Latest Updates

Serangan Israel Tak Sekedar Aksi Bela Diri

 TEL AVIV (anchaznet.com News) – Richard Silverstein, salah satu blogger terbaik dalam hal-hal yang terkait dengan Israel, baru-baru ini hadir untuk wawancara dalam acara Moral Politics di Seattle. Dalam wawancara tersebut,  Silverstein memberikan pendapatnya tentang sebuah laporan bernama Golstone Report (Laporan Goldstone). Jerome Slater, jurnalis yang berkonstribusi untuk Pal Telegraph, menyorot kekurangan Silverstein: Silverstein memuji Goldstone Report sebagai sebuah laporan yang berani, artikultif, dan meyakinkan. Namun, Silverstein tidak membahas sama sekali perihal kesalahan komisi Goldstone yang paling krusial.
Pada tanggal 3 April 2009, presiden Dewan hak Asasi Manusia PBB (United Nations Human Rights Council – UNHCR), Richard Goldstone, membentuk sebuah misi guna menyelidiki pelanggaran hak asasi manusia di Jalur Gaza.
Misi tersebut merilis sebuah laporan yang cukup kontroversial pada tanggal 15 September 2009 yang dikenal sebagai Goldstone Report. Menurut laporan tesebut, baik Hamas maupun angkatan bersenjata Israel sama-sama melakukan kejahatan perang, dan mungkin melakukan tindak kejahatan terhadap kemanusiaan.
Laporan tersebut merekomendasikan agar kedua belah pihak sama-sama meninjau kembali tindakan masing-masing. Jika tidak, kedua belah pihak akan diajukan ke depan Pengadilan Kejahatan Internasional (International Criminal Court). Pemerintah Israel menuduh laporan tersebut dipenuhi dengan kesalahan. Hamas mula-mula menolak laporan tersebut, namun Hamas lantas menerimanya dan bahkan mengajak dunia untuk turut menerima laporan itu.
Menurut Slater, Goldstone Report tidak menyediakan bukti bahwa Israel sekedar melaksanakan hak membela diri ketika menyerang Gaza.
“Diskusi apa pun yang berkaitan dengan kebijakan dan Isarel terhadap Palestina seharusnya – dan memang harus – berawal dari fakta paling penting, yang seringkali, herannya, dikesampingkan: yaitu okupasi Israel dan represi keras yang menyertainya. Itulah intinya, bukan metode perlawanan Palestina. Benar, terorisme tak dpat dibenarkan secara moral. Namun, Israel menindas semua metode perlawanan Palestina, termasuk perlawanan tanpa kekerasan”, tulis Slater.
Menurut Slater, semua metode perang adalah yang terlarang secara moral. Slater mengingatkan bahwa Israel telah melanggar prinsip proporsionalitas, diskriminasi,dan kekebalan non-perang. Karena pelanggaran itulah, menurut Slater, komisi Goldstone beserta kelompok hak asasi manusia, baik dari dalam maupun dari luar Israel, menganggap Israel telah   bersalah – Israel telah melakukan kejahatan perang.
“Bagaimanapun juga, yang perlu lebih ditekankan di sini adalah meskipun Israel telah mengikuti prinsip-prinsip itu, ia masih bersalah atas agresi karena – dengan mengesampingkan metodenya – perilakunya juga melanggar prinsip perang yang adil sehubungan dengan alasan yang adil  (just cause) dan penyelesaian akhir (last resort)”, papar Slater.
Menurut Slater, serangan Palestina adalah sekedar konsekuensi okupasi, represi, dan pembunuhan yang dilakukan oleh  Israel – sekedar konsekuensi atas tindakan Israel yang merusak pemerintahan, ekonomi, kesehatan umum, pendidikan, serta berbagai institusi dan infrastruktur, di samping memiskinkan dan mempermalukan rakyat Palestina.
“Dengan demikian,” tulis Slater, “Israel tidak sekedar membela diri ketika ia menggunakan kekuatan untuk menindas perlawanan terhadap reperesi yang ia lakukan – dan itu benar meskipun bentuk perlawanan tersebut – serangan teroris yang ditujukan untuk membunuh warga sipil – secara moral adalah hal yang salah.”
“Lebih lanjut, pernyataan Israel bahwa serangannya terhadap Gaza merupakan sebuah metode yang absah tak dapat diterima karena pelanggarannya terhadap prinsip penyelesaian akhir. Sebagaimana ditunjukkan oleh Silverstone, Israellah yang bertanggung-jawab atas runtuhnya kesepakatan gencatan sejata yang  selama enam bulan berhasil mengakhiri serangan terhadap Israel.”
“Lagipula, Israellah dan bukan Hamas yang berulang kali menolak negosiasi atas isu Gaza, sebagai bagian dari penyelesaian politis secara keseluruhan untuk konflik Israel-Palestina. Yang pasti, akan diragukan bahwa Hamas tidak berusaha mengakhiri okupasi Israel, namun berusaha menghancurkan Israel. Bagaimanapun juga, argumen tersebut – tak peduli seberapa sering hal itu dikemukakakn – mengabaikan bukti bahwa Hamas bergerak untuk secara de facto menerima keberadaan Israel, dan mungkin akan bersedia mengakhiri serangannya sebagai ganti atas berakhirnya okupasi Israel.”
Menurut Slater, karena okupasi Israel tak dapat dibenarkan, maka satu-satunya metode yang absah untuk “membela diri” adalah dengan mengakhiri okupasi dan segala bentuk represi terhadap rakyat Palestina. (es/pt/wp)Bagikan

0 Response to "Serangan Israel Tak Sekedar Aksi Bela Diri"

Post a Comment