Latest Updates

Saya Percaya Dengan Kekuatan Sedekah

Masa lalu saya cukup gelap. Dulu, waktu saya masih menarik becak, kehidupan saya tidak seperti ini. Mabuk, main kartu hingga perilaku negatif lainnya, menjadi hal biasa bagi saya. Profesi menarik becak ini saya geluti sejak tahun 2005. Hidup saya mulai berubah setelah saya diajak ikut dalam pembukaan pengajian abang penarik becak yang diadakan oleh Divisi Madrasah Ummat (MU) DSIM dan Baperohis Telkom. Saat itu tahun 2003. Yang mengajak dan sekaligus menjadi pembimbing kami adalah Ustadz Umar Said (sekarang ketua FUI Palembang). Dari beliaulah saya banyak mendapat pencerahan. 

Alhamdulillah, saya bisa membaca Al Quran dengan lancar. Padahal, jujur saja sebelumnya saya buta sama sekali dengan ilmu agama. Dan di tahun kedua, saya dipercaya menjadi pembimbing teman-teman membaca Al Quran di kelompok saya. Uniknya, di dalam pengajian ini, selain kami dibimbing secara spiritual, kami juga mendapat semacam uang pengganti waktu. Yakni uang pengganti karena tidak menarik becak selama pengajian. Apalagi kelompok kami semuanya berprofesi menarik becak. Uang ini saya terima sampai dengan tahun 2006.

Di akhir tahun 2005, saya diberi bantuan untuk membuka usaha. Saya senang sekali waktu itu. Dengan bimbingan dan konsultasi dari pihak DSIM, saya memutuskan untuk membuka gerobak dagangan makanan dan minuman ringan di kawasan selama ini saya mangkal. Kebetulan rumah saya, tidak jauh. Akhirnya saya pilihlah es cendol sebagai dagangan. Alhamdulillah, sampai saat ini jualan es cendol saya masih bertahan.

Sekarang saya bersama istri yang ikut membantu berjualan, menambah jenis dagangan dengan menu sop buah. Sejak membuka usaha es cendol inilah, kondisi ekonomi saya mulai berubah. Walaupun sudah membuka usaha es cendol, saya tetap menarik becak. Dari hari Senin sampai Jumat, istri saya yang berjualan. Sedang di hari Sabtu dan Ahad, saya tidak narik tapi menemani istri berjualan. Dari usaha ini, alhamdulillah saya bisa membeli motor. Saya pun beralih menjadi pengojek.
Sedang becak saya, saya pinjamkan kepada seorang kenalan. Yang saat ini masih  hidup prihatin. Saya hanya ingin membiasakan diri dan keluarga untuk selalu saling berbagi. Begitu yang saya dengar dari tausiah motivasi Ustadz Yusuf Mansyur. Sedikit uang yang didapat tanpa kita bisa berbagi rezeki dengan orang yang berhak, maka harta yang kita dapatkan itu niscaya tidak ada nilai keberkahannya.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Saya yakin dengan kedahsyatan berinfak. Penghasilan saya memang belum memenuhi nishab zakat. Tapi, kalau saya ingin menunggu sampai memeuhi kriteria seorang muzzaki, mungkin entah kapan saya bisa berbagi rezeki dengan yang lain.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tentang kedahsyatan berinfak ini sendiri saya pernah mengalaminya. Yang pertama di awal tahun 2006. Saat itu oleh doker saya divonis oleh dokter mengidap kanker dan diharuskan melakukan operasi karena kondisinya sudah lumayan parah. Padahal saat itu saya dalam keadaan tidak mempunyai cukup uang. Di tangan cuma ada Rp 75.000 sedangkan biaya operasi ditaksir sekitar Rp 5.000.000.

Saya memasrahkan masalah ini kepada Allah swt. Saya memohon kemudahan dan jalan keluar dari permasalahan ini. Shalat malam saya lakukan dan dari uang yang ada di tangan, saya ikhlaskan Rp 25.000 untuk diinfakkan. Entah kekuatan dari mana saat itu, sehingga saya sangat yakin sekali bahwa jika kita mau bersedekah dengan ikhlas pasti Allah akan menggantinya dengan berlipat ganda, sama seperti yang diungkapkan Ustadz Yusuf Mansyur dalam buku yang sering saya baca itu.
Allahu Akbar! Berselang empat hari dari vonis dokter, saya mendapat order besar untuk mengisi menu es cendol dalam sebuah acara pernikahan. Omzetnya cukup besar. Setelah itu pun datang lagi rezeki yang tak diduga. Sehingga dalam waktu dua pekan, saya bisa mendapatkan uang sebesar yang dibutuhkannya untuk operasi. Peristiwa itu, sampai sekarang masih membuat saya takjub. Dari situlah, saya mengambil motivasi untuk terus berbagi rezeki.

Peristiwa serupa juga terulang di awal tahun 2009 ini. Kejadiannya di bulan April kemarin. Tapi kali ini yang mendapatkan cobaan sakit justru istri saya. Kasusnya sama, istri membutuhkan biaya pengobatan yang besar tapi tidak mempunyai dana yang cukup. Dengan sangat yakin, saya dan istri menginfakkan harta, kali ini lebih besar lagi. Setengah dari total uang yang kami miliki saat itu, sekitar Rp.750.000,-. Yang terjadi kemudian adalah, penyakit istri saya berangsur membaik. Hingga sekarang penyakit tersebut tidak pernah kambuh, sehingga tidak jadi untuk pengobatan dengan biaya mahal. Gemetar saya bila teringat kejadian tersebut. Ini berkah yang luar biasa. Alhamdulillah ya Allah...(Rakhmat Adinugroho)

0 Response to "Saya Percaya Dengan Kekuatan Sedekah"

Post a Comment