. Kalau saya pulang ke rumah, saya tetap memanfaatkan perjalanan pulang dengan mencari barang bekas. Bahkan, saya ingin sekali mengembangkan bisnis pemulung keluarga menjadi tingkatan yang lebih tinggi. Yaitu, menjadi bisnis daur ulang. Dan ini memang butuh modal lumayan besar.
Cita-cita Ming Ming?
Saya ingin menjadi da'i di jalan Allah. Dalam artian, dakwah yang lebih luas. Bukan hanya ngisi ceramah, tapi ingin mengembangkan potensi yang saya punya untuk berjuang di jalan Allah. (MN)

Bagikan

Ragu Setelah Menerima Pinangan


Assalamu'alaikum ustadz,
Kemarin saya baru saja menerima khitbah dari seorang ikhwan, saya ta'aruf lewat murabbi, dia baru 5 kali ikut pengajian rutin, tapi kata murabbi beliau insyaAllah beliau orangnya hanif, dan saya mantap menerima beliau karena yang membawa orang-orang sholih. Hari dan tanggal sudah ditetapkan dari keluarga kami berdua. Alhamdulillah sampai saat ini kami tidak pernah saling berhubungan walau sekedar sms. Kami memang ingin berkomitmen ketemu dan bertegur sapa besok ketika akad sudah dilangsungkan. Tapi entah kenapa semakin dekat hari H, saya semakin ragu dengan beliau saya binggung, apakah wajar seorang akhwat ketika menunggu akad, keraguan akan dirinya semakin besar. takut kedepan dia bisa bahagiakan saya tidak? takut saya bisa mencintainya atau tidak dan sebaliknya, apakah dia seperti ikhwan yang selama ini saya impikan atau tidak! apakah rasa takut ini datang dari setan yang mengusik niat baik saya untuk menikah. Mohon taujih dari ustadz.
Syifa

Jawaban

Wa'alaikum salam wr. wb.
Saudara Syifa yang dimuliakan Allah SWT, Alhamdulillah Anda sudah berusaha menikah dengan cara-cara islami (tanpa pacaran). Namun setelah dipinang, muncul keraguan untuk melanjutkan ke tahap yang lebih serius (pernikahan). Hemat saya, apa yang Anda alami masih dalam taraf yang wajar.
Menurut beberapa ikhwan dan akhwat yang menikah tanpa pacaran, perasaan keraguan itu juga muncul dalam diri mereka. Jadi saya melihat hal ini sebagai fenomena yang wajar. Ada beberapa sebab mengapa muncul keraguan tersebut :
1. Karena tanpa proses pacaran, kita belum mengenal secara detail kepribadian calon pasangan masing-masing, sehingga wajar muncul pertanyaan-pertanyan tentang bagaimana kepribadian dari calon pasangan kita yang sesungguhnya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menimbulkan keraguan yang kalau dipikirkan terus menerus akan semakin besar keraguannya.
2. Pernikahan adalah momentum yang penting dalam hidup. Pernikahan merubah cara hidup kita sebelumnya, sehingga wajar menimbulkan keraguan karena kita sadar akan mengalami proses perubahan hidup yang drastic dengan orang lain yang juga belum dikenal secara utuh.
3. Salah satu tipu daya syetan adalah membuat kita ragu-ragu dalam beramal shalih. Menikah adalah amal shalih, sehingga syetan berkepentingan untuk menumbuhkan rasa syak dan ragu-ragu dalam diri orang yang akan menikah. Oleh karena itu, sadarilah bahwa keraguan yang Anda alami memang merupakan tipu daya syetan, yang berkepentingan untuk menghalangi Anda dalam beramal sholih, minimal membuat Anda melakukan amal dengan tidak ikhlas.
Jadi saran saya, teruskanlah niat Anda untuk menikah (apalagi Anda sudah dipinang/khitbah). Keraguan yang Anda alami adalah hal yang wajar. Kurangi rasa ragu-ragu itu dengan banyak berdoa dan beribadah kepada Allah SWT serta banyak bersangka baik kepada takdir Allah SWT yang sedang Anda jalani saat ini.
Demikian saran saya. Semoga Anda mendapatkan jodoh yang sholih dan dapat membentuk rumah tangga sakinah, mawaddah war rahmah.
Salam Berkah !
(Satria Hadi Lubis)

Bagikan

Perasaan Suka Dengan Seseorang

Perasaan Suka Dengan Seseorang
Assalamualaikum,
Pak ustadz, saya seorang pria yang masih kuliah di perguruan tinggi di Jakarta. Saya mempunyai seorang teman perempuan, dia amat baik orangnya dan alhamdulilah juga telah menutup aurat (berkerudung).
Kami dekat tapi tidak untuk pacaran kami cuma berteman biasa. Seiring waktu saya jadi suka dengannya. Dia tidak tahu tentang ini, hal ini membuat saya kurang konsen kepada kuliah saya karena selalu terpikir tentang dia, yang saya ingin tanyakan bagaimana cara untuk menghilangkan bayang-bayang dia pak ustadz?
Sebenarnya saya sangat membenci menyimpan perasaan suka terhadap orang sering saya berusaha untuk tidak memikirkannya tapi tidak bisa. Haruskah saya berusaha menjauhinya tapi tetap menjaga silaturrahim dengannya, tapi disatu sisi saya begitu senang padanya karena dia baik agamanya.
Apakah dia perlu tahu perasaan saya ini? Dosakah saya menyukai seseorang wanita? Apa yang harus saya lakukan pak ustadz saya sungguh bimbang menghadapi ini?
Wassalamu'alaykum.
nobi

Jawaban

Wa’alaikum salam wr. wb.
Saudaraku yang dicintai Allah SWT, perasaan suka kepada lawan jenis adalah hal yang wajar, tetapi perlu disalurkan dengan cara-cara yang diridhoi Allah SWT. Dalam Islam, sebenarnya tidak ada istilah pacaran, yang ada adalah langsung melamar. Hal itu karena pacaran lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya.
Pertanyaan saya untuk saudara penanya adalah apakah Anda memang sudah waktunya menikah dalam waktu dekat ini atau masih lama untuk menikahnya. Jika sudah siap untuk menikah segera, say asarankan agar Anda langsung melamarnya saja (menyatakan kesukaan dan mengajaknya menikah). Namun jika Anda masih lama untuk menikah, sebaiknya lupakan saja wanita tersebut, karena hanya akan mengotori hati Anda (zina hati).
Ada pun cara melupakan wanita yang kita cintai dapat dilakukan langkah sebagai berikut:
  1. Sibukkan diri dengan aktivitas yang menguras tenaga dan pikiran, sehingga kita tidak punya waktu luang untuk memikirkannya. Kalau malam juga mudah tidurnya, karena sudah terlalu lelah. Namun kalau waktu luang kita banyak, pikiran akan mengembara. Tabiat pikiran adalah mudah memikirkan hal-hal yang berkesan, enak dan indah. Memikirkan orang yang dicintai termasuk kriteria tersebut, sehingga akan semakin sulit kita melupakannya.
  2. Jauhi interaksi langsung maupun tidak langsung dengan orang yang dicintai. Jika Anda satu organisasi dengan dia, mungkin Anda perlu cari organisasi lain. Buang juga benda-benda yang mengingatkan Anda kepada si dia. Bahkan kalau perlu jangan menerima telpon/sms darinya untuk sementara waktu atau seterusnya.
  3. Jika Anda teringat dengan kebaikannya atau saat-saat indah dengannya, imbangi ingatan tersebut dengan mengingat-ingat kekurangannya atau saat-saat yang paling menyakitkan dengannya. Cara ini akan mengurangi rasa suka/cinta yang berlebih-lebihan dengannya.
  4. Saingi rasa cinta Anda kepadanya dengan meningkatkan rasa cinta Anda kepada Allah SWT. Jika Anda mencintai Allah, niscaya rasa cinta (yang berlebihan) kepada orang lain akan hilang. Cinta kita kepada orang lain lebih bersifat universal dan rasional karena di hati kita hanya ada cinta sejati kepada Allah SWT.
  5. Perbanyak ibadah dan berdoa yang sungguh-sungguh kepada Allah. Minta kepada Allah SWT untuk membalikkan rasa cinta Anda kepada si dia menjadi rasa hambar kepadanya. Ingat! Allah yang mempunyai hati kita dan Ia juga yang mampu membalikkan hati kita. Jika Anda mengatakan sudah berdoa kepada Allah tapi malah mimpi yang indah-indah dengan dia, itu berarti Anda tidak ikhlas dan sungguh-sungguh meminta kepada Allah untuk membantu Anda melupakannya. Mungkin malah Anda tidak ikhlas dengan kehendak Allah yang tidak menginginkan Anda bersama dengannya.
  6. Yakini dunia tidak seluas daun kelor dan wanita bukan hanya dia saja. Mungkin ada jodoh lain yang lebih cocok untuk Anda di tempat lain. Perluas pergaulan, sehingga kita bisa mendapatkan isyarat-isyarat cinta yang lebih universal dari lingkungan pergaulan kita yang luas tersebut.
  7. Kalau sudah putus, jangan terlalu berangan-angan untuk rujuk kembali sehingga kita menjadi plin-plan bersikap kepadanya. Keinginan rujuk (nyambung) kembali membuat pikiran kita menjadi sulit melupakannya. Anggap saja Anda sudah putus selama-lamanya dengan dia, sehingga hati Anda tidak selalu ‘bermain-main’ memikirkan dia.
Demikian saran saya. Semoga Anda mampu melupakannya dan mendapatkan jodoh yang sholihah di kemudian hari dengan cara-cara yang Islami.
Salam Berkah!
(Satria Hadi Lubis)

Bagikan

Kamis Pagi Ini, Pesawat Tempur Israel Kembali Serang Gaza


Pesawat tempur Israel menembakkan lima roket ke Jalur Gaza, menyerang tiga sasaran di wilayah pantai tersebut, kata saksi mata dan pejabat keamanan Palestina.
Pesawat F-16 Israel menembakkan dua roket ke sebuah bandara tak terpakai di selatan kota Rafah Jalur Gaza hari Kamis pagi ini (1/7).
Roket-roket dari pesawat F-16 Israel menghantam bandar udara Yasser Arafat di Gaza selatan. Bandara yang sama juga terkena serangan roket Israel pada bulan Februari lalu.
Pesawat tempur Israel lainnya menyerang sasaran basis resmi Hamas di tengah-tengah jalur pantai. Tidak ada laporan korban pada salah satu serangan Israel itu.
Tiga roket lainnya ditembakkan ke sebuah wilayah milik sayap bersenjata Hamas, Brigade Izzuddin Al-Qassam, termasuk terowongan bawah tanah yang digunakan oleh penduduk Gaza untuk membawa komoditas penting yang dilarang oleh pemerintah Israel, kata pihak keamanan Hamas seperti dikutip dpa.
Selama tiga tahun terakhir, Israel telah menewaskan ratusan warga Palestina dalam serangan udara yang menargetkan bangunan sipil dan pemerintahan.(fq/prtv)


Bagikan

Israel Tangkap 4 Pejabat Tinggi Hamas


Polisi Israel telah menangkap seorang pejabat terkemuka Hamas setelah ia gagal untuk meninggalkan kota asalnya, al-Quds (Yerusalem).
Muhammad Abu Tir dan tiga pejabat Hamas lainnya diperintahkan untuk meninggalkan al-Quds pada bulan Juni lalu setelah mereka menolak untuk melepaskan keanggotaan mereka dalam gerakan perlawanan Islam Hamas.
KTP mereka, yang juga izin tinggal mereka, telah dicabut pada bulan Juni, dan mereka diperintahkan untuk meninggalkan al-Quds pada akhir Juli.
"Saya tidak akan rela meninggalkan tempat keluarga saya telah hidup selama 500 tahun," kata Abu Tir pekan lalu.
Abu Tir dan beberapa pejabat Hamas lainnya ditangkap dan ditahan setelah Hamas menahan tentara Israel Gilad Shalit pada tahun 2006. Abu Tir, yang telah menghabiskan hampir 30 tahun di penjara-penjara Israel, dibebaskan dari penjara pada bulan Mei.
Tel Aviv belum mengumumkan di mana empat warga Palestina itu akan diusir.
Israel telah melucuti ribuan KTP dan izin tinggal warga Palestina al-Quds (Yerusalem) sejak Israel menempati bagian timur kota itu pada tahun 1967.
Sebagian besar melihat pengusiran Palestina sebagai bagian dari rencana yahudisasi Israel terhadap kota al-Quds (Yerusalem) dan tempat-tempat suci dalam rangka untuk mengubah demografi kota tersebut. (fq/prtv)

Bagikan

70 Tahanan Palestina Gugur Syahid Akibat Siksaan di Penjara Israel


Ramallah – Infopalestina: Sebuah laporan HAM Palestina mengungkap bahwa ada 70 warga Palestina gugur syahid akibat siksaan Israel di penjara mereka sejak tahun 1967.
Laporan yang dibuat oleh peneliti khusus urusan tahanan Abdun Nasher Farawnah ini menambahkan, puluhan tahanan Palestina meninggal syahid setelah mereka dibebaskan akibat bekas luka siksaan ketika berada di tahanan Israel. Sementara itu, ada ratusan eks tahanan Palestina yang hingga kini masih mengalami penyakit fisik dan psikis dan cacat tetap serta akut akibat siksaan Israel di penjara selama mereka ditahan.
Farawnah mengingatkan bahwa daftar korban tahanan yang meninggal akibat siksaan di penjara Israel bukan berarti tahanan perempuan tidak mengalami siksaan. Banyak sekali saksi dan bukti yang menegaskan adanya siksaan Israel terhadap tahanan wanita, tahanan tua dan tahanan sakit.
Farawna meminta kepada PBB dan lembaga-lembaga dunia lainnya untuk membentuk tim investigasi internasional soal berbagai cara penyiksaan fisik dan psikis di dalam penjara Israel atau yang disahkan oleh Israel secara hukum. Lembaga internasional harus serius menghentikan tindakan Israel dan melarangnya diterapkan di dalam penjara. Selain itu Israel harus ditindak tegas atas pelanggarannya terhadap undang-undang yang terkait dengan penyiksaan tahanan. (bn-bsyr)


Bagikan

Setelah Diusir, Israel Ajukan Aleg Jeruselem ke Pengadilan


Jerusalem (Al-Quds terjajah) – Infopalestina: Pemerintah penjajah Israel memutuskan untuk mengajukan aleg parlemen Palestina dari Jerusalem Muhammad Abu Thaer ke pengadilan Israel siang ini Kamis (1/7) menyusul keputusan pengasingannya yang akan dieksekusi sepekan lagi.
Advokat Abu Thaer Fadi Al-Qawasimi menegaskan seperti dikutip kantor berita Shava, keputusan pengusiran agaknya sudah siap diterapkan dan persidangan kliennya hari ini sudah segera digelar.
Ia menegaskan bahwa ancaman terhadap Abu Thaer masih dialami juga terhadap mantan menteri Al-Quds di pemerintah Palestina Khalid Abu Arafah. Sementara aleg Athwan menunggu eksekusi pengusiran setelah besok Sabtu.
Pasukan Israel menangkap aleg Abu Thaer di gerbang Showar Bahir di kota Al-Quds kemarin Rabu dan dibawah ke tahanan Maskobiah.
Pemerintah penjajah Israel memutuskan untuk mengusir tiga aleg Palestina dan satu mantan menteri urusan Al-Quds karena dianggap terlibat dalam pemilihan umum legislative terakhir dengan mewakili partai Hamas.
Israel menerapkan politik yahudisasi, penyitaan, pengusiran warga, pengasingan dan sabotase kartu warga Al-Quds untuk memulai mengubah kota Al-Quds menjadi kota yahudi murni. (bn-bsyr)


Bagikan

Pagi Hari : Antara Tidur Dan Dzikir

Pagi Hari : Antara Tidur Dan Dzikir
Oleh
Ustadz Ashim bin Musthofa



Pagi hari, tatkala udara masih terasa dingin, menggoda seseorang untuk tetap berdiam di atas ranjang, meski adzan Subuh sudah berkumandang. Atau usai mengerjakan shalat Subuh, seolah betapa nikmat melanjutkan tidur atau bermalas-malasan. Padahal ada satu aktifitas yang semestinya dilakukan seorang muslim pada pagi hari. Yaitu Rasulullah n mengajarkan, agar kita berdzikir pada waktu pagi hari, bukan justru melanjutkan tidur.

Tidur pagi (setelah subuh) bukanlah kebiasaan yang baik. Orang-orang yang dikenal “menyukai” kasur hanyalah para bayi dan orang-orang sakit, serta para pengangguran. Untuk kelompok pertama dan kedua, tidur mereka lantaran karena kondisi. Sementara untuk golongan ketiga, karena tuntutan “profesi” yang dampaknya memupuk kemalasan.

Namun adakalanya, orang yang tidak termasuk dalam golongan di atas, menggandrungi ranjang sehabis shalat Subuh. Bahkan seolah-olah menjadi kurikulum tetap yang tidak bisa diganggu gugat. Oleh karenanya, tulisan ini ingin menggugah semangat kita untuk memulai aktifitas sedini mungkin, di pagi hari yang berudara segar.

TIDUR PAGI BUKAN KEBIASAAN PARA SALAF
Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya, dari Abu Wa’il Syafiq bin Salamah al Asadi, ia berkata:

Suatu hari, usai kami shalat Shubuh, kami pergi menemui 'Abdullah bin Mas'ud. Kami mengucapkan salam di sisi pintu. Kami diizinkan masuk. Namun kami putuskan untuk menunggu sejenak (di luar).

Seorang budak berkata: "Tidakkah kalian masuk saja?"
Kami masuk, dan ia (Ibnu Mas'ud) sedang duduk bertasbih.
Dia bertanya: "Apa yang menghalangi kalian masuk, padahal sudah dipersilahkan?"

“Tidak apa-apa. Hanya saja kami mengira masih ada anggota keluarga yang masih tidur (sehingga kami tidak langsung masuk ke dalam)," jawab kami.

Ibnu Mas'ud berkata: "Kalian mengira keluarga Ibnu Ummu Abd (maksudnya ia sendiri) adalah orang-orang yang lalai?"

Ia meneruskan untuk bertasbih, sampai tatkala mengira matahari telah terbit, ia memanggil budaknya dengan bertanya: "Lihatlah, apakah sudah terbit?"

Budak itu melihatnya, tetapi belum terbit. Maka ia (Ibnu Mas’ud) meneruskan tasbihnya. Sampai ketika mengira matahari telah terbit, maka ia memerintahkan budak perempuannya: "Wahai, budak. Tolong lihat, apakah sudah terbit?"

Ia (budak itu) melihat, dan ternyata matahari sudah terbit. Maka Ibnu Mas'ud Radhiyallahu 'anhun berkata:

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَقَالَنَا يَوْمَنَا هَذَا وَلَمْ يُهْلِكْنَا بِذُنُوبِنَا

“Segala puji bagi Allah yang telah membebaskan hari kami ini, tidak membinasakan kami dengan dosa-dosa kami".[1]

Syaikh ‘Abdur Razzaq Al Badr berkata,”Dialog dalam atsar di atas mencerminkan gambaran secara jelas tentang kehidupan yang penuh dengan vitalitas dan tekad tinggi untuk mengoptimalkan waktu pagi hari di kalangan para salafush shalih t , terutama para sahabat lantaran kedalaman ilmu din, sehingga mereka memberikan segala sesuatu pada tempatnya masing-masing.”[2]

Ketika Abu Wa’il dan kawan-kawannya datang kepada Ibnu Mas’ud, saat itu adalah waktu-waktu yang penuh berkah lagi berharga. Yaitu waktu untuk tekun dan melakukan dzikir kepada Allah, dan meningkatkan semangat menambah kebaikan. Hanya saja, tidak sedikit orang yang kurang memperhatikan. Waktu yang sangat berharga itu menjadi sia-sia, dilewatkan dengan tidur, bermalas-malasan dan patah semangat, atau disibukkan dengan perkara-perkara yang kurang bermanfaat. Apalagi jika mengawalinya dengan kegiatan yang diharamkan. Wal iyadzu billah!

Pagi hari laksana masa muda yang penuh dengan vitalitas, dan sore hari ibarat masa tua yang hanya menyisakan tubuh tanpa daya. Barangsiapa yang terbiasa dengan sesuatu kebiasaan pada masa mudanya, niscaya ia terbiasa mengerjakannya pada masa tuanya. Demikianlah, aktifitas seseorang pada pagi harinya akan mempengaruhi semangat kerja sepanjang harinya. Jika ia memulai dengan tekun, maka akan menyelesaikan harinya dengan penuh ketekunan. Jika mengawalinya dengan kemalasan, maka itulah yang akan dominan. Barangsiapa mampu mengendalikan hari, yaitu awalnya, niscaya seluruh harinya akan selamat dengan izin Allah. Dia akan ditolong untuk dapat mengerjakan kebaikan dan keberkahan. Ini seperti pepatah “harimu bagaikan ontamu, apabila yang pertama dapat engkau taklukkan, niscaya onta-onta di belakangnya akan mengikutimu”. Makna pepatah ini sejalan dengan pernyataan Ibnu Mas'ud Radhiyallahu a'nhu : "Segala puji bagi Allah yang telah membebaskan hari kami ini, tidak membinasakan kami dengan dosa-dosa kami".

TIDUR PAGI, BERBAHAYA!
Ibnul Qayyim berkata: "Di antara perkara yang dibenci di kalangan para salaf, yaitu tidur antara usai shalat Shubuh dan terbitnya matahari. Sebab, waktu-waktu itu adalah saat keberuntungan. Aktifitas yang dikerjakan pada waktu-waktu tersebut memiliki nilai istimewa. Bahkan kalau orang-orang telah berjalan semalam suntuk, mereka tidak diperbolehkan untuk beristirahat pada waktu tersebut sampai matahari terbit. Saat itu adalah permulaan hari dan kuncinya, waktu turunnya rejeki dan terjadinya pembagian rejeki dan barokah. Selain itu, (terhitung) saat itulah pergerakan hari bermula. Keadaan seluruhnya tergantung pada bagiannya. Maka seharusnya (kalau harus tidur), maka itu adalah tidur yang sifatnya darurat".[3]

Telah diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, ia melihat seorang anaknya tidur pada waktu pagi. Maka ia berkata,”Bangun, engkau tidur saat rejeki dibagi-bagikan".[4]

Ibnul Qayyim mengingatkan kita: "Tidur pada pagi hari menghalangi datangnya rejeki. Sebab waktu pagi adalah saat pencarian rejeki oleh para makhluk. Pagi adalah waktu pembagian rejeki. Maka tidur pada waktu tersebut, akan menjadi penghambat menerima rejeki, kecuali karena alasan tertentu, atau kondisi darurat. (Tidur pagi hari) sangat berbahaya bagi jasmani, karena membuat malas badan dan merusak metabolisme yang diolah oleh tubuh. Akibatnya, (dapat) menyebabkan kegoncangan, kegelapan dan kelemahan fisik. Kalau itu terjadi sebelum buang air besar, bergerak dan olah raga serta menyibukkan lambung dengan sesuatu, maka itu merupakan penyakit berbahaya yang akan melahirkan berbagai penyakit”.[5]

KEKUATAN DZIKIR PAGI HARI
Shalat Subuh menjadi kegiatan fardhu pertama bagi seorang muslim setiap harinya. Hikmahnya pun banyak. Hal ini bisa dirasakan oleh setiap muslimin yang tidak melewatkan ibadah pembuka ini secara berjamaah di masjid.

Ditambah lagi dengan ibadah sunnah yang mengiringinya, seperti dzikir pagi yang dianjurkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Mengingatkan seseorang untuk senantiasa duduk tepekur mengingat Yang Maha Kuasa. Wirid-wirid dalam dzikir pagi tersebut mencakup berbagai makna agung. Di antaranya, pengakuan hamba sebagai makhluk yang lemah, pengakuan keesaan Allah ketika kita beribadah, penyerahan diri secara total kepada Allah, permohonan perlindungan kepada Allah dari segala bahaya. Ungkapan-ungkapan yang apabila diketahui dan dihayati, akan melahirkan keyakinan, optimisme dan meningkatkan semangat mengais kebaikan pada pagi itu. Ringkasnya, menekuni dzikir pada pagi hari akan melahirkan kekuatan dan semangat dalam menjalani aktifitas harian.

Ibnul Qayyim menceritakan,”Suatu kali, aku pernah menjumpai Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah usai melaksanakan shalat Shubuh. Dia duduk sambil terus melantunkan dzikir kepada Allah Ta'ala sampai separo siang. Kemudian ia menoleh kepadaku, seraya berkata,’Inilah aktifitas pagiku. Jika aku tidak mengamalkannya, kekuatanku jatuh, atau pernyataan yang hampir serupa dengan itu’."[6]

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berdoa memohon keberkahan bagi umatnya pada waktu pagi.

عَنْ صَخْرٍ الْغَامِدِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لِأُمَّتِي فِي بُكُورِهَا قَالَ وَكَانَ إِذَا بَعَثَ سَرِيَّةً أَوْ جَيْشًا بَعَثَهُمْ أَوَّلَ النَّهَارِ وَكَانَ صَخْرٌ رَجُلًا تَاجِرًا وَكَانَ إِذَا بَعَثَ تِجَارَةً بَعَثَهُمْ أَوَّلَ النَّهَارِ فَأَثْرَى وَكَثُرَ مَالُهُ

"Dari Shakhr bin Wada'ah al Ghamidi, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berdoa: "Ya, Allah! Berkahilah umatku pada pagi harinya". Jika mengirim pasukan ekspedisi atau pasukan perangnya, beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam mengutus mereka di pagi hari. Dan Shakhr adalah seorang pedagang. Maka ia mengirim dagangannya pada pagi hari. Dia menjadi kaya dan hartanya melimpah".

Dari uraian tersebut di atas, maka pantaslah bagi kita untuk memperhatikan, agar kita bisa memanfaatkan waktu pagi hari dengan dzikir, sehingga mampu meningkatkan produktifas. Tidak terbuai dengan tidur yang melalaikan dan menjauhkan dari rahmat Allah Subhanahu wa Ta'ala .

Diriwayatkan dari 'Abdullah bin Amr bin al 'Ash Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: "Tidur ada tiga macam. Tidur orang rusak, tidur orang berakhlak, dan tidur orang dungu. Adapun tidur orang yang rusak kepribadiannya adalah tidur pada waktu dhuha, saat orang-orang menyelesaikan urusan-urusan mereka, sementara ia terlelap dalam tidurnya. Tidur orang yang bermoral, adalah tidur qailulah ketika pertengahan hari. Dan tidur orang yang pandir adalah tidur ketika waktu shalat datang".[7]

Semoga Allah memberikan taufik kepada kita, sehingga mampu merengkuh setiap kebajikan dan mengikuti manhaj Salafus Shalih dan pengamalan mereka. Wabilahit Taufiq. (mas)

[Diangkat dari kitab Fiqhul Ad'iyah wal Adzkar, Dr. Abdur Razaq bin Abdul Muhsin al Badr, Cetakan I, Tahun 1423, Kuwait]

[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun IX/1426H/2005M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Alamat Jl. Solo-Puwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183]
________
Footnote.
[1]. Shahih Muslim (1/564).
[2]. Fiqhul Ad'iyah wal Adzkar (3/45).
[3]. Madariju as Salikin (1/308).
[4]. Atsar ini disebutkan oleh Ibnul Qayyim di dalam Zadul Ma'ad (4/241).
[5]. Zadul Ma'ad (4/242).
[6]. Al Wabil Ash Shayyib hlm. 85-86.
[7]. Diriwayatkan oleh Al Baihagi dalam Asy Syu'ab (4/182). Ibnu Al Muflih membawakannya dalam Al Adab Asy Syar'iyyah (3/162). 

Bagikan

Murahnya Paha Perempuan

Murahnya Paha Perempuan
Saya tidak bermaksud mengarahkan anda untuk berpikiran negatif atau porno ketika membaca judul di atas. Tapi itulah yang terjadi sekarang, terutama di kota-kota besar di Indonesia.
Saya tidak tahu mengapa fenomena ini terjadi di masyarakat kita yang mayoritas penduduknya Muslim.
Lebih mahal paha ayam dari pada paha perempuan?
Anda bandingkan bila anda menginginkan paha ayam. Anda harus ke pasar dahulu, atau ke tukang sayur dan mengeluarkan duit paling kurang 24 ribu rupiah untuk membawanya pulang ke rumah. Kemudian anda sembelih ayam itu, trus anda masukkan ayam yang sudah di sembelih tadi di dalam baskom berisi air mendidih, tujuannya adalah untuk memudahkan anda mencabut bulu-bulu yang ada di tubuh si ayam. Barulah anda menemukan paha ayam disitu.
Sekarang coba kita lihat ketika kita berangkat ke kantor, baik menggunakan kendaraan bermotor maupun mobil. Di kiri, kanan, depan dan belakang kita. Masya Allah, begitu mudah kita jumpai paha-paha perempuan, walau tidak menggunakan rok span, tetapi menggunakan celana pendek yang mempertontonkan pahanya yang kadang mulus, kadang juga tidak mulus. Saya tidak sedang mengajak anda berpikiran mesum atau jorok. Tetapi lihatlah, aurat perempuan benar-benar tidak ada harganya lagi. Dimanakah letak kehormatan wanita atau perempuan semacam itu?
Apakah mereka bangga mempertontonkan bagian auratnya itu kepada laki-laki ajnabi (laki-laki yang bukan mahrom)? Apakah mereka tidak malu? Entahlah, yang jelas, menurut saya yang sok alim ini, hal seperti ini jelas-jelas sangat mengganggu saya, karena apa? Hal itu sangat merusak pikiran laki-laki, terutama yang sudah beristri.
Saya pernah mendengar salah satu hadits nabi bahwasannya kenikmatan ibadah akan tercabut manakala kita memandang aurat wanita yang bukan muhrim dengan sengaja.
Ini menjadi kerisauan kita bersama, bagaimana membentuk suasana Islam di negeri yang mayoritas Islam ini. Menyempurnakan aurat wanita, sehingga mereka berharga, bukan hanya di mata manusia tetapi di mata Allah SWT.
Menurut saya, wanita yang mengumbar auratnya adalah sangat hina di mata manusia. Bahkan para lelaki akan berpikir bahwa wanita seperti itu adalah wanita gampangan, gampang di pake dan di buang dan sebagainya, na'udzubillah min dzaalik.
Maka dari itu saya pesankan kepada pembaca sekalian untuk serius dalam mengingatkan keluarganya dalam masalah aurat ini, karena besok di akhirat mayoritas wanita masuk neraka adalah karena tidak menutup aurat secara sempurnya.
Saya berdo'a kepada Allah moga-moga keluarga saya di berikan kekuatan untuk menjaga kehormatan keluarga dan yang terutama wanita kita, yang sesungguhnya memiliki kedudukan amat mulia di sisi Allah SWT.


Bagikan

4 renungan…

Assalamu’alaykum wr wb
* semoga berguna *
———————-
4 Skenario
Skenario 1
Andaikan kita sedang naik di dalam sebuah kereta ekonomi.
Karena tidak mendapatkan tempat duduk, kita berdiri di dalam gerbong
tersebut.
Suasana cukup ramai namun masih ada tempat bagi kita untuk
menggoyang-goyangkan kaki.
Kita tidak menyadari handphone kita terjatuh.
Ada orang yang melihatnya, memungutnya dan langsung mengembalikannya kepada
kita.
“Pak, handphone bapak barusan jatuh nih,” kata orang tersebut seraya
memberikan handphone milik kita.
Apa yang akan kita lakukan kepada orang tersebut?
Mungkin kita akan mengucapkan terima kasih dan berlalu begitu saja.
Skenario 2
Sekarang kita beralih kepada skenario kedua.
Handphone kita terjatuh dan ada orang yang melihatnya dan memungutnya.
Orang itu tahu handphone itu milik kita tetapi tidak langsung memberikannya
kepada kita.
Hingga tiba saatnya kita akan turun dari kereta, kita baru menyadari
handphone kita hilang.
Sesaat sebelum kita turun dari kereta, orang itu ngembalikan handphone kita
sambil berkata,
“Pak, handphone bapak barusan jatuh nih.”
Apa yang akan kita lakukan kepada orang tersebut?
Mungkin kita akan mengucapkan terima kasih juga kepada orang tersebut.
Rasa terima kasih yang kita berikan akan lebih besar daripada rasa terima
kasih yang kita berikan pada orang di skenario pertama (orang yang langsung
memberikan handphone itu kepada kita).
Setelah itu mungkin kita akan langsung turun dari kereta.
Skenario 3
Marilah kita beralih kepada skenario ketiga.
Pada skenario ini, kita tidak sadar handphone kita terjatuh, hingga kita
menyadari handphone kita tidak ada di kantong kita saat kita sudah turun
dari kereta.
Kita pun panik dan segera menelepon ke nomor handphone kita, berharap ada
orang baik yang menemukan handphone kita dan bersedia mengembalikannya
kepada kita.
Orang yang sejak tadi menemukan handphone kita (namun tidak memberikannya
kepada kita) menjawab telepon kita.
“Halo, selamat siang, Pak.
Saya pemilik handphone yang ada pada bapak sekarang,” kita mencoba bicara
kepada orang yang sangat kita harapkan berbaik hati mengembalikan handphone
itu kembali kepada kita.
Orang yang menemukan handphone kita berkata,
“Oh, ini handphone bapak ya.
Oke deh, nanti saya akan turun di stasiun berikut.
Biar bapak ambil di sana nanti ya.”
Dengan sedikit rasa lega dan penuh harapan, kita pun pergi ke stasiun
berikut dan menemui “orang baik” tersebut.
Orang itu pun memberikan handphone kita yang telah hilang.
Apa yang akan kita lakukan pada orang tersebut?
Satu hal yang pasti, kita akan mengucapkan terima kasih, dan sepertinya akan
lebih besar daripada rasa terima kasih kita pada skenario kedua bukan?
Bukan tidak mungkin kali ini kita akan memberikan hadiah kecil kepada orang
yang menemukan handphone kita tersebut.
Skenario 4
Terakhir, mari kita perhatikan skenario keempat.
Pada skenario ini, kita tidak sadar handphone kita terjatuh, kita turun dari
kereta dan menyadari bahwa handphone kita telah hilang, kita mencoba
menelepon tetapi tidak ada yang mengangkat.
Sampai akhirnya kita tiba di rumah.
Malam harinya, kita mencoba mengirimkan SMS :
“Bapak / Ibu yang budiman.
Saya adalah pemilik handphone yang ada pada bapak / ibu sekarang.
Saya sangat mengharapkan kebaikan hati bapak / ibu untuk dapat mengembalikan
handphone itu kepada saya.
Saya akan memberikan imbalan sepantasnya. “
SMS pun dikirim dan tidak ada balasan.
Kita sudah putus asa.
Kita kembali mengingat betapa banyaknya data penting yang ada di dalam
handphone kita.
Ada begitu banyak nomor telepon teman kita yang ikut hilang bersamanya.
Hingga akhirnya beberapa hari kemudian, orang yang menemukan handphone kita
menjawab SMS kita, dan mengajak ketemuan untuk mengembalikan handphone
tersebut.
Bagaimana kira-kira perasaan kita?
Tentunya kita akan sangat senang dan segera pergi ke tempat yang diberikan
oleh orang itu.
Kita pun sampai di sana dan orang itu mengembalikan handphone kita.
Apa yang akan kita berikan kepada orang tersebut?
Kita pasti akan mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepadanya, dan
mungkin kita akan memberikannya hadiah (yang kemungkinan besar lebih
berharga dibandingkan hadiah yang mungkin kita berikan di skenario ketiga).
Moral
Apa yang kita dapatkan dari empat skenario cerita di atas?
Pada keempat skenario tersebut, kita sama-sama kehilangan handphone, dan ada
orang yang menemukannya.
Orang pertama menemukannya dan langsung mengembalikannya kepada kita.
Kita berikan dia ucapan terima kasih.
Orang kedua menemukannya dan memberikan kepada kita sesaat sebelum kita
turun dari kereta.
Kita berikan dia ucapan terima kasih yang lebih besar.
Orang ketiga menemukannya dan memberikan kepada kita setelah kita turun dari
kereta.
Kita berikan dia ucapan terima kasih ditambah dengan sedikit hadiah.
Orang keempat menemukannya, menyimpannya selama beberapa hari, setelah itu
baru mengembalikannya kepada kita.
Kita berikan dia ucapan terima kasih ditambah hadiah yang lebih besar.
Ada sebuah hal yang aneh di sini.
Cobalah pikirkan, di antara keempat orang di atas, siapakah yang paling
baik?
Tentunya orang yang menemukannya dan langsung memberikannya kepada kita,
bukan?
Dia adalah orang pada skenario pertama.
Namun ironisnya, dialah yang mendapatkan reward paling sedikit di antara
empat orang di atas.
Manakah orang yang paling tidak baik?
Tentunya orang pada skenario keempat, karena dia telah membuat kita menunggu
beberapa hari dan mungkin saja memanfaatkan handphone kita tersebut selama
itu.
Namun, ternyata dia adalah orang yang akan kita berikan reward paling besar.
Apa yang sebenarnya terjadi di sini?
Kita memberikan reward kepada keempat orang tersebut secara tulus, tetapi
orang yang seharusnya lebih baik dan lebih pantas mendapatkan banyak, kita
berikan lebih sedikit.
OK, kenapa bisa begitu?
Ini karena rasa kehilangan yang kita alami semakin bertambah di setiap
skenario.
Pada skenario pertama, kita belum berasa kehilangan karena kita belum sadar
handphone kita jatuh, dan kita telah mendapatkannya kembali.
Pada skenario kedua, kita juga belum merasakan kehilangan karena saat itu
kita belum sadar, tetapi kita membayangkan rasa kehilangan yang mungkin akan
kita alami seandainya saat itu kita sudah turun dari kereta.
Pada skenario ketiga, kita sempat merasakan kehilangan, namun tidak lama
kita mendapatkan kelegaan dan harapan kita akan mendapatkan handphone kita
kembali.
Pada skenario keempat, kita sangat merasakan kehilangan itu.
Kita mungkin berpikir untuk memberikan sesuatu yang besar kepada orang yang
menemukan handphone kita, asalkan handphone itu bisa kembali kepada kita.
Rasa kehilangan yang bertambah menyebabkan kita semakin menghargai handphone
yang kita miliki.
Saat ini, adakah sesuatu yang kurang kita syukuri?
Apakah itu berupa rumah, handphone, teman-teman, kesempatan berkuliah,
kesempatan bekerja, atau suatu hal lain.
Namun, apakah yang akan terjadi apabila segalanya hilang dari genggaman
kita.
Kita pasti akan merasakan kehilangan yang luar biasa.
Saat itulah, kita baru dapat mensyukuri segala sesuatu yang telah hilang
tersebut.
Namun, apakah kita perlu merasakan kehilangan itu agar kita dapat bersyukur?
Sebaiknya tidak.
Syukurilah segala yang kita miliki, termasuk hidup kita, selagi itu masih
ada.
Jangan sampai kita menyesali karena tidak bersyukur ketika itu telah lenyap
dari diri kita.
Jangan pernah mengeluh dengan segala hal yang belum diperoleh.
Bahagialah dengan segala hal yang telah diperoleh.
Sesungguhnya, hidup ini berisikan banyak kebahagiaan.
Bila kita mampu memandang dari sudut yang benar.
***

Bagikan