Latest Updates

Kalau Saya Berpikir Bisa, Maka Saya Bisa

Kalau saya berpikir bisa, maka saya akan bisa melakukannya. Itulah kalimat pemotivasi untuk terus berpikir positif terhadap kemampuan yang saya punya. Saat ini saya kuliah sebagai mahasiswa Teknik Kimia, Universitas Sriwijaya. Selain itu juga mengikuti berbagai kegiatan di kampus terutama di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). 

Alhamdulillah dengan segala kesibukan yang ada, sebagai anak pertama, masih bisa bantu ayah dan ibu walaupun cuma sekedar belanja ke pasar. Ayah  berkerja sebagai sopir pick up untuk mengangkut barang dan ibu ikut jualan makanan untuk sarapan pagi dan menjual gorengan di waktu sore. Dengan kondisi seperti ini, mau tak mau saya dan keempat adik saya, tak mungkin hanya berdiam diri. Kami berlima punya tugas masing-masing. Dari belanja keperluan jualan dan makan, cuci piring, beres-beres  rumah, masak, dan lain-lain. Masing-masing punya tanggung jawab di rumah.

Kami berlima tidak diminta untuk mencari uang tambahan di luar belajar,  tapi juga tidak dilarang kalaupun harus bekerja. Asal tidak mengganggu waktu belajar. Saya ingat ucapan ayah, "Keputusan ada pada kalian masing-masing. Tapi, kalau bisa difokuskan sama belajar dulu saja."

Penghasilan orangtua boleh dibilang cukup. Namun, karena ketiga adik bersekolah di swasta, maka biayanya lumayan besar. Tahun ini saja ada dua yang kelulusan. Satu dari SMP mau ke SMA, satunya lagi dari SMA mau ke perguruan tinggi. Mungkin akan mengeluarkan biaya yang cukup besar kalau keduanya melanjutkan. Maka, ketika adik ngomong ke saya, "Mungkin aku kerjo dulu kak, cak setahunla. Kalo lah terkumpul uangnya, baru aku kuliah dengan uang ku sendiri. Aku dak gala ngerepoti ayah samo ibu lagi."

Mendengarnya terkadang saya malu sendiri. Makanya, sudah dua tahun belakangan ini saya tidak terlalu meminta uang lebih, kecuali sangat mendesak. Saya bilang sama ayah dan ibu, "Kasih uangnya setengah saja. Insya Allah, Hendra masih punya simpanan".

Saya juga mendapatkan beasiswa dari kampus. Ditambah lagi menjadi asisten laboratorium kampus.  Dulu pernah sempat mengajar, tapi tidak bertahan lama. Cita-cita saya terhadap orangtua, pengen sekali memberangkatkan mereka naik haji. Karena itu saya berusaha.
Untuk menambah pengetahuan, biasanya saya rutin membaca buku setengah jam sebelum tidur, buku apa saja asal bermanfaat. 

Kenal DSIM dari kakak tingkat saya. Beliau menyarankan untuk mencoba ikut. Alhamdulillah setelah beberapa hari dari wawancara, saya dinyatakan lulus untuk mendapatkan beastudi. Dari uang disanalah saya bisa bantu adik-adik, membayarkan SPP sekolah mereka.  Jika ada lebih maka uang itu ditabung, kalau-kalau ada keperluan lain. Tujuh tanggungan (ditambah satu keponakan) ayah, membuat saya terus berpikir mencari cara melengkapi kebutuhan kampus.

Karena itu, kadang saya merasa sedih melihat euphoria adik-adik ketika lulus sekarang. Kebanyakan dari mereka yang baru dinyatakan lulus SMA bersuka cita, padahal masih panjang perjalanan mereka dalam mengejar ilmu. Harusnya mereka harap-harap cemas pada kehidupan mereka ke depan. Mungkin pendidikan harus segera diperbaiki. Kalo dilihat pelajar sekarang hanya bisa menerima. Mereka tidak berusaha menumbuhkan kreativitas mereka dalam belajar. Apalagi tidak ada yang memotivasi atau menyemangatinya dalam berkreativitas. Walaupun tidak semua siswa.

Saat ini saya masih mendapatkan beastudi dari DSIM, tapi ke depan dengan ilmu yang saya punya, dan harapan mendapatkan pekerjaan yang terbaik. Insya Allah, saya akan menjadi donatur pula, membantu mereka untuk medapatkan pendidikan dan ilmu yang terbaik, amin. (Nurbaiti

0 Response to "Kalau Saya Berpikir Bisa, Maka Saya Bisa"

Post a Comment