Latest Updates

Muhasabah

Tanpa terasa ibadah puasa Ramadhan telah lama meninggalkan kita. Kenangan manisnya suasana
Ramadhan sudah lama terkikis habis dalam memori kita. Yang tersisa sekarang adalah rasa biasa
kembali, tanpa euforia musim ibadah. Hal ini adalah sesuatu yang sudah dianggap kewajaran
karena kebanyakan kita masih melaksanakan ibadah musiman. Kita benar-benar sering
‘beribadah’ hanya pada bulan-bulan tertentu, momen-momen tertentu.
Untuk menghindarkan diri agar tidak terjebak pada rutinitas ibadah musiman semacam ini
marilah sekarang kita renungkan tujuan-tujuan ibadah kita, kita banyak-banyak berhitung nilai
ibadah yang kita lakukan. Dan karena di awal kita mengingatkan diri mengenai ibadah puasa
Ramadhan, marilah kita renungkan. Berhasilkah ibadah puasa Ramadhan kita atau sebaliknya?
Sekaranglah waktu yang tepat untuk itu setelah beberapa bulan kita ditinggalkan Ramadhan.
Sebelumnya, sebagai pijakan kita untuk merenungkan kembali, kami ingin menyitir ayat puasa
dalam surat Al Baqarah: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (Qs Al Baqarah
[2]: 183)
Menurut ayat di atas, tujuan diwajibkannya ibadah puasa Ramadhan adalah agar kita menjadi
orang-orang yang bertakwa. Logikanya, setelah turun dari sholat idul fitri, kita mestinya
meyakinkan diri, bahwa disitulah mulainya penerapan dari latihan kita selama sebulan itu. Sejak
kita menapakkan kaki kiri kita keluar masjid atau lapangan tempat diadakannya sholat Idul Fitri
kita pasang kalender, grafik turun-naiknya ketakwaan. Mulai dari situlah kita menghitung untuk
mengetahui keberhasilan ibadah puasa kita.
Untuk diingat bulan suci Ramadhan adalah bulan latihan tempat menggodok pribadi-pribadi
beriman agar menjadi pribadi yang bertakwa. Artinya, ibadah puasa di bulan ramadhan itu harus
dipandang sebagai madrasah iman, sekolah yang melatih, menggodok iman Islam kita. Pada
bulan puasa kita dilatih untuk memperbanyak ibadah kepada Allah, sholat berjamaah, sholat
malam (tarawih) memperbanyak mengkaji Al Qur’an, menahan pandangan, amarah, melatih
kesabaran dan sebagainya yang kesemuanya merupakan latihan. Diharapkan kita menjadi orang
yang terlatih dalam beribadah yang kemudian akan mengantarkan kita meraih predikat orang
yang bertakwa. Akan tetapi, latihan-latihan ini akan menjadi percuma kalau kemudian pada
sebelas bulan berikutnya kita tidak menerapkan hasil latihan ini.
79
Kalau kemudian sebelas bulan setelah Ramadhan iman kita tidak meningkat, maka bagi yang
beruntung, datang lagi kesempatan untuk latihan yaitu Ramadhan berikutnya. Demikian
seterusnya. Tapi kan naif sekali, kalau tidak boleh dikatakan rugi sekali, sudah latihan berkali-kali
justru tingkatan takwanya tidak naik-naik.
Justru sekarang setelah beberapa bulan Ramadhanlah baru kita dapat melihat benarkah ibadah
puasa kita bisa mengantarkan kita ke derajat takwa. Kalau setelah beberapa bulan ini iman
ketakwaan kita meningkat, kita melaksanakan apa yang pernah dulu sebulan penuh kita latih di
bulan Ramadhan, maka kita patut bersyukur karena ibadah puasa kita sampai ke tujuannya, yaitu
agar kita bertakwa. Tapi kalau justru setelah Ramadhan ibadah kita, ketakwaan kita tidak bisa
meningkat, stagnan, maka dapat dikatakan ibadah puasa Ramadhan kita telah gagal.
Sekarang mari kita jujur bermuhasabah, mengevaluasi diri sendiri sebelum kita dievaluasi kelak
di akhirat.
Wallahua’lam bishshowab

Artikel : hikayahhati.blogspot.com

0 Response to "Muhasabah"

Post a Comment