Latest Updates

Saat Hormon Tubuh Tak Lagi Seimbang

Dialah petugas utama yang menghidupkan tubuh kita, "hantu di balik layar". Tanpa hormon, manusia bakal mati. Lalu, bila dia ada tapi kurang atau berlebih bagaimana Jawabnya, ada banyak masalah yang bisa muncul.

Ketika bertemu teman lama, sebetulnya wajar jika tampak perubahan pada wujud fisiknya. Seperti Wawan, lima tahun lalu perut pegawai sebuah instansi pemerintah ini masih terlihat lumayan langsing.
Namun sekarang tampak tambun dan sedikit menakutkan. Di usia 35 tahun ini, perut Wawan seperti orang hamil enam bulan.

Menurut dokter, fakta ini membahayakan pria. Di balik perut gendut ini tersimpan macam-macam penyakit berat. Sebut saja diabetes atau stroke.

Mungkin Anda juga sering menghadapi kasus lama. Saat membandingkan foto SMA dulu, tampak jauh berbeda. Yang tadinya kurus, sekarang besar. Kata orang lambang kemakmuran. Padahal anggapan seperti itu salah.

Endemi perut besar

Perut besar boleh dibilang menjadi fenomena masa kini. Seluruh dunia terancam oleh endemi perut besar, terutama para pria. Prof. DR. Dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And., FAAC, dalam suatu seminar menyatakan bahwa perut besar pada pria hampir pasti berkaitan dengan berkurangnya hormon testosteron. Orang-orang seperti ini, walaupun memakai jasa personal trainer untuk melangsingkan perutnya, sudah pasti gagal. Sebab, persoalannya bukan pada pembakaran lemak, melainkan perlunya jumlah hormon diseimbangkan.

Belakangan juga makin sering dijumpai perut besar ditambah membesarnya payudara pada laki-laki. Kedua hal itu membuktikan adanya ketidakseimbangan hormon, utamanya testosteron.

Ya, bahan kimiawi yang mengirimkan sinyal antarsel dalam tubuh, mengatur segalanya dari mulai tekanan darah, proses pertumbuhan, perbaikan sel, nafsu makan, kesuburan, metabolisme, reproduksi, pengaturan nyeri, hingga jam tidur itu, dikatakan oleh Prof.DR.Dr.Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD, tersimpan banyak sekali di tubuh kita. Merekalah, para hormon itu, yang bekerja di balik layar "menghidupkan" kita.

Untuk pertumbuhan dan perkembangan, kita butuh hormon pertumbuhan, hormon tiroksin (1). Untuk reproduksi, kita butuh testosteron, estrogen, dan progesteron; (2). Untuk mengatur keadaan lingkungan tubuh, dibutuhkan hormon adrenalin, antidiuretik; (3). Dan untuk mengatur pembentukan, pemakaian dan penyimpanan energi perlu hormon insulin dan leptin; (4). Bisa dibilang, hormon adaiah kekuatan yang tidak terlihat, tetapi mengatur seluruh hidup kita.

Akibat fatal

"Kekurangan atau kelebihan hormon mengakibatkan kesakitan yang bisa bersifat fatal," kata Prof. Ketut mengingatkan. Yang dimaksud fatal oleh Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali ini adalah bisa menyebabkan kematian, selain kecacatan atau penyakit berat.

Contohnya Wawan. Perut gendutnya bila akan memunculkan banyak persoalan, seperti penyakit jantung, stroke, diabetes, hingga menghilangnya nafsu seksual.

Kurangnya beberapa hormon seperti melatonin akan menyebabkan gangguan tidur. Akibatnya, orang bisa hipertensi dan lama-lama tidak akan produktif bekerja karena kualitas tidurnya tidak pernah sempurna.

Hormon sejak dibentuk di organ atau sistem jaringan tubuh berawal dari prohormon lalu menjadi hormon. Hormon dikeluarkan oleh organ atau sel ke dalam sirkulasi darah, untuk bekerja di jaringan yang jauh dari sumbernya. Untuk bekerja, hormon memerlukan reseptor yang diikat secara spesifik.

Kelainan hormon, baik meningkat atau menurun, kata Prof. Ketut, dapat terjadi mulai saat hormon dibentuk dari prohormon. "Apakah hormon yang dihasilkan sempurna atau tidak? Kerusakan atau gangguan dapat terjadi selama beredar di sirkulasi darah. Kelainan reseptor juga bisa, kelainan di dalam sel setelah reseptor juga dapat terjadi, dan hormon perlu didegradasi setelah bekerja," tutur Prof. Ketut.

Penyebab ketidakseimbangan hormon secara umum bisa karena kelenjar atau organ tidak terbentuk saat janin (kadar hormon turun) atau ada kelenjar tambahan (ektopik) akan menghasilkan hormon berlebihan, bahan yang menghambat perubahan prohormon menjadi hormon (kadar rendah), bahan yang bisa mengikat hormon di dalam sirkulasi (menyebabkan fungsi menurun), juga karena adanya bahan yang menghambat degradasinya (fungsi meningkat).

Semua itu, dinyatakan Prof. Ketut, bisa disebabkan kelainan bawaan, penyakit infeksi, penyakit autoimun (kelainan fungsi imunitas), tumor, faktor luar seperti obat-obatan, dan lain sebagainya.

Cek ke ahli endokrin

Kekurangan hormon umumnya bisa diatasi dengan terapi pengganti (sulih). Sementara kelebihan hormon umumnya diterapi dengan obat-obatan yang spesifik untuk penyakitnya, bisa juga dioperasi bila penyebabnya tumor.

Sebelumnya tentu perlu dilakukan pemeriksaan. "Datang saja ke ahli endokrin ini, kelebihan atau kekurangan hormon bisa diukur," ujar Prof. Ketut. Contohnya, periksa hormon tiroksin untuk mengetahui fungsi tiroid/gondok.

Bisa juga diukur efeknya, misalnya untuk mengetahui kekurangan insulin, yang diperiksa adalah kadar gula darahnya. Pemeriksaan dilakukan di laboratorium klinik atas rekomendasi dokter ahli.

"Umumnya biaya pemeriksaan hormon relatif mahal karena kadarnya di dalam darah rendah. Saat mengukurnya pun perlu akurasi yang tinggi," kata Prof. Ketut.

Tentu Lebih baik cek hormon daripada membayar dokter dan rumah sakit, bukan?

Tubuh Minta, Hormon Dilepas


Hormon mulai dilepas dari kelenjar. Di tempat inilah hormon dibentuk untuk kemudian dikeluarkan. Yang termasuk kelenjar ekdokrin seperti keringat, ludah, dan kelenjar minyak, melepaskan hormon menuju berbagai pembuluh untuk kemudian disalurkan ke bagian-bagian tubuh lain.

Kelenjar endokrin, termasuk kelenjar seks (testis dan ovarium), tiroid, paratiroid, adrenal, dan kelenjar pituitari, melepaskan hormon langsung menuju aliran darah agar sampai ke organ tujuan.

Tiap hormon mengenali organ mana yang seharusnya dituju karena ada reseptor protein di selnya. Jadi, hormon dan reseptor bagaikan kunci dan gembok, satu sama lain saling cocok dan mengenal.

Saat organ merasakan ada hormon yang sudah terikat dengan reseptorny, tubuh memberi sinyal ke otak agar terjadi penyeimbangan kimia tubuh. Hormon dilepaskan berdasar permintaan tubuh. Inilah strategi cerdas yang dilakukan tubuh untuk menjaga agar tidak terjadi ketimpangan hormon.

Meski begitu, kadang ketimpangan ini tak bisa dihindari juga. Pria bisa mengalami, wanita apalagi. Risiko yang terkait dengan ketidakseimbangan hormon adalah emosi. Anda bisa jadi cemas, depresi, sensitif, sulit konsentrasi, atau berubah mood tiap saat gara-gara hormon sedang tak stabil.

Efek ini bahkan bisa mengenai kondisi fisik. Ambil contoh, terganggunya hormon insulin mengakibatkan gula darah melonjak. Akibatnya, muncul kerusakan saraf, jantung koroner, gagal ginjal, stroke, bahkan memicu kebutaan.

Hidup Sehat Seimbangkan Hormon


Gaya hidup sangat berperan dalam menentukan fisiologi tubuh, meskipun beberapa orang secara genetik punya potensi mengalami ketidakseimbangan hormonal.

Banyak aktivitas yang terkait langsung dengan gaya hidup sehat, seperti olahraga teratur, diet menu lengkap dan seimbang, serta pola tidur yang teratur dan cukup. Semua itu akan membantu menyelesaikan masalah ketidakseimbangan hormon.

Kebiasaan hidup pasif dan tidak banyak bergerak (sedentary life style) dan gemar melahap banyak makanan yang sangat tidak menyehatkan, dengan sendirinya juga membuat hormon tidak seimbang. Hal yang sama juga berlaku bila Anda terlalu berlebih dalam bekerja dan kurang istirahat. Kimia tubuh kita menjadi terganggu.

Wanita yang mengonsumsi pil KB paling rentan mengalami ketidakseimbangan hormon. Ini karena tubuh dipaksa mengikuti siklus hormon yang sudah diresepkan, dan bukannya membiarkan tubuh mengaturnya secara alami.

Demikian halnya dengan kehamilan, beberapa ketidakseimbangan hormon bisa jadi muncul, termasuk hipertiroidisme dan diabetes gestasional.

Usia senja juga menjadi faktor terpenting kenapa hormon menjadi tidak seimbang, baik pada wanita maupun pria. Banyak gejala tidak menyenangkan yang terkait dengan menopause akibat "pensiunnya" fungsi ovarium.

Yang jelas, setiap sebuah kelenjar dalam tubuh tidak lagi berfungsi, konsekuensinya adalah tidak seimbangnya hormon mengingat sumbernya sudah tidak ada lagi.

Efek Serotonin pada Mood

Ada alasan yang sangat masuk akal kenapa tipe makanan yang kita santap memengaruhi kondisi emosi. Karena itu, di samping tiga neurotransmiter yang terlibat dalam meningkatkan mood positif, tambahan serotonin merupakan salah satu yang paling berpengaruh, lewat makanan yang kita konsumsi.

Mood yang buruk seperti terlalu khawatir, cemas, panik, takut, fobia, pesimistis, tidak sabar, mudah tersinggung, obsesi, cenderung bunuh diri, kurang percaya diri, agresif, insomnia, lapar gula, nyerikronis, PMS (sindrom pramenstruasi) merupakan gejala-gejala yang patut diwaspadai sebagai akibat mengurangnya hormon serotonin.

Serotonin yang rendah juga terkait dengan persoalan genetik. Contohnya, bayi yang lahir dengan struktur neuron serotonergik tidak normal cenderung rentan menderita sindrom kematian mendadak (Sudden Infant Death Syndrome). Tak heran, kematian bayi banyak kaitannya dengan rendahnya serotonin.

Diet memegang peran penting demi mempertahankan kadar serotonin. Pilihlah makanan kaya serotonin seperti kenari, jamu, buah, dan sayur-sayuran. Ayam, dan kalkun yang kaya vitamin B6 berperan penting, mempertahankan produksi serotonin.

Faktor lain yang dapat menyebabkan kekurangan serotonin adalah stres, paparan kimia dan plastik berlebihan, kurang sinar mentari, kurang prekursor serotonin seperti triptofan, kurang niasin dan vitamin serta mineral (terutama kalsium), resistensi insulin, menipisnya Aran darah ke otak, kurang hormon progesteron, dan penggunaan berlebihan antidepresan.

Meski demikian, berlebihnya serotonin menyebabkan hipertensi pulmonari akibat menegangnya pembuluh darah paru. Serotonin menyebabkan terbentuknya jaringan serabut yang saling berhubungan di jantung saat makan terlalu banyak.

Kondisi yang disebut sindrom serotonin ini juga disebabkan oleh tingginya kadar neurotransmiter. Kadar serotonin dapat dibuat sesuai kadar yang seharusnya, dengan cara membentuk serotonin dari prekursornya (pendahulu), asam amino triptophan. Meskipun begitu, tetap lebih baik jika menghindari obat.
Walaupun efek diet pada emosi hanya sebentar, stabilnya kadar hormon serotonin dapat dijaga dengan manajemen diet yang efektif, yakni mengonsumsi makanan yang kaya serotonin. (cbn)
Bagikan

0 Response to "Saat Hormon Tubuh Tak Lagi Seimbang"

Post a Comment