Latest Updates

Yusus Burke, Karena Bagi Saya Islam adalah Agama yang Logis

Setelah menyelesaikan kuliahnya di jurusan teknik, Yusuf Burke bekerja sebagai teknisi lapangan di General Electric, salah satu perusahaan internasional yang bergerak di sektor kelistrikan. Burke sering dikirim ke berbagai negara untuk mengurus pembangunan pusat pembangkit listrik sesuai bidang pekerjaannya. Tahun 1994, Burke ditugaskan ke Indonesia, negara mayoritas berpenduduk Muslim pertama yang ia kunjungi. Burke terkesan dengan keramahtamahan masyarakat Indonesia, dan di Indonesia-lah Burke tertarik mendalami agama Islam, hingga ia membulatkan tekad untuk bersyahadat pada tahun 1996.
Burke sebenarnya sudah punya bekal pengetahuan tentang Islam. Ketika masih kuliah, lelaki yang dibesarkan di New York dan berasal dari keluarga penganut Katolik ini, pernah belajar tentang beragam budaya, termasuk beragam agama. Dari situlah ia memahami sedikit dasar-dasar ajaran dalam Islam.
“Saya pikir, yang membawa saya pada Islam, karena Islam buat saya agama yang sangat logis. Sebagai insinyur teknik, saya menghargai hal-hal yang bersifat logis. Saya benar-benar merasakanya dari diskusi saya tentang Islam, dan pengalaman hidup di tengah komunitas Muslim. Saya merasakan persaudaraan di antara mereka dan hal itu membuat saya sangat terkesan,” ujar Burke.
Ketika bertugas di Australia dan Malaysia, Burke mengambil kursus agama Islam. Dari orang-orang yang berbeda dan dari cara mereka menyampaikan ajaran tentang Islam, Burke meyakini bahwa Islam adalah jalan yang benar.
Keputusan Burke menjadi seorang muslim, membuat semua keluarganya terkejut. “Tapi saya pikir mereka memahami keputusan saya. Mereka orang-orang yang berpikiran terbuka, dan saya kira mereka menghormarti semua orang, terutama mereka yang menganut agama monoteis,” papar Burke.
Meski demikian, Burke tetap merasa perlu memberikan penjelasan mengapa ia memilih Islam, dan ia berharap penjelasan itu sekaligus bisa menghapus pandangan yang salah tentang Islam di AS. Akhirnya keluarga Burke mendukung penuh keislamannya.
Sekarang, Burke aktif sebagai salah satu direktur di Council on American Islamic Relationsh (CAIR) salah satu organisasi advokasi muslim terbesar di AS.
Burke mengungkapkan, selain memberikan advokasi dan meluruskan pandangan yang salah tentang Islam di AS, CAIR membantu komunitas Muslim di AS untuk berintegrasi dan berbaur dengan berbagai lapisan masyarakat di AS.
“Banyak masyarakat AS yang tidak memahami bagaimana Islam memandang suatu persoalan dan bagaimana Muslim memberikan penilaian terhadap berbagai topik dan isu yang muncul di tengah masyarakat AS. Kami ingin membawa sentuhan Islam di Amerika. Jadi, masalah hak dan kebebasan sipil menjadi prioritas kami. Kami membantu setiap muslim yang mengalami perlakuan diskriminatif hanya karena mereka seorang muslim, baik di tempat kerja atau lembaga pemerintahan. Saat ini, ada beberapa kasus yang sedang kami tangani,” jelas Burke tentang CAIR.
Ia mengungkapkan, hukum AS yang menjamin kebebasan beragama dan menunaikan ibadah sesuai keyakinan masing-masing menjadi salah satu daya tarik tinggal di negara AS. Tapi kadang banyak orang yang belum memahami hukum itu, misalnya di tempat kerja, perusahaan harus mengakomodasi kebutuhan karyawannya yang muslim, mulai dari hak mengenakan jilbab, waktu salat dan tempat salat.
Jilbab masih sering menjadi persoalan di AS, terutama jika berkaitan dengan aturan pakaian seragam dengan beragam dalih, termasuk dalih keamanan kerja. “Mereka harus diberi pengertian bahwa jilbab merupakan mandat bagi kaum perempuan dalam Islam, dan jilbab sama sekali tidak membahayakan dan selayaknya diizinkan digunakan di tempat kerja,” tukas Burke.
Dalam beberapa kasus, tambah Burke, organisasinya berhasil memberikan edukasi dan pemahaman jilbab, dan kewajiban-kewajiban lainnya yang harus dijalankan seornag muslim. Tapi ada juga beberapa kasus yang terpaksa harus menempuh jalur hukum, meski jumlahnya tidak banyak.
Lebih lanjut Burke mengatakan, kasus-kasus yang terjadi kebanyakan karena ketidakpahaman banyak orang tentang Islam, sehingga mereka tidak mengetahui apa tanggung jawab yang harus mereka emban terhadap komunitas muslim seperti yang diamanahkan undang-undang yang berlaku di AS. Di sisi lain, Burke juga berusaha untuk memberikan pengertian pada komunitas Muslim agar mereka mau berbaur dan aktif dalam pemerintahan.
“Komunitas Muslim harus tahu siapa wakil-wakil mereka di pemerintahan, memahami berbagai isu yang berkembang di tengan masyarakat, dan memberikan hak suaranya dalam pemilu,” ujar Burke.
Meski komunitas Muslim menghadapi tantangan yang berat, dan menuntut mereka untuk berjuang ekstra keras, Yusuf Burke melihat masa depan yang cerah bagi komunitas Muslim di AS.
“Sepanjang kita tetap memegang teguh prinsip-prinsip yang kita yakini, dan menunjukkan diri sebagai seorang muslim yang baik, saya sungguh yakin, komunitas Muslim di AS memiliki masa depan yang cerah,” tandas Burke.


Artikel : hikayahhati.blogspot.com

1 Response to "Yusus Burke, Karena Bagi Saya Islam adalah Agama yang Logis"